Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL: “Ayo Kerja, Inovatif dan Kompetitif”

  • Senin, 02 Mei 2016
  • 1931 kali

“Tanggal 2 Mei yang kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) merupakan hari lahir Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia yang pemikirannya menjadi benih bertumbuhnya pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara mengumandangkan pemikirannya tentang pendidikan tinggi Indonesia, yaitu Ing Ngarso Sing Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani, dan menerapkannya dalam sekolah Taman Siswa. Inisiatif tersebut menjadi awal bentuk reformasi pendidikan di Indonesia.

 

HARDIKNAS kita peringati bukan hanya untuk mengenang jasa Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dan seluruh pejuang pendidikan yang patut kita kenang dan hargai. Namun, juga untuk kita merefleksikan tentang beragam upaya yang telah dan sedang kita lakukan dalam menjalankan berbagai program untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Indonesia. Perjalanan tersebut menjadi tonggak untuk upaya kita selanjutnya dalam memberikan layanan pendidikan tinggi berkualitas bagi putra putri bangsa, menciptakan SDM IPTEK Indonesia yang terampil,dan meningkatkan kapasitas penciptaan beragam inovasi dan teknologi yang berdaya saing industri, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia

 

Dalam bingkai pikir tersebut, maka HARDIKNAS kali ini kita peringati dengan tema Ayo Kerja, Inovatif dan Kompetitif. Tema tersebut merupakan seruan bagi seluruh kalangan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi untuk melakukan reformasi pendidikan tinggi, sebagaimana telah dimulai oleh Bapak Pendidikan kita. Reformasi pendidikan tinggi merupakan suatu keniscayaan pada saat ini, ketika kita menghadapi beragam tantangan luar biasa dalam skala lokal, nasional, maupun global.

 

Melalui pendidikan tinggi, kita mempersiapkan SDM IPTEK yang akan bersaing dalam pasar kerja nasional maupun internasional, serta akan memenuhi beragam tempat kerja. Bagaimana mungkin  lulusan kita akan memiliki kompetensi untuk bekerja di dunia abad 21. jika penyelenggaraan pendidikan tinggi kita masih sama seperti abad 19? Juga, kehadiran teknologi informasi komunikasi dan jaringan, serta masyarakat ekonomi berbasis pengetahuan menyebabkan perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan tinggi tidak dapat ditawar lagi”.

 

Tulisan di atas merupakan petikan Sambutan Menristekdikti, Prof. M. Nasir dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2016 yang menekankan inovasi dan daya saing SDM di bidang IPTEK. Senada dengan Menritekdikti, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Prof. Dr. Intan Ahmad, dalam pertemuan dengan jajaran BSN beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa lulusan kita harus memiliki kompetensi yang unggul dan berdaya saing. Fakta "kecil" mengenai sarjana menganggur harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak, terutama perguruan tinggi sebagai penghasil dari tenaga kerja. Indonesia memiliki 4200 perguruan tinggi, jika saja dibuat rata-rata 1 perguruan tinggi meluluskan 500 sarjana, maka akan ada 210.000 lulusan sarjana tiap tahun. Namun statistik bicara lain, data BPS pada Februari 2015, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 45,19 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar 8,29 persen. Ini artinya masih banyak sarjana yang menganggur. Ada unlink and mismatch antara pendidikan dengan dunia industri atau usaha.

 

Berangkat dari fakta bahwa standar erat kaitannya dengan industri, pengetahuan tentang standar termasuk keahliannya itu penting bagi dunia pendidikan untuk mengatasi unlink and mismatch antara pendidikan dengan dunia industri atau usaha tersebut.  Meski di sisi lain masih banyak di antara akademisi, baik dosen maupun mahasiswa yang belum memahami betul apa itu standar, aku Prof. Intan Ahmad. Standar dan standardisasi menjadi kebutuhan penting sebagai materi ajar untuk mahasiswa. Prof. Intan Ahmad sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) selama ini yang sudah 10 tahun menggiatkan pendidikan standardisasi di Indonesia.

 

 

Sejalan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), bahwa lulusan sarjana tidak hanya bermodalkan ijazah tapi juga dibekali dengan keahlian praktis yang bersertifikat atau SKPI (Sertifikat Keterangan Pendamping Ijazah) termasuk keahlian di bidang standar sehingga menjadi nilai tambah lulusan dalam mencari kerja. Bagi kalangan professional, nantinya gelar akademik tidak hanya melalui jalur pendidikan formal, tapi dapat diakui dari pengalaman kerja dan pelatihan sehingga sistem yang dikembangkan BSN ini juga tepat bagi karir para professional.

 

Pendidikan standardisasi diharapkan menciptakan “rich pool of standards professionals” dengan pemahaman mendalam di bidang industri tertentu dan secara cepat mampu mengikuti perkembangan  iptek, pasar dan regulasi. Selain itu, pendidikan standardisasi ikut berkontribusi terhadap pasar tenaga kerja, menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai dan kompetensi dibidangnya. BSN telah mengembangkan pendidikan standardisasi dengan bekerjasama dengan 41 perguruan tinggi di Indonesia.

 

Hasilnya standardisasi saat ini sudah menjadi mata kuliah di 13 Perguruan Tinggi, baik sebagai mata kuliah pilihan, mata kuliah wajib, kuliah umum maupun sisipan atau bagian mata kuliah. Dua perguruan tinggi, yaitu ITB dan Universitas Trisakti bahkan sudah menyelenggarakan program pasca sarjana di bidang Standardisasi dan Manajemen Kualitas.

 

Untuk meningkatkan pemahaman standardisasi, BSN juga memiliki beberapa program dan kegiatan, salah satunya adalah memberikan pelatihan terkait standardisasi dan penilaian kesesuaian kepada para dosen pengampu pendidikan standardisasi, khususnya bagi perguruan tinggi yang telah memiliki kerjasama (MoU) dengan BSN. Selain itu, agar pendidikan standardisasi bisa menjangkau ke pelosok tanah air, BSN mengembangkan  sistem pembelajaran jarak jauh dengan portal situs, elearning.bsn.go.id. Dengan target perguruan tinggi dan para professional, sistem ini dibangun dengan teknologi terkini, dapat diakses melalui komputer,  smartphone dan perangkat gadget lainnya. Materi dibuat semenarik mungkin dan agar mudah dipahami dengan menggunakan media animasi, video presentasi,  flipbook.

 

BSN juga memiliki program “magang kerja” bagi mahasiswa yang ingin mengetahui secara detil apa yang dilakukan oleh BSN dalam rangka mengembangkan standardisasi di Indonesia. Mahasiswa merasakan manfaat pendidikan dan pelatihan standardisasi karena pengetahuan dan keahlian standardisasi menjadi nilai tambah guna membantu dan mempermudah saat terjun di dunia kerja atau profesi.

 

Untuk menghimpun persatuan antar dosen pengampu pendidikan standardisasi, BSN juga mewadahi dalam bentuk Forum Pendidikan Standardisasi (FORSTAN) yang Kepengurusannya telah dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 67 Tahun 2016.

 

Menurut M. Rosiawan, salah satu anggota FORSTAN yang juga Dosen Teknik Industri Universitas Surabaya, pendidikan standardisasi sudah menjadi mata kuliah pilihan wajib di Teknik Industri. Bagi Rosiawan, “Standar dan standardisasi sejalan dengan tri dharma perguruan tinggi. Standar dan standardisasi ibarat ladang "amal" akademisi yang sesungguhnya. Jika akademisi hanya aktif dengan dunia akademisinya, ibarat hidup hanya di dunia teori. Standar dan standardisasi adalah dunia praktek yang menuntut disiplin ilmu yang dikuasai dapat diaplikasikan. Sebanyak apapun hasil penelitian akademisi, standar dan standardisasilah yang membuat ilmu kita bermanfaat”.

 

Senada yang disampaikan M. Rosiawan, Dosen fakultas Teknik Undip yang juga member of International Cooperation for Education About Standardization (ICES) Board, Bambang Purwanggono mengatakan bahwa standar berperan penting bagi industri untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Menurut Ketua FORSTAN ini pendidikan standardisasi telah berjalan dan akan terus berjalan, untuk rakyat Indonesia.  Untuk itu, pendidikan standardisasi bukan hanya penting tapi sebenarnya menjadi kebutuhan untuk diajarkan ke mahasiswa. Sehingga cita-cita semakin tingginya kesadaran tentang standar akan bertambah dan menjadi karakteristik kualitas bangsa. Selamat Hari Pendidikan Nasional. (Pusdikmas)