Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pertemuan Kepala BSN dengan FORSTAN: Standards Literacy Dimulai dari Kampus

  • Rabu, 13 Januari 2016
  • 1755 kali

Benar adanya sebuah ungkapan “Membangun bangsanya adalah membangun manusianya” jika ingin membangun peradaban, bangunlah manusianya Bangunlah jiwanya bangunlah raganya. Jika bangunan infrastruktur mutu, terdiri dari 3 (tiga pilar), yaitu Metrologi, Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, maka Sumber Daya Manusia adalah pondasi utamanya. Mengabaikan pondasi SDM sama saja menunggu roboh bangunan infrastruktur mutu.


Untuk menggambarkan pentingnya SDM di bidang standardisasi, kajian sederhana “kekuatan” standardisasi seperti berikut. Standar Nasional Indonesia (SNI), sampai September 2015, terdapat 8649 SNI aktif. Didukung oleh 101 komite teknis dan 23 sub komite teknis perumusan SNI yang beranggotakan 13-15 orang atau total anggota 1612 – 1860 orang yang merupakan representasi dari industri/pelaku usaha, pakar/akademisi, konsumen dan pemerintah.


Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan 21.410 standar nasional dan 500 komite teknis yang beranggotakan lebih dari 10.000 pakar, Korea Selatan dengan 23.923 standar nasional dan 370 komite teknis yang beranggotakan 4.493 pakar, Malaysia meskipun dengan 6178 standar nasional tapi memiliki 400 komite teknis yang beranggotakan lebih dari 5000 pakar. Jadi jika melihat hitung-hitungan di atas kertas sudah hamir dipastikan kita tertinggal jauh dari, RRT, Korea Selatan bahkan tetangga paling dekat, Malaysia. Berita “bagusnya” Malaysia baru Oktober 2015 kemarin belajar ke Indonesia tentang Pendidikan Standardisasi.

 

Indikasi dasar SDM di bidang standardisasi kuat adalah melek standard atau standards literacy-nya kuat, standards in mind, standar menjadi topik forum kajian akademis, standard menjadi the way of life. Pendidikan adalah cara jitu atau critical mass menuju kesana. Inilah topik pembicaraan yang mengawali pertemuan antara Pengurus Forum Pendidikan Standardisasi (FORSTAN) yang diketuai oleh Dr. Bambang Purwanggono, dari UNDIP dengan kepala Badan Standardisasi Nasional, Prof. Dr. Bambang Prasetya di Jakarta (12/1).


Standards literacy dapat dimulai dari kampus bayangkan Tiap tahun kami, UNDIP, memiliki sekitar 40.000 ribu mahasiswa, yang jika saja pada saat mereka Praktik Kerja Lapang dibekali materi atau konten standardisasi maka ini akan menjadi critical mass. Ujar Dr. Bambang Purwanggono.


Disamping itu, ada kebutuhan nyata dari industry akan SDM yang memiliki kompetensi di bidang standardisasi. Sejak tahun 2012, FORSTAN bersama BSN sudah sering menghadirkan stakeholders dari Industri dan Pemerintah serta DIKTI guna menghimpun masukan mereka bagi program pendidikan standardisasi.


Prof. Bambang Prasetya sepakat dengan Forstan bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kompetensi SDM di bidang Standardisasi. FORSTAN dapat menjadi mitra strategis BSN dalam melakukan edukasi standardisasi. Jelas Prof. Bambang Prasetya.


Untuk itu, BSN lanjut Prof. Bambang Prasetya sangat mendukung keberadaan FORSTAN dan dalam waktu dekat Kepala BSN akan mengajak FORSTAN untuk audiensi dengan Menristekdikti agar standardisasi dapat diajarkan di semua perguruan tinggi, melalui berbagai cara, baik mata kuliah, kapita selekta, kuliah umum/kuliah nyata, magang atau praktik kerja lapangan, dan tugas akhir.


Hadir mendampingi Kepala BSN, Sekretaris Utama BSN, Dr. Puji Winarni  dan Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi, Kukuh S. Achmad, serta Kepala Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi, Metrawinda Tunus yang didampingi tim diklat.. Jajaran Pengurus Forstan yang hadir adalah Prof. Dr. Dradjad Irianto dari ITB, Prof. Dr. Indra Surjati dari Trisakti, Ir. Ajat Sudrajat, MT. dari UNAS dan Ir. Mustaufik, MP. Dari UNSOED.


Forstan sendiri berdiri sejak 29 Juli 2010 di Yogyakarta, merupakan wadah silaturahim, jejaring dan komunikasi bagi akademisi pegiat standardisasi dan pendidikan standardisasi. Saat ini sudah terbentuk kepengurusan dan AD/ARTnya. Bagi yang berminat bergabung dapat menghubungi Dr. Bambang Purwanggono di b.purwanggono@gmail.com. (diklat)