Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Sosialisasi SNI di SMKN 58 : Penguasaan Standar Dukung SDM yang Berdaya Saing

  • Kamis, 21 Agustus 2014
  • 2862 kali

 

Badan Standardisasi Nasional (BSN) kembali melakukan sosialisasi standardisasi “SMK Mengenal SNI” ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Rabu (20/08/2013). Kali ini, SMK yang dituju adalah SMK Negeri 58 yang berlokasi di Bambu Apus Jakarta. Kegiatan sosialisasi melibatkan 60 siswa SMK kelas 10,11,dan 12. Hadir guru bidang studi SMK Negeri 58 Lambas Papahan, Kepala Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN Metrawinda Tunus, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Standardisasi BSN Andre Prihikmat, Kepala Subbidang Partisipasi Masyarakat BSN Muti Sophira Hilman, serta Staf Pusdikmas BSN Haryanto dan Ratih Paramita Sari (biasa disapa Mita).


SMK Negeri 58 Jakarta merupakan sekolah satu-satunya di DKI Jakarta yang masuk dalam kelompok Sekolah Menengah Kejuruan Seni Rupa dan Kerajinan, yang sebelumnya bernama SMIK (Sekolah Menengah Industri Kerajinan). Sekolah ini berhasil meraih sertifikasi ISO 9001:2000 di tahun 2008. Ada 6 Program keahlian yang ditawarkan yakni : Desain dan Produksi Kriya Kayu; Desain dan Produksi Kriya Logam; Desain dan Produksi Kriya Tekstil; Desain Komunikasi Visual; Teknik Fabrikasi Logam; serta Teknik Kontruksi Kayu.


Lantas, apa relevansi sosialisasi standar dengan sekolah menengah kejuruan? Kepala Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi Mitrawinda Tunus atau biasa disapa Ade menuturkan, globalisasi memungkinkan pasar domestik dibanjiri dengan produk global seperti handphone atau perangkat alat elektronik lainnya. Apalagi, pemberlakuan Kawasan Ekonomi ASEAN (KEA) 2015, yang sudah di depan mata. Dengan KEA, tidak hanya terjadi aliran produk negara ASEAN bebas masuk ke pasar domestik, namun aliran tenaga kerja diperkirakan juga turut membanjiri pasar tenaga kerja Indonesia.


Menurut Ade, situasi tersebut diyakini dapat diatasi dengan menerapkan standar. Standar tidak hanya memberikan perlindungan bagi konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun kelestarian fungsi lingkungan hidup, standar juga menciptakan kelancaran perdagangan, mendorong daya saing, serta mewujudkan persaingan yang sehat.


Oleh karenanya, lanjut Ade, jika Indonesia tidak mau menjadi pasar bagi negara lain, maka penguasaan ilmu dan penerapan standar, mutlak diperlukan. Termasuk bagi anak didik SMK, standar dapat menjadi bekal untuk terciptanya lulusan SMK yang berdaya saing.

 

Dalam Buku “SMK Mengenal SNI” yang diterbitkan BSN, peserta didik SMK sebenarnya secara umum telah mengenal produk-produk yang berstandar, sehingga sangat relevan pengetahuan mengenai standar dengan sekolah menengah kejuruan. Peserta didik SMK bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa, misalnya. Mereka sudah terbiasa dengan apa yang dinamakan baut dan mur. Hampir semua jenis mesin mempergunakan baut dan mur dari macam-macam jenis dan ukuran sebagai alat pengikat. Umumnya, kepala baut dan mur berbentuk segi enam atau segi empat. Semuanya ini diperinci dalam standar, termasuk ulir yang menjadi bagian terpenting dari baut dan mur.


Begitu juga dengan peserta didik SMK pada program studi keahlian teknik bangunan yang telah terbiasa juga dengan standar. Di program ini, peserta didik diperkenalkan pada aneka bahan-bahan bangunan, diantaranya pipa PVC dan besi, besi beton, dan kayu. Dalam mendirikan bangunan, penggunaan bahan-bahan tersebut dilakukan menurut standar dengan tujuan agar bangunan aman dan kuat.

 

Untuk mengenalkan lebih dekat mengenai standardisasi, maka tim sosialisasi standardisasi dari BSN memaparkan secara runtut standar dalam kehidupan sehari-hari, pengertian dan sejarah standar, manfaat serta penerapannya. Haryanto mengingatkan kembali bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak telah bersentuhan dengan berbagai produk berstandar. Contohnya, helm, busana, peralatan listrik, dan sebagainya. Di Indonesia, produk-produk tersebut dikenal telah bersertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI).


Namun, kata Mita, perkembangan sejarah standardisasi sesungguhnya sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu. Dia mengatakan, manusia telah mengenal standar sejak dahulu kala, dari bentuk-bentuk tulisan hingga bentuk-bentuk bangunan. Candi Borobudur dan Piramida, adalah sebagaian contoh bukti bahwa manusia sejak dahulu sudah mengenal standar.

 

 

Kini, di era globalisasi, standar semakin memainkan peranan penting terutama di kancah perdagangan global. Muti menegaskan manfaat dan penerapan standar saat ini, bukan lagi hanya bertujuan untuk menjamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat; Namun juga menjamin kepentingan konsumen dan masyarakat –terutama dari serbuan produk-produk impor yang belum tentu terjamin kualitasnya; serta melestarikan lingkungan hidup – yang semakin menjadi isu internasional.

 

Andri berharap, melalui sosialisasi SNI di SMK Negeri 58, siswa bisa lebih mengenal, memahami dan menerapkan standar dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungannya. (dnw/nda Foto:rmy)





­