Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Spesifikasi Karet Alam Jenis Baru Dari Indonesia Diterima sebagai Standar Internasional

  • Jumat, 01 November 2013
  • 2765 kali

Dari lanjutan sidang ISO/TC 45 ke 61 yang telah dimulai pada tanggal 28 Oktober sampai dengan 1 November 2013 di Denpasar, Bali, banyak kesepakatan yang telah dihasilkan. Sidang yang dibagi dalam beberapa komisi berjalan dengan seru dan melewati banyak perdebatan diantara para delegasi dalam mempertahakan opini atau pendapatnya. Hal ini sesuatu yang biasa terjadi dalam sidang pembahasan standar internasional.  Sidang dibagi menjadi beberapa komisi yaitu: TC 45 Plenary, CO Meeting, Training Session, TC45/WG10, TC45/WG16, SC1 Plenary, SC1/WG1, SC1/WG2, SC1/WG3, SC1/WG4, SC2 Plenary, SC2/WG1, SC2/WG2, SC2/WG3, SC2/WG4, SC2/WG5, SC2/WG6, SC3 Plenary, SC3/WG1, SC3/WG2, SC3/WG3, SC3/WG4, SC3/WG5, SC4 Plenary, SC4/WG5, SC4/WG7, SC4/WG8, SC4/WG9, dan SC4/WG13.

 

Dalam sambutan pembukaan TC 45 plenary yang lalu, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Prof. Bambang Prasetya, menyampaikan apresiasinya kepada para ahli karet dan produk karet untuk berbagi ilmu dan keahliannya dan mengingatkan juga tentang moto baru ISO dalam perumusan standar, yaitu “Simpler, Better, Faster”. Simpler bahwa proses perumusan standar menjadi lebih sederhana, dan mudah diikuti sesuai perkembangan Teknologi Informasi (TI). Faster, proses perumusan standar dapat diselesaikan lebih cepat. Saat ini, rata-rata waktu selesai standar adalah 36 bulan, lebih cepat dari sebelumnya. TI dapat membantu komunikasi lebih cepat dan lebih meningkatkan proses pengembangan standar. Manajemen yang efektif dari Sekretariat ISO/TC memungkinan membuat proses menjadi lebih cepat. Better, proses dan waktu yang lebih singkat untuk menyelesaikan standar tidak mempengaruhi kualitas standar. Sementara itu, integritas dari 6 (enam) prinsip pengembangan standar harus diikuti sehingga standar dapat menguntungkan pengguna. Dengan menerapkan standar internasional, kita dapat memperoleh manfaat ekonomi secara maksimal, tutup Prof. Bambang Prasetya. Begitupun Ketua ISO/TC 45, Zairossani Mohd Nor, dalam sambutannya memberikan apresiasinya kepada BSN yang telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan sidang ISO/TC 45 ke-61 dengan baik.

 

Dalam sidang ISO/TC 45 kali ini dihadiri oleh sekitar 150 peserta dari 19 negara yang terdiri dari delegasi dan observer. Ke-19 negara peserta yaitu: Brazil (ABNT), China (SAC), Czech Republic (UNMZ), France (AFNOR), Germany (DIN), India (BIS), Indonesia (BSN), Italy (UNI), Japan (JISC), Kenya (KEBS), Korea, Republic of (KATS), Malaysia (DSM), Netherlands (NEN), Singapore, South Africa (SABS), Sweden (SIS), Thailand (TISI), United Kingdom (BSI), dan United States (ANSI). Delegasi Indonesia diwakili oleh perwakilan dari Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor (BPTK), Balai Besar Pengujian Mutu Barang (BPMB), PT. Matahari Kahuripan Indonesia, PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate dan BSN.

 

Dari rangkaian sidang ISO/TC 45 ke 61 yang dilaksanakan pada mulai tanggal 28 Oktober sampai dengan 1 November 2013 di Denpasar, Bali yang meliputi : TC 45 Plenary, CO Meeting, Training Session, TC45/WG10, TC45/WG16, SC1 Plenary, SC1/WG1, SC1/WG2, SC1/WG3, SC1/WG4, SC2 Plenary, SC2/WG1, SC2/WG2, SC2/WG3, SC2/WG4, SC2/WG5, SC2/WG6, SC3 Plenary, SC3/WG1, SC3/WG2, SC3/WG3, SC3/WG4, SC3/WG5, SC4 Plenary, SC4/WG5, SC4/WG7, SC4/WG8, SC4/WG9, dan SC4/WG13, disepakati beberapa poin penting sidang diantaranya:

 

  1. Klarifikasi perbedaan delegasi dan Observer di dalam sidang, yaitu bahwa delegasi berasal dari P-member, yang mempunyai hak untuk vote dan komentar. Sedangkan Observer berasal dari O-member yang mempunyai hak untuk memberikan komentar, namun tidak untuk voting. Adapun delegasi yang belum terdaftar sebagai tenaga ahli dalam komite juga akan dianggap sebagai Observer.
  2. Disepakatinya beberapa project untuk dilanjutkan ke tahap selanjutnya, salah satunya disepakatinya ISO/DIS 2000 yang merupakan project usulan dari Indonesia untuk langsung dipublikasikan menjadi Standar Internasional.
  3. Disepakati bahwa draft resolusi SC2 akan dibuat hanya dalam bahasa Inggris, tidak dalam bahasa Perancis.
  4. Diperlukannya review Business Plan ISO/TC 45.
  5. Pertemuan selanjutnya akan diselenggarakan di Afrika Selatan pada 3-7 November 2014.

 

Keberhasilan Indonesia

 

Keberhasilan Indonesia dalam mengangkat spesifikasi karet alam jenis baru produksi Indonesia menjadi Standar Internasional, diawali oleh Bridgestone Sumatera Rubber Estate dalam mencari terobosan produk karet yang sesuai untuk ban yang ramah lingkungan. Kemudian dihasilkan karet sepesifikasi teknis (Technically Spesified Rubber - TSR) viskositas rendah yang dinamakan TSR LoV. Keunggulan ban dengan bahan baku karet LoV ( Low Viscosity) mempunyai ketahanan gelinding (rolling resistance) yang rendah  karena gel di dalam karet telah dikurangi dengan mengurangi kandungan protein yang berada di dalam karet. Ketahanan gelinding yang rendah dapat menghemat bahan bakar dan heat build-up (kalor timbul) rendah yang dapat menghasilkan umur pakai lebih lama.

 

Pada sidang ISO/TC 45 yang ke 56 di Korea Selatan, delegasi Indonesia mendaftarkan karet jenis baru itu untuk diajukan spesifikasinya sebagai spesifikasi standar internasional, dan Indonesia ditetapkan sebagai Project Leader. Dilanjutkan pada sidang ke-57 di India, spesifikasi TSR LoV dan metode uji kandungan gel dipresentasikan: kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat menguap masih sama dengan TSR lainnya. Kadar nitrogen 0,3% (TSR umumnya 0,6%), tidak ada spesifikasi untuk plastisitas, tetapi viskositas Mooney  memiliki rentang viskositas rendah  55 +/- 10,  dan yang penting spesifikasi teknis baru kandungan gel 0,4%. Setelah presentasi dimaksud, berbagai tanggapan muncul pada  sidang-sidang berikutnya, dari sidang ke-58 sampai dengan yang ke 60 (Belanda, Jepang dan Italia) hingga akhirnya pada sidang ke-61 di Bali kali ini, project tersebut diterima dengan voting setuju untuk langsung dipublikasikan di tahun depan. 

Disela-sela sidang, tanggal 30 Oktober malam, para delegasi sidang mendapatkan pertunjukan seni tradisional Indonesia, khususnya Bali, dalam acara Dinner and Cultural Performance yang diselenggarakan oleh BSN. Bertempat di pinggir pantai Kuta, acara yang bertujuan untuk mempererat networking antar delegasi dan memperkenalkan kepada dunia tentang keindahan seni dan budaya Bali ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari para delegasi. (PKS/KSMI/HUMAS)