Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

UNSRI Kunjungi BSN

  • Rabu, 20 Mei 2015
  • 957 kali

Demi meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, Badan Standardisasi Nasional (BSN) terus menggalang kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan di tanah air. Hasilnya, sampai saat ini BSN berhasil menggandeng 32 perguruan tinggi di Indonesia untuk bersama-sama menyelenggarakan pendidikan standardisasi. Salah satu dari perguruan tinggi tersebut ialah Universitas Sriwijaya (UNSRI), yang sudah menjalankan kerja sama sejak tahun 2009.

 

Senin, 18 Mei 2015 lalu, UNSRI berkesempatan melakukan kunjungan langsung ke Kantor BSN. Rombongan UNSRI terdiri dari 37 mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang didampingi Pembantu Bidang I Fakultas MIPA UNSRI Suheryanto, Dosen Fakultas FMIPA Dedi Rohendi, dan Ady Mara.

 

Kedatangan disambut Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi BSN Suprapto, Kepala Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN Metrawinda Tunus, Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi BSN Abdul Rahman Saleh, serta Kepala Sub Bidang Penyelenggaraan Diklat BSN Agus Setiadi.

 

 

Dalam sambutannya, Metrawinda Tunus menyampaikan, sejak 2009 BSN bersama UNSRI telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang Pembinaan dan Pengembangan di Bidang Pendidikan Standardisasi. Di dalamnya ada 5 isi kerja sama, yaitu pendidikan, pelatihan, dan promosi standardisasi di lingkungan lembaga pendidikan, peningkatan partisipasi pakar di lingkungan lembaga pendidikan dalam kegiatan standardisasi, pertukaran informasi standardisasi, pembinaan laboratorium di lingkungan universitas, dan riset dan diseminasi hasil riset di bidang standardisasi termasuk penyelenggaraan Pertemuan dan Presentasi llmiah Standardisasi.

 

Selama ini, kata Metrawinda, telah banyak kegiatan yang dilakukan kedua pihak sebagai perwujudan MoU tersebut. Misalnya kuliah umum Kepala BSN, terdaftarnya dosen UNSRI sebagai anggota Masyarakat Standardisasi (MASTAN), in-house training bagi para pengajar, dan lain-lain. "Kerja sama kita cukup aktif. Ke depan kerja sama ini perlu ditingkatkan lagi terutama di dalam pembinaan UKM,” kata Metrawinda.

 

Dalam kesempatan ini, para mahasiswa juga mendengarkan paparan dari Suprapto. Suprapto menyampaikan, salah satu pilar penting dalam sistem standardisasi nasional yang ditugaskan pada BSN ialah penilaian kesesuaian (conformity assesment) yang meliputi kegiatan kalibrasi, pengujian, inspeksi, sertifikasi produk dan sistem manajemen. Kegiatan-kegiatan pengujian terhadap penerapan SNI tersebut dilakukan oleh lembaga penilaian kesesuaian seperti laboratorium penguji, lembaga sertifikasi produk, dan laboratorium kalibrasi. Lembaga penilaian kesesuaian inilah yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

 

 

Menurut Suprapto, kegiatan pengujian yang dilakukan lembaga penilaian kesesuaian tersebut harus memenuhi 5 aspek, yaitu akurasi, presisi, sumber tenaga penguji kompeten, metodologi valid, dan sistem manajemen.

 

Suprapto pun berpesan, generasi muda akan mewarisi tongkat estafet selanjutnya. Sampai saat ini masalah standardisasi, akreditasi, sertifikasi merupakan salah satu aspek yang harus ditekuni dan dikembangkan. “Karena dalam bidang internasional maupun scientific memerlukan standardisasi,” kata Suprapto.

 

Sementara itu, untuk menambah wawasan para mahasiswa tentang informasi standardisasi, Abdul Rahman Saleh memberikan penjelasan mengenai SNI Corner. BSN, kata Abdul Rahman, menyediakan layanan bagi masyarakat yang memerlukan dokumen standar baik SNI maupun internasional. Masyarakat bisa menghubungi BSN melalui Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi. “Juga bisa melalui situs BSN dengan memilih SISNI. Anda bisa mencari informasi mengenai standar. Standar yang baru ditetapkan, atau dikembangkan sendiri oleh Indonesia, dokumennya bisa diunduh gratis selama 1 tahun,” kata Abdul Rahman.

 

 

Selain itu, untuk mendekatkan informasi SNI kepada stakeholder, khususnya perguruan tinggi, BSN membuat outlet SNI Corner di beberapa kampus. BSN juga membuka di tempat lain seperti Kantor Pos dan kantor pemerintah daerah. Masyarakat pun bisa langsung mendapatkan informasi tentang standar dalam SNI Corner. “Dokumen SNI yang disediakan di SNI Corner tiap perguruan tinggi berbeda, 100 dokumen tercetak, 250 dokumen eletronik berbentuk flip book,” ujar Abdul Rahman.

 

Pertemuan pun diwarnai dengan diskusi dan tanya jawab yang menarik antara narasumber dan mahasiswa. Pembantu Bidang I Fakultas MIPA UNSRI Suheryanto mengungkapkan, kerja sama yang telah terjalin antara BSN dan UNSRI ini cukup luar biasa dan bisa terus meningkat di masa depan. “Harapannya pendidikan standardisasi bisa lebih merata di setiap fakultas UNSRI. Kedua laboratorium uji berbagai fakultas UNSRI bisa diakreditasi KAN. Sekarang sedang berlangsung pengurusan dokumennya. Semua ini berkat kegiatan promosi standardisasi yang dilakukan BSN,” tandas Suheryanto. (ria)