Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

ISO week in Brazil, 37th ISO GENERAL ASSEMBLY, PENTINGNYA STANDARDISASI INTERNASIONAL UNTUK MASYARAKAT

  • Senin, 15 September 2014
  • 1726 kali

 

Rangkaian sidang General Assembly (GA) ke 37 International Organization for Standardization  (ISO), diselenggarakan pada tanggal 8-12 September 2014 di Rio de Janeiro, Brazil dihadiri oleh  lebih dari 150 negara Negara anggota ISO dan beberapa organisasi internasional sebagai observer. Brazilian Association of Technical Standards (ABNT) bertindak sebagai tuan rumah ISO GA. Forum ISO GA memberikan kesempatan bagi Negara anggota untuk tukar menukar ide dan pengalaman dalam pengembangan standar teknis serta peranannya dalam perdagangan internasional, sumbangsihnya kepada masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup yang pada akhirnya bermuara pada pembangunan yang berkelanjutan. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Prof. Dr. Bambang Prasetya, MSc, Kepala BSN, didampingi oleh Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama, Drs. Kukuh S Achmad, MSc yang juga sebagai anggota Technical Management Board ISO, Dr. Muhammad Saptamurti, S.H., M.A, M.Kn, Deputi Bidang Perundang-undangan, Kementrian Sekretariat Negara serta Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi, Erniningsih Haryadi selaku contact point Indonesia untuk ISO.

 

Sidang ISO GA diawali dengan sidang ISO Council dan Seminar Tentang Usaha Kecil Menengah (UKM) yang diselenggarakan secara  paralel pada tanggal 8 September 2014 dan sidang ISO Developing Country Committee (DEVCO) ke 48 pada tanggal 9 September 2014. Setelah dibuka secara resmi oleh Presiden ISO, Mr. Terry Hill, dilanjutkan dengan breakout session yang diselenggarakan 2 kali pada pagi hari hingga siang hari. Breakout session ini bertujuan untuk bertukar pikiran dan informasi terkait dengan kepentingan Negara anggota yang diselaraskan dengan fokus ISO ke depan. Hasil breakout session akan disirkulasikan ke Negara anggota, sedangkan hasil breakout session yang dianggap penting akan menjadi bahan pertimbangan ISO Council untuk pengambilan kebijakan ISO.

 

Dalam breakout session standard dan regulasi, dapat diketahui bahwa masing masing Negara mempunyai cara yang spesifik dengan alasan yang mendasarinya dalam mengadopsi standar ke dalam regulasi teknis.  Pada dasarnya standar bersifat sukarela dan dapat diadopsi menjadi regulasi teknis dengan alasan yang sejalan dengan ketentuan yang ada di WTO. Dalam pengadopsian standar menjadi regulasi teknis, masing masing Negara mempunyai cara yang berbeda, misalnya Eropa menetapkan Directive yang mengatur standar yang diberlakukan wajib. Isu lain yang dibahas adalah  bagaimana regulator atau pembuat kebijakan dapat terhubung dengan badan standardisasi di negaranya (NSB) dan rencana ISO yang akan merevisi Pedoman tentang penggunaan standar ISO untuk regulasi teknis.

 

ISO juga menyampaikan informasi tentang strategi komunikasi, karena komunikasi merupakan hal sangat penting antara ISO dan anggotanya, seperti seberapa cepat komunikasi dapat dilakukan, seberapa daya sebar komunikasi akan mencapai tujuan. Dengan penjelasan ini diharapkan anggota lebih memahami pesan yang akan dikirim dan media yang digunakan. Idenya adalah bagaimana strategi mengembangkan komunikasi ke dan dari anggota ISO.

 

Bahasan lain yang menarik adalah : If the next generation redesigned ISO, what would it look like? Ide ini didasari perubahan yang luar biasa cara baru berinteraksi dan berbisnis yang menciptakan tantangan baru  dan kesempatan bagi semua orang . Bagaimana ISO seharusnya menentukan posisinya agar dapat terus memfasilitasi stakeholder dan memanfaatkan perubahan yang terjadi. Peningkatan awareness generasi muda tentang standardisasi, pengetahuan secara umum terkait manfaat, pengertian dan lingkup kegiatan dapat dilakukan melalui kegiatan diantaranya sosialisasi yang dikoordinasikan oleh NSB. Dukungan dari pemerintah maupun swasta sangat diperlukan bagi pengembangan kegiatan ini. Selain hal tersebut ISO diharapkan dapat menyediakan program e-training untuk pengetahuan dasar tentang standardisasi, ISO tools and system, statute, rule of procedure, dan lain-lain.

 

Pada prinsipnya ISO ingin mengetahui gambaran kebutuhan anggota ISO untuk memperkuat performance anggota yang secara strategis merupakan bagian penting dari ISO. ISO akan menyorot contoh best practices dari anggota, serta  ingin memotivasi dan mengajak anggota lain untuk melakukan pendekatan baru. Indonesia dalam hal ini sudah menginisiasi pengusulan New Work Item Proposal (NWIP) dan akan meluncurkan program Olympiade Standardisasi di tingkat Nasional pada kegiatan Bulan Mutu Nasional di bulan November yang akan datang.

Dalam sidang ISO GA tersebut ISO juga memberi kesempatan kepada WTO, IEC dan ITU serta badan standardisasi regional seperti COPANT (benua Amerika) dan PASC (Asia Pasifik) dalam panel diskusi. Kerjasama Tripartit antara ISO-IEC, ISO-ITU dilakukan melalui World Standard Cooperation (WSC), selain untuk memajukan system internasional berbasis standar, juga sebagai forum bertukar pengalaman dan informasi disamping meminimalkan duplikasi penyusunan standar internasional. Dalam agenda ISO serving customer, ISO mengundang pembicara dari berbagai stakeholder untuk memberi masukan tentang: Bagaimana Sistem ISO sebaiknya dikembangkan agar bisa lebih baik dalam memfasilitasi kebutuhan customernya.

 

Agenda yang lain dalam  sidang ISO GA tersebut diantaranya adalah pemberian penghargaan Lawrence de Eicher leadership award kepada Technical Committee (TC) di ISO yang mempunyai kinerja terbaik di tahun 2014, yang pada tahun ini diberikan kepada TC 45, Sub Committee (SC) 2, dengan sekretariat JISC Jepang. Dalam  pemilihan 6 anggota ISO Council yang posisinya kosong, telah terpilih Singapura, Arab Saudi, Turki, Afrika Selatan, Macedonia dan Armenia untuk periode 2015-2017. Sidang ISO GA juga menyetujui penetapan kembali  : 1) Dr. Elisabeth Stampl Blaha dari Austria sebagai Vice President Technical Management untuk tahun 2015-2016; 2) Mr. Oliver Peyrat dari Perancis sebagai Vice President untuk Finance untuk tahun 2015-2016.

 

Di sela-sela sidang ISO GA, delegasi Indonesia  mengadakan pertemuan bilateral dengan American Society on Testing and Material ASTM, membahas rencana usulan Indonesia terkait dengan bantuan teknis berupa training. Sebagaimana diketahui Indonesia telah menandatangani MoU dengan ASTM sejak tahun 2004 dan diperpanjang secara otomatis setiap 2 tahun. Standar ASTM termasuk salah satu standar internasional yang banyak diadopsi menjadi SNI. Dua usulan Indonesia meliputi : 1) Program pelatihan untuk CPNS yang bekerja di Pusat Perumusan Standar dan anggota baru Komite Teknik terkait,  dengan topik : Standard Development Process in ASTM; 2) Program pelatihan khusus, yaitu pelatihan yang lebih spesifik yang ditujukan bagi anggota Komite Teknis dan Laboratorium Penguji di sektor tertentu, dengan topik : - ASTM Standards related to Nano Technology, in particular toxicity test; - ASTM standards used in plumbing system (used as normative references in UPC 2012 published by IAPMO);- ASTM Standards used in construction, such as geotextiles and concrete. Disamping hal tersebut ASTM juga menawarkan kesempatan on the job training  (OJT) di kantor ASTM Philadelpia USA bagi staf BSN yang menangani perumusan standar. OJT ini juga akan diikuti oleh perwakilan staf badan standardisasi negara lainnya sehingga masing-masing dapat bekerjasama dan bertukar pengalaman. (BP, KSA, Ning)