Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

ICMI dan Univ. Putra Malaysia bahas isu Halal di BSN

  • Jumat, 09 Mei 2014
  • 1623 kali

Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Prof. Bambang Prasetya kedatangan tamu istimewa, yakni Prof. Dzulkifly Mat Hashim dari Laboratory of Halal Services. Halal Product Research Institute. University Putra Malaysia (UPM), di Kantor BSN Jakarta, Jum’at (9/4/2014) pagi. Ini merupakan pertemuan pertama kedua tokoh tersebut. Acara dihadiri oleh perwakilan Univ. Brawijaya dan Institut Teknologi Indonesia serta dari BPPOM, GAPPMI dan dari kalangan Industri

Kunjungan yang digagas oleh Tati Maryati-Ketua Program Indonesia Kiblat Halal Dunia ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) untuk menindaklanjuti serta benchmark bagaimana penerapan sertifikasi halal serta peran dunia pendidikan terutama universitas turut membangun  dalam upaya Malaysia menjadi pelopor industri halal dunia.  “Kami berterima kasih bahwa ada feedback dari BSN sebagai lembaga pemerintah untuk terus berupaya membangun kerjasama, karena isu “halal” bukan lagi hal baru terutama menghadapi masyarakat ekonomi asia (AEC) 2015”, ujarnya. Selain itu dalam diskusi ini Prof. Bambang mengatakan bahwa halal menjadi isu global karena selain  mendesak untuk segera dilaksanakan sistem sertifikasinya yang lebih baik juga membangun ranah akreditasi yang sudah berjalan, karena dengan Prinsip akreditasi dan sertifikasi yang dilaksanakan baik, mampu menghindari bahkan menghilangkan konflik kepentingan baik dilihat dari sisi governance, kepemilikan maupun personel.

 

Seperti diketahui sertifikasi halal telah diatur dalam SKB Menteri Agama No. 427/Menkes/SKB/VII/1985, yang kemudian pada tahun 1999 lahirlah PP No. 69 tentang Label dan Iklan Pangan, dimana pada pasal 11 ayat (1) terdapat kalimat “perlu adanya Lembaga Pemeriksa Halal yang diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN)”.Dalam diskusi ini Prof. Zulkifli memberikan contoh serta kasus yang banyak terjadi di Malaysia salah satunya adalah diskusi mengenai masalah alkohol dalam parfum, dikatakan bahwa alkohol menjadi tidak najis dan bisa digunakan sekiranya alkohol tersebut bukan diambil melalui proses pembuatan arak.

Prof. Bambang Prasetya dan Prof. Zulkifli

Selain itu dikatakan pula bahwa perkembangan halal dalam dunia sebagai salah satu agenda penting, terutama mayoritas penduduk muslim seperti Indonesia dan Malaysia, partisipasi Indonesia dan Malaysia sebagai negara dengan muslim terbesar tidak bisa dipandang sebelah mata, jika dengan halal dapat berpotensi melakukan sesuatu yang efektif dan lebih baik maka kemajuan bagi masyarakat ASEAN juga lebih baik lagi, katanya. Selain hal tersebut Prof. Zulkifli memberikan penjelasan konsep pangan halal yang mengandung pengertian halal menurut syariat Islam serta berkualitas baik (thayyiban).  

 

Selanjutnya digambarkan standar halal yang digunakan serta proses sertifikasi halal di Malaysia yang tidak hanya melibatkan ahli di bidang pangan/sistem manajemen, tetapi juga para ulama yang tergabung dalam komite fatwa.  Hal yang menarik dari penjelasan Prof. Dzulkifly adalah perkembangan penelitian di Malaysia terkait metode analisa untuk pemeriksaan produk-produk halal. Teknik analisa ini telah banyak membantu mengidentifikasi produk yang berpotensi mengandung atau terkontaminasi bahan-bahan yang tidak halal.  Menurut beliau masih terbuka luas pengembangan metode untuk mendukung jaminan produk halal sehingga diperlukan keterlibatan dan kerjasama antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah dan bahkan kerjasama antar negara. (sgh/awg)