- Beranda
- Arsip
- Berita Kegiatan BSN
- A
- A
Tunjukkan Perhatiannya kepada UMKM, Kepala BSN Blusukan ke Banyuwangi
- Minggu, 01 November 2015
- 4702 kali
Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam pelaksanaan program dan kegiatannya terus memperhatikan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) karena dari UMKM lah ekonomi kerakyatan tumbuh dan berdampak langsung pada peningkatan daya saing bangsa Indonesia. Untuk menunjukkan perhatiannya kepada UMKM dalam rangka kunjungan kerjanya selama 3 (tiga) hari 28-30 Oktober 2015 Kepala BSN Bambang Prasetya mengunjungi UMKM dan Industri pengalengan ikan yang ada diwilayah Banyuwangi.
Turut serta dalam kunjungan tersebut adalah Pimpinan Komisi VI Azam Azman Natawijaya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Standardisasi Juliantino dan Kepala Bidang Akreditasi Produk, Pelatihan dan Personel Donny Purnomo
Pengolahan Ikan Sarden dalam Kaleng
Saat melihat proses pengolahan ikan sarden dalam kaleng yang didampingi oleh Manajer Produksi PT. Sumber Yalasamudera Firmansyah mengatakan bahwa dahulu dalam sehari mengolah 70 ton ikan dan menghasilkan 250 ribu kaleng ikan, namun sejak 3 tahun belakangan ini produksi menurun antara 30-50 ton ikan karena sulitnya bahan baku ikan segar, sehingga bahan produksi berupa ikan sardines saat ini impor dari India dan China dalam bentuk ikan beku sementara jika dibandingkan dengan ikan lokal dari muncar sendiri yang lebih bagus dan segar, dan penjualan hasil produksi dari sini dijual ke daerah timur Indonesia seperti Kalimantan dan Sulawesi ujarnya.
Ketahanan ikan sarden dalam kaleng ini menurut salah satu staff PT. Sumber Yallasamudera saat diwawancarai Humas BSN bertahan hingga 3 tahun dan saus tomat yang digunakan untuk pembuatan ikan kaleng ini pun berasal dari China karena lebih murah alasannya, sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Cara mengolah dan memproses pengalengan ikan ini sudah menggunakan SNI tentang pengalengan Ikan, namun ketika dilihat dari hasil akhir proses pengalengan ikan ini ditemukan bahwa bukan SNI yang tercetak dalam dus melainkan SII.
Satrio Batik
Malam harinya (28/10/2015) Kepala BSN bersama rombongan mengunjungi Satrio Batik yang berada dipelosok Desa Kedungmanten Kecamatan Siliragung. UMKM yang mempekerjakan 500 pekerja ini setiap harinya menghasilkan 1000 – 2000 lembar kain batik cap. Menurut pemilik dari Satrio Batik Nanang mengatakan bahwa yang menjadi primadona adalah produksi kain pantai dimana hasil produksi dari kain pantai ini dijual dan didistribusikan hampir seluruh pasar yang berada di Denpasar Bali. Untuk bahan baku yang digunakan untuk membuat kain pantai berasal dari daerah Solo ungkapnya.
Untuk proses produksi pembuatan kain batik ini salah satu staffnya mengatakan belum sepenuhnya menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan alasan karena ketidaktahuannya. Yang menarik dari perbincangan ini sisa dari pewarnaan dan pencucian batik dibuang ke sungai begitu saja dan malah ada masyarakat sekeliling pabrik memintanya dan menggunakannya untuk menyiram ke perkebunan buah naga.
Pagi hari (30/10/2015) Kepala BSN bersama rombongan kembali blusukan, kali ini yang dituju adalah 2 (dua) UMKM yang memproduksi batik khas Banyuwangi yaitu Batik Alam Sekar Bakung dan Batik Karang Segoro bertempat di Desa Karangasem ± 5 KM dari kota Banyuwangi.
Batik Alam Sekar Bakung
Sang pemilik Ibu gatot menceritakan bahwa produksi kain batiknya ini dalam proses pewarnaannya menggunakan bahan dasar alam seperti kulit kayu pohon mahoni, Jelawi, Ktinggi, dan kulit manggis. Motif batik yang sering dibuat adalah motif kuno yang menjadi kekhasan kota Banyuwangi ungkap ibu pensiunan bidan ini yang telah mengembangkan usaha batik alamnya 5 tahun yang lalu.
Karena sifatnya alami maka produksi kain batik ini hanya beberapa saja yang dibuat dan terkadang membatik hanya berdasarkan pesanan saja dan Ibu gatot menceritakan bahwa batiknya ini merupakan satu – satunya di Banyuwangi yang menggunakan pewarnaan dari alam.
Batik Karang Segoro
Beberapa penghargaan telah diraih oleh pengrajin batik ini diantaranya Tahun 2014 Juara 1 Lomba Desain Batik Khas Banyuwangi yaitu motif Karang Segoro, dan Tahun 2015 Juara 1 Lomba Desain Motif Khas Banyuwangi yaitu motif ceplok kembang kopi.
Pemilik sekaligus pengrajin batik karang segoro Pak Isprijono menjelaskan usahanya ini dirintis sejak 3 Tahun yang lalu berawal dari coba – coba dan mulai serius menekuni membatik sejak desain motifnya diakui dan mendapatkan penghargaan dari pemerintah kabupaten Banyuwangi ujar Bapak yang menjadi guru seni menggambar ini.
Karena ketidaktahuannya untuk mematenkan desain motifnya tersebut ke Kementerian Hukum dan Ham maka secara tidak sengaja dia menemukan motifnya sudah beredar dipasar wilayah Banyuwangi bukan batik tulis namun batik printing.
Melihat fenomena dan permasalahan yang dihadapi industri dan UMKM yang langsung dilihat tersebut maka secara khusus Kepala BSN akan membantu melakukan pendampingan dan sertifikasinya, mendaftarkan indikasi geografis UMKM sebagai salah satu pemanfaatan bonus geografis Indonesia, membantu UMKM untuk pendaftaran Merk dan Paten serta UMKM melalui pemerintah daerah dapat mengajukan usulan perumusan SNI. (Humas BSN)
Pertanyaan Umum
-
1 Sel, 26 Mar 2024 SIARAN PERS: BSN: Standardisasi Berikan Dampak Ekonomi di Indonesia
-
2 Sen, 25 Mar 2024 Publikasi Usulan PNPS Tambahan Tahun 2024
-
3 -
4 Kam, 14 Mar 2024 SELEKSI TERBUKA JABATAN TINGGI MADYA DI LINGKUNGAN BSN