Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN ajak stakeholder gabung ke dalam INSTANET

  • Rabu, 11 Desember 2013
  • 1977 kali

Pentingnya menerapkan standar, sudah seharusnya dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat terutama stakeholder. Sebab, tuntutan akan standar, kecenderungannya sudah bukan sukarela lagi. Banyak negara tujuan ekspor, menuntut persyaratan standar. Hal itu terbukti dengan banyaknya kasus penolakan barang dari Indonesia ke luar negeri lantaran produk yang dijual tidak memenuhi persyaratan standar negara tujuan. Sebagai contoh, penolakan ikan tuna ke Eropa atau mi Instan ke Taiwan beberapa waktu silam. Kasus ini menunjukkan betapa negara tujuan ekspor mulai ketat dalam menseleksi produk yang akan masuk ke negaranya.


Oleh karenanya, pentingnya menerapkan standar harus terus disuarakan secara lebih lantang. Dan informasi standardisasi perlu disebarluaskan secara terus-menerus kepada masyarakat terutama pelanggan. Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi BSN, Abdul Rahman Saleh dalam “Forum Diskusi Kerjasama Jejaring Informasi Standardisasi” di Bogor, Selasa (10/12/2013), mengatakan Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang tugas pokoknya memproduksi Standar Nasional Indonesia (SNI), ingin mengintensifkan penyebarluasan informasi standardisasi kepada stakeholder melalui unit kerja yang dipimpinnya. Salah satu strategi yang ditempuh adalah mengoptimalkan keanggotaan INSTANET.


Melalui keanggotaan INSTANET, stakeholder tidak perlu bersusah payah datang ke kantor BSN untuk memperoleh informasi mengenai standar. Karena BSN akan memfasilitasi dengan fasilitas IT seperti melalui email atau web. Selain itu, BSN juga memberikan insentif kepada perpustakaan yang dinilai memenuhi syarat tertentu, untuk mendapatkan fasilitas SNI Corner yang memberikan kemudahan lebih dalam pencarian standar. Tahun ini, BSN telah menetapkan perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai penerima insentif tersebut. IPB berhasil menjadi penerima setelah menyisihkan 2 nominator lainnya Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Universitas Diponegoro (UNDIP).


Kepala Perpustakaan IPB, Sumarlina mengatakan, IPB terobsesi untuk bisa menjadi perpustakaan universitas pertama yang mengkoleksi SNI secara lengkap. Melalui keanggotaan INSTANET, IPB berupaya mengoptimalkan penggunaan standar serta memberikan masukkan kepada BSN mengenai kebutuhan standar yang diperlukan oleh sivitas akademika terutama mahasiswa.


Potensi kebutuhan akan informasi standar di IPB, kata Sumarlina, cukup besar. Berdasarkan hasil kajiannya terhadap IPB terutama Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB, menunjukkan Mahasiswa Fateta merupakan pengguna informasi standar yang cukup besar. Dan SNI adalah informasi standar yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa.


Melihat gambaran kebutuhan informasi di IPB, Abdul Rahman berharap, instansi lain yang berlokasi di Bogor dan belum menjadi anggota, dapat bergabung dalam INSTANET. Banyak keuntungan yang didapat, karena melalui INSTANET, BSN menyediakan fasilitas seperti pengiriman Dokumen SNI terseleksi sesuai core business masing-masing instansi; alat akses informasi standardisasi (Senarai, katalog SNI, CD Direktori SNI dan Lembaga Penilaian Kesesuaian); Kemasan informasi (majalah SNI Valuasi, buletin informasi SNI terbaru, buletin daftar koleksi terbaru perpustakaan BSN, brosur, booklet, buku, dan publikasi lainnya).

 

Namun demikian, agar tujuan dari pembentukan INSTANET bisa tercapai, maka mitra BSN diharapkan pula dapat mengirimkan publikasi ke BSN sebagai bentuk pertukaran informasi (apabila ada); berkomitmen melayankan dokumen yang diterima yang dibuktikan dalam bentuk laporan data layanan; serta mendukung terhadap promosi standardisasi, yang dibuktikan dalam bentuk laporan.

Forum Diskusi Kerjasama Jejaring Informasi Standardisasi, mengundang 30 peserta. Dalam diskusi ini terungkap bahwa stakeholder masih mengalami beberapa hambatan kaitannya dengan standardisasi seperti kesulitan dalam mengakses SNI di web BSN atau proses perumusan SNI yang dinilai terlalu lama. Abdul Rahman menjelaskan bahwa BSN dengan jumlah sumber daya yang dinilainya masih belum ideal, berupaya untuk seoptimal mungkin memberikan layanan kepada stakeholder. Kendati demikian, BSN berharap stakeholder bisa lebih pro aktif terlibat dalam standardisasi baik melalui Masyarakat Standardisasi Indonesia (Mastan) maupun ikut serta dalam kegiatan BSN secara langsung terutama untuk kegiatan promosi SNI kepada masyarakat luas. (dnw)