Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kompetensi Standardisasi menjadi Nilai Tambah bagi Mahasiswa UNSRI

  • Jumat, 05 September 2014
  • 2151 kali

Hal ini terungkap dari diskusi antara BSN dengan dosen-dosen UNSRI yang mengajarkan standardisasi. Pertemuan dua jam di UNSRI juga diisi diskusi dengan dosen-dosen yang mengajarkan standardisasi. Hadir 5 (enam) dosen, yaitu Dr. Suheryanto dari Program studi (prodi) Kimia, Dr. Gatot Priyanto dari prodi Teknologi Hasil Pertanian, dr. Liniyanti D. Oswari dari Fakultas Kedokteran (hadir di pertemuan ICES 2014 di Kanada), Apriansyah Putra dari prodi Ilmu Komputer dan Siti Fauziyah dari prodi Ilmu Kelautan.


Dalam pertemuan yang dipimpin Pembantu Rektor 1 Prof. Dr. Anis Saggaff.ini, tim BSN masih dipimpin oleh Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi, Dewi Odjar didampingi oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi, Metrawinda Tunus.


Manfaat dan nilai tambah dirasakan langsung oleh Dr. Suheryanto yang mengajarkan standardisasi bagi mahasiswa melalui Kapita Selekta sebagai mata kuliah pilihan pada semester genap (semester viii). Dalam mata kuliah ini mahasiswa diajarkan tentang Pengertian Standar, Pengembangan Standar, Penerapan Standar, Penilaian Kesesuaian, Metrologi, Metrologi dalam Kimia, Standarisasi Laboratorium, Pemahaman SNI ISO/IEC 17025 : 2008.
Setelah mata kuliah ini, mahasiswa mendapat sertifikat, ujar Dr. Suheryanto.

Ada mahasiswa saya yang menggunakan sertifikat ini untuk melamar pekerjaan di salah satu perusahaan kelas nasional dan berhasil diterima setelah melalui seleksi yang ketat. Salah satu pertimbangannya adalah sertifikat yang diberikan dari mata kuliah ini, cerita Dr. Suheryanto. Kapita Selekta yang sudah diajarkan sejak 2011 ini telah diikuti oleh 55 mahasiswa. Referensi utama dalam mata kuliah ini adalah Buku Pengantar Standardisasi Edisi 1 (2009) ditambah beberapa referensi lain yaitu SNI ISO/IEC 17025 : 2008, Chemometric Techniques for Quantitative Analysis (Richard Kramer, 1998), Valid Analytical methods & Procedure (Christopher Burgess,  2000), ISO 9001, ISO 14000.


Karena merasakan manfaat dan nilai tambah, pada tahun akademi 2015/2016, matakuliah Kapita Selekta Standardisasi akan ditingkatkan dan berganti nama  Standarisasi dalam Kimia. Dr. Suheryanto sudah mempersiapkan diri untuk hal ini yaitu mengikuti pelatihan di BSN diantaranya, pemahaman SNI ISO/IEC 17025 : 2008, penyusunan Dokumen Sistem Manajemen Laboratorium, Validasi Metode Pengujian Kimia, Estimasi Ketidakpastian Pengukuran dan Pelatihan Audit Internal.

 

Selain Dr. Suheryanto, ada juga Dr. Gatot Priyanto yang mengajarkan standardisasi di mata kuliah Pengembangan Produk Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. Standardisasi saya ajarkan untuk mahasiswa S1 dan S3 dengan referensinya buku Pengantar Standardisasi edisi 1 (2009) yang diterbitkan oleh BSN, ujar Dr. Gatot. Dalam mata kuliah, lanjut Dr. Gatot,  standar sangat diperlukan bahkan berhubungan erat dan saling timbal balik. Pengembangan produk dapat mengacu ke standar begitupun sebaliknya. Standar dapat dihasilkan dari pengembangan produk.

 

Mahasiswa S3 mata kuliah ini, tegas Dr. Gatot, ada yang riset dan mengusulkan standar untuk produk cabek giling yang sekarang marak di pasaran bahkan perusahaan besar sudah main di produk ini. Pada saat riset belum ada standarnya, untuk itu saya sarankan agar dijadikan usulan untuk dibuat standar cabe giling, cerita Dr. Gatot.


Standardisasi juga diajarkan di mata kuliah instrumentasi kelautan. Dosen pengajarnya adalah Siti Fauziyah. Materi yang diajarkan dalam mata kuliah ini adalah teknik ukur (presisi) dan galat (SNI ISO/IEC 17025:2008). Sama halnya di program studi ilmu computer, standardisasi juga diajarkan sebagai sisipan, yaitu materi sistem keamanan informasi yang mengacu pada SNI ISO/IEC 27001. Materi ini diajarkan oleh Apriansyah Putra yang pernah mengikuti ToT Dosen Pendidikan Standardisasi di Surabaya, 6-7 November 2013.


Semua peserta diskusi sepakat bahwa kompetensi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian bermanfaat dan menjadi nilai tambah bagi mahasiswa. Untuk itu, standardisasi perlu diajarkan ke mahasiswa. Metrawinda Tunus menambahkan bahwa berdasarkan hasil pertemuan di ICES 10% penawaran lowongan kerja yang diriset secara global telah mensyarakatkan kompetensi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian.


Hal penting yang menjadi masukan dari diskusi ini adalah adanya kebutuhan mendesak untuk kemudahan akses dan ketersediaan standar-standar yang dapat digunakan oleh dosen maupun mahasiswa dalam kegiatan pengajaran maupun riset. Untuk itu, UNSRI mengusulkan agar SNI Corner dapat hadir di perpustakaan UNSRI. (Har)




­