Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Dirjen Belmawa: Pendidikan Standardisasi Penting bagi Mahasiswa

  • Rabu, 11 November 2015
  • 1917 kali

Fakta "kecil" mengenai sarjana menganggur harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak, terutama perguruan tinggi sebagai penghasil dari tenaga kerja. Indonesia memiliki 4200 perguruan tinggi, jika saja dibuat rata-rata 1 perguruan tinggi meluluskan 500 sarjana, maka akan ada 210.000 lulusan sarjana tiap tahun. Namun statistik bicara lain, data BPS pada Februari 2015, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 45,19 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar 8,29 persen. Ini artinya masih banyak sarjana yang menganggur. Ada unlink and mismatch antara pendidikan dengan dunia industri atau usaha.



Hal inilah yang menjadi muara topik pembicaraan pertemuan antara Badan Standardisasi Nasional, yang diwakili oleh Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi, Dewi Odjar Ratna Komala dengan Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KemenristekDIKTI, Prof. Dr. Intan Ahmad, Jum’at (6/11).


Berangkat dari fakta bahwa standar erat kaitannya dengan industri, pengetahuan tentang standar termasuk keahliannya itu penting bagi mahasiswa, meski disisi lain masih banyak diantara akademisi, baik dosen maupun mahasiswa yang belum memahami betul apa itu standar, aku Prof. Intan Ahmad.


Maka dari itu, lanjut Guru Besar bidang Entomologi ini, standar dan standardisasi menjadi perlu diajarkan ke mahasiswa. Saya sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh BSN selama ini yang sudah 10 tahun menggiatkan pendidikan standardisasi di Indonesia. What we can do to support this? tegas Professor yang juga hobi karate pemegang sabuk hitam.  


Selain menyampaikan perjalanan dan perkembangan pendidikan standardisasi di perguruan tinggi, Dewi Odjar juga menyampaikan mengenai inovasi yang dilakukan oleh BSN dalam penyebarluasan dan pemerataan pengetahuan standardisasi ke pelosok tanah air, melalui sistem pembelajaran jarak jauh dengan portal situs, elearning.bsn.go.id. Dengan target perguruan tinggi dan para professional, sistem ini dibangun dengan teknologi terkini, dapat diakses melalui komputer,  smartphone dan perangkat gadget lainnya. Materi dibuat semenarik mungkin dan agar mudah dipahami dengan menggunakan media animasi, video presentasi,  flipbook. Satu hal yang menjadi nilai tambah adalah sertifikat melalui ujian mandiri, sertifikatnya pun dapat dicetak sendiri, tentu sistem pengamannya diatur sedemikin hingga sehingga bisa ditelusur, jelas Dewi Odjar.


Hal tersebut sejalan dengan kebijakan di kami, yaitu KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) lanjut Prof. Intan Ahmad, bahwa lulusan sarjana itu tidak hanya bermodalkan ijazah tapi juga dibekali dengan keahlian praktis yang bersertifikat atau SKPI (Sertifikat Keterangan Pendampin Ijazah) termasuk keahlian di bidang standar sehingga menjadi nilai tambah lulusan dalam mencari kerja. Bagi kalangan professional, nantinya gelar akademik tidak hanya melalui jalur pendidikan formal, tapi dapat diakui dari pengalaman kerja dan pelatihan sehingga sistem yang dikembangkan BSN ini juga tepat bagi karir para professional.


Di akhir pertemuan, Prof. Intan Ahmad, kembali menegaskan bahwa dirinya siap jika harus membuat surat edaran kepada rektor seluruh Indonesia untuk mengajarkan standardisasi kepada mahasiswa. Tolong saya diberi tulisan tentang latar belakangnya, tegas Prof. Intan Ahmad.

Dalam audiensi yang berlangsung singkat tapi efektif ini, Dewi Odjar didampingi oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi, Metrawinda Tunus dan Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Standardisasi, Andry R. Prihikmat. (Har)