Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Perbaikan Genetik Sapi Lokal Untuk Meningkatkan Daya Saing

  • Rabu, 22 Juni 2016
  • 2948 kali

 Untuk meningkatkan daya saing dan mencapai swasembada pangan khususnya di bidang daging sapi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan PT. Karya Anugerah Rumpin (PT. KAR) mengembangkan program perbaikan genetik sapi lokal Indonesia. PT. KAR adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pembibitan (breeding) dan penggemukan ternak sapi (feedlot). PT. KAR berlokasi di Desa Cibodas dan Desa Rabak – Rumpin, Bogor.

 


Salah satu varietas unggul yang dimiliki oleh PT. KAR adalah sapi sumba ongole. Sapi sumba ongole memiliki keunggulan adaptasi pada lingkungan yang ekstrim, mempunyai pertumbuhan yang cepat, menghasilkan karkas dan daging yang tinggi, serta memegang peranan dalam sosial ekonomi sebagai penyedia daging di Indonesia. Sapi sumba ongole telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 427/Kpts/SR.120/3/2014 tentang Penetapan Rumpun Sapi Sumba Ongole.

 

 

Program kerjasama ini didukung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. “Program pembibitan dan penggemukan sapi di sini sangat bagus, karena melibatkan ada swasta, ada peneliti LIPI. Di tempat lain, di Sumatera Barat juga dikerjakan oleh kementerian pertanian. Ada juga BUMN berdikari dan mungkin akan bekerja sama dengan spanyol, brazil, sehingga 9 sampai 10 tahun kedepan kita bisa swasembada daging sapi,” ujar Jokowi, panggilan akrab Joko Widodo, saat melakukan kunjungan kerja ke PT KAR pada Selasa, (21/6/16).

 


Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kemenristekdikti tentang Riset, Pengembangan dan Implementasi Inovasi Bidang Pertanian yang dilakukan antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menristekdikti, Muhammad Nasir.


Poin dari Nota Kesepahaman tersebut adalah adanya kerjasama antara Kementan dan Kemenristekdikti dalam mewujudkan cita-cita swasembada pengan, Kemenristekdikti berfokus dalam proses di hulu, pembibitan sapi, sedangkan Kementan berfokus dalam proses hilirisasi, yaitu penyebaran bibit sapi yang baik serta pendampingan kepada para petani lokal. “Saya harap, dengan adaanya nota kesepahaman ini, target swasembada daging 10 tahun kedepan dapat terlaksana dengan baik,”ujar Pemilik PT. KAR, Karnadi Winaga.

 


"Semuanya sudah berada pada rel yang benar. Hanya sekali lagi, ini perlu konsistensi, jangan berhenti. Kita tidak mungkin lagi membagi-bagi sapi ke petani tanpa sebuah persiapan manajemen pengawasan dan manajemen pendampingan," ujar Presiden Jokowi menanggapi Nota Kesepahaman tersebut.


Di tempat terpisah, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Bambang Prasetya menyatakan, BSN turut mendukung swasembada pangan yang dicanangkan. “Salah satu aspek penting dalam proses produksi sapi potong adalah ketersediaan bibit yang sesuai standar. Oleh sebab itu standar bibit sapi sumba ongole perlu ditetapkan sebagai acuan bagi pelaku usaha dalam upaya mengembangkan sapi sumba ongole”, ujarnya.

 


Saat ini, BSN melalui Subkomite Teknis 67-03-S1 bibit ternak, tengah merancang SNI 7651.8:2016, Bibit sapi potong – Bagian 8 : Sumba Ongole. Rancangan SNI ini sudah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 28 Januari 2016 sampai dengan 28 Maret 2016 dan sedang memasuki tahap pemungutan suara. Adapun masa pemungutan suara ini dimulai sejak tanggal 18 Mei 2016 dan akan berakhir pada tanggal 17 Juli 2016 (60 hari). Diharapkan, para pemangku kepentingan turut memberikan suara dalam rancangan SNI ini melalui website resmi BSNdi http://sisni.bsn.go.id/, sehingga dapat terwujud SNI sesuai dengan kebutuhan pengguna. (ald-Humas)




­