Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Wahana SNI Corner Hadir di UNDIP Semarang

  • Senin, 05 Oktober 2015
  • 3830 kali

Badan Standardisasi Nasional terus melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia, khususnya di bidang standardisasi, dengan melakukan berbagai kegiatan dan program insentif. Salah satu program insentif yang diberikan melalui SNI Corner. Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro mendapat kesempatan dari BSN untuk mendapatkan SNI Corner. Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi, Dewi Odjar Ratna Komala, didampingi oleh Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi BSN, Abdurachman Saleh, menyerahkan langsung SNI Corner kepada Rektor Prof. Yos Johan Utama, Jumat (2/10/2015) di kampus Tembalang, Semarang.

 

SNI corner merupakan program insentif yang diberikan oleh BSN melalui sistem yang dikompetisikan yang diberikan setiap tahun kepada Perguruan Tinggi (PT) yang memenuhi kriteria tertentu dengan penilaian dari tim seleksi. Kriteria itu diantaranya telah bekerjasama dengan BSN dan perpustakaannnya telah menjadi anggota jejaring informasi standardisasi BSN. Perpustakaan UNDIP mengajukan proposal kedua untuk mendapakan SNI Corner ini, setelah proposal sebelumnya belum dapat menyakinkan BSN.

 

Dalam sambutannya, Dewi Odjar mengatakan bahwa tujuan BSN memberikan SNI Corner ini untuk menunjang kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi, baik untuk pendidikan maupun sebagai refensi untuk menunjang penelitian dan inovasi yang dikembangkan baik oleh para dosen maupun mahasiswa agar dapat digunakan oleh masyarakat maupun industri. Selain itu Dewi Odjar juga mengharapkan kepada civitas akademika untuk membantu dengan memberi masukan kepada BSN apabila ada Standar Nasional Indonesia – SNI yang sudah tidak sesuai atau terjadi kesalahan seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi untuk dilakukan dikaji ulang atau di revisi. Ini sangat menolong BSN yang saat ini mengelola lebih dari 9000 SNI yang beredar agar kualitas SNI terus terjaga dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.

 

Lebih lanjut Dewi Odjar memaparkan bahwa dengan terbukanya pasar regional maupun internasional, standar menjadi satu-satunya saringan untuk menjaga agar produk-produk yang masuk ke Indonesia memiliki standar keamanan dan keselamatan , baik bagi konsumen maupun lingkungan. Untuk melindungi pasar dan produk dalam negeri, Indonesia diperkenankan untuk membuat “hambatan”teknis melalui national differences yang hanya dimiliki oleh Negara kita, misalnya: iklim, budaya, geografis maupun halal sebagai faktor daya saing. Itu semua dapat dilakukan apabila terjadi sinergi yang baik antara civitas akademika UNDIP melalui kegiatan penelitian atau kajian dengan Badan Standardisasi Nasional yang diberikan amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang standardisasi dan penilaian kesesuaian. Oleh karena itu, Dewi Odjar berpesan agar wahana SNI Corner ini menjadi kawah candradimuka untuk melakukan berbagai kajian dan riset berbasiskan SNI maupun menjadi simpul informasi standardisasi kepada masyarakat di Semarang pada khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya.

 

Dalam sambutannya, Prof. Yos Johan Utama, menyampaikan terima kasih kepada BSN atas wahana SNI Corner yang diberikan kepada Universitas Diponegoro. SNI Corner akan menambah kualitas SDM UNDIP yang saat ini sudah dilakukan melalui system penjaminan mutu, baik dari proses maupun hasil sehingga kedepannya lulusan yang dihasilkan memiliki “standar” kualitas yang bercirikan civitas akademika UNDIP yang komplit. Prof. Yos Johan mengharapkan bahwa dengan adanya SNI Corner ini menjadi kultur bagi civitas akademika untuk mencintai Standar Nasional Indonesia baik di dalam kampus maupun lingkungan sekitar kampus. Jika seluruh civitas academika UNDIP dapat menjadi pelopor budaya standar,maka bukan tidak mungkin lingkungan sekitar akan mengikutinya dan akan terus meluas lagi karena akan dibawa oleh para lulusan UNDIP di tempatnya yang baru.

SNI Corner resmi dibuka oleh Rektor Universitas Diponegoro dengan pengguntingan pita disaksikan oleh Dewi Odjar, Abdurachman Saleh dan Kepala UPT Peprustakaan UNDIP, Wahyu Praptini. Dengan dibukannya wahana SNI Corner, mahasiswa dapat memperoleh informasi standardisasi melalui komputer berbasis internet yang terkoneksi ke server BSN serta membaca langsung dokumen SNI yang disediakan dalam bentuk hard copy.

 

Dalam kesempatan ini pula ditanda tangani kerjasama antara BSN dengan UNDIP terkait dengan bantuan SNI Corner. BSN diwakili oleh Abdurachman Saleh sedangkan UNDIP diwakili oleh Wahyu Praptini. Kerjasama ini mengatur tentang hak dan kewajiban antara BSN dan UNDIP dalam pengelolaan wahana SNI Corner.

 

Dialog Peran Standar dalam Aktivitas Pendidikan dan Industri

 

Acara dilanjukan dengan dialog peran standar dalam aktivitas pendidikan dan industri dengan nara sumber Dewi Odjar Ratna Komala, Prof. Bambang Purwanggono, Dosen Fakultas Teknik, dan DR. Istiyarto Samidjan, dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan. Acara dipandu oleh moderator Dr. Bambang Cahyono. Peserta dialog terdiri dari para dosen dan mahasiswa.

 

Dalam presentasinya, Dewi Odjar menyampaikan betapa pentingnya standar dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam sebuah proses produksi pada industri, transportasi hingga di dalam rumah kita. Standar sudah menjadi kebutuhan untuk kehidupan lebih baik, bahkan bagi masyarakat di Negara maju sudah menjadi kultur atau budaya dalam sehari-hari. Indonesia bukan tidak mungkin dapat menjadikan standar sebagai budaya masyarakat mengingat sejarah nenek moyang kita telah menerapkan standardisasi dalam kehidupannya. Salah satu contoh adalah maha karya candi Borobudur yang dapat berdiri kokoh dan teratur dalam susunanya. Teknologi perahu phinisi suku bugis yang dapat mengarungi samudra luas, juga dapat dijadikan contoh betapa “canggihnya” nenek moyang kita menciptakan maha karya. Semua itu tidak terlepas dari adanya standardisasi yang mampu memadukan dan menggabungkannya hingga dapat bersatu dengan baik. Oleh karena itu, Dewi Odjar mengajak civitas akademika UNDIP untuk mengembangkan inovasi dan teknologi berbasiskan standar agar dapat diterima masyarakat dan industri.

 

Sejalan dengan pemikiran Dewi Odjar, Prof. Bambang Purwonggono menyampaikan pentingnya ilmu standardisasi bagi mahasiswa sebagai modal kompetensi lain bagi mahasiswa lulusan UNDIP. Prof. Bambang mendorong civitas akademika UNDIP untuk dapat memberikan sertifikasi pada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pendidikan standardisasi sebagai bukti kompetensi yang nanti dapat menjadi bahan pertimbangan ketika akan memasuki dunia kerja layaknya sertifikat kompetensi lainnya seperti TOEFL. Hal ini akan membuat daya saing lulusan UNDIP akan lebih baik lagi bila dibandingkan dengan kampus lain.

 

Sedangkan mahasiswa jurusan Perikanan dan Kelautan sudah mendapatkan mata kuliah standardisasi khususnya dalam ilmu budidaya perikanan. Pentingnya mahasiswa mengetahui tentang standardisasi akan berdampak pada kegiatan budidaya perikanan yang dilakukan. Dengan menerapkan standar pada budidaya hasil produksi maupun pemasaran, mahasiswa dapat belajar bagaimana memilih bibit yang baik dan cara untuk memasarkan agar dapat di ekspor keluar negeri. Mata kuliah standarisasi ini penting diberikan dalam perkuliahan, karena dalam prakteknya menjadi patokan atau acuan untuk menghasilkan hasil perikanan yang berkualitas skala nasional dan Internasional, hal ini disampaikan oleh DR. Istiyardi. Dari diskusi diatas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan standardisasi sangat penting diterapkan di perguruan tinggi mengingat peran universitas sebagai jembatan penyedia SDM dengan industri sebagai pengguna jasa SDM. Apabila telah terjadi sinergi yang baik, kedepan lulusan UNDIP yang memiliki kompetensi standardisasi akan “laris manis”diburu oleh industri untuk menjadi bagian dalam proses produksinya. (4d9)