Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pembekalan BSN Essay Competition 2017

  • Kamis, 16 Februari 2017
  • 3042 kali

Menjelang Ulang Tahun ke-20 Badan Standardisasi Nasional (BSN), BSN mengadakan BSN Essay Competition 2017 (BEC 2017)  untuk para karyawan BSN. Sebagai langkah awal, BSN mengadakan pembekalan BEC untuk para karyawan BSN pada Selasa, 14 Februari 2017. Pembekalan BEC ini mengundang Kepala BSN, Bambang Prasetya, serta mengundang pustakawan IPB yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi BSN periode 2012-2016, Abdul Rahman Saleh sebagai narasumber.


 

“BEC 2017 ini merupakan lomba penulisan ilmiah popular dengan tema “Mewujudkan BSN sebagai lembaga standardisasi kelas dunia dan platform untuk inovsi dan mutu,” ujar Plt Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi BSN, Minannuddin. Adapun karya tulis yang dikirimkan minimal sebanyak 7 halaman, dan maksimal sebanyak 15 halaman. Penyerahan karya tulis akan ditutup pada 10 Maret 2017.

 

Dalam kesempatan ini, Minannuddin juga menjelaskan bahwa selain memeriahkan ulang tahun BSN, BEC 2017 ditujukan untuk pengembangan koleksi perpustakaan dan meningkatkan kompetensi pegawai di bidang penulisan. “Karya tulis yang terpiih mudah-mudahan  akan kita bukukan bersama karya tulis para pakar / tokoh standardisasi” ujar Minannudin memotivasi peserta.


Dalam pembukaannya, Deputi Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN, Erniningsih menekankan pentingnya pembinaan terhadap minat menulis. “Saya yakin ada personel BSN yang memiliki bakat dan minat menulis, bahkan ada yang tulisannya sudah diterima di media sosial,” ujar Erniningsih. Dengan adanya BEC 2017 ini, diharapkan, BSN mempunyai penulis yang handal.

 

 

Dengan umur 20 tahun, kiprah BSN tentu sudah banyak. Erniningsih mencontohkan beberapa poin yang dapat dikembangkan oleh para peserta. “Banyak hal yang bisa digali dari teman-teman calon penulis ini, apakah yang sudah diraih oleh BSN sudah memenuhi harapan masyarakat, bagaimana dengan pelaksanaan UU No.20 tahun 2014, serta apakah SNI sudah bisa membentengi kepentingan masyarakat Indonesia,” ujarnya.


Kepala BSN, Bambang Prasetya juga menjelaskan bahwa suatu tulisan dapat menjadi karya yang indah. “Menulis itu seni, berarti ada teknik-teknik dalam membuat tulisan” ujar Bambang di awal paparannya. Dalam menulis, jiwa salesmanship juga harus ada. Penulis harus berusaha bagaimana caranya agar dengan membaca paragraph awal, pembaca dapat tertarik untuk membaca paragraph selanjutnya, hingga mencapai simpulan.

 

 

“Di ulang tahun ke-20 BSN ini, saya ingin teman-teman meneropong, BSN ke depan akan seperti apa. 20 tahun BSN merupakan momentum yang tepat untuk menata cita-cita kita,” harap Bambang. Untuk itu, dalam kesempatan ini Bambang membekali peserta dengan platform BSN, posisi BSN saat ini, sehingga dapat menjadi dasar bagi para peserta dalam mengembangkan ide yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan. Bambang pun berharap, hasil tulisan nanti dapat mewarnai visi-misi BSN ke depan.

 

Narasumber kedua, Abdul Rahman Saleh menganalogikan enulis seperti berenang. “Menulis itu seperti berenang. Bila hanya tau teorinya namun tidak pernah belajar berenang, ya kita tidak akan pernah bisa berenang. Menulis juga seperti itu,” ujar Abdul Rahman. Maka, dalam kesempatan ini, Abdul Rahman menyampaikan beberapa poin dalam “the Big 6” sebagai dasar-dasar penulisan kepada para peserta.

 

Dalam “the Big 6”, ada enam keterampilan dalam memuat tulisan. Langkah pertama adalah menentukan permasalahan. Masalah adalah pertanyaan yang harus dijawab, dan merupakan bekal yang bagus untuk merangkai tulisan. Masalah dapat timbul karena ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan; antara yang harus dan yang sudah diketahui.

 

 

“Sebagai contoh, bagaimana caranya kita mencapai pada world class institution. Jawabannya dapat dirangkai menjadi sebuah tulisan,” ujar Abdul Rahman. Dalam merumuskan masalah, perlu diketahui target pembacanya, bentuk tulisan sudut pandang yang digunakan, batasan topik, waktu yang tersedia dalam merangkai karya tulis, serta panjang tulisan yang dikehendaki.

 

“Tidak ada karya tulis yang langsung jadi, termasuk saya,” ujar Abdul Rahman. Untuk itu, Abdul Rahman melanjutkan, ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat karya tulis, yaitu membuat kerangka (outline), menulis buram (draft), maupun melakukan revisi.

 

Dalam kesempatan ini, Abdul rahman juga memaparkan beberapa hal yang harus diketahui dalam menggunakan informasi secara bertanggung jawab, yaitu menandai karya orang lain dalam tulisan. “Tidak mungkin dalam sebuah karya tulis, semuanya merupakan hasil pikiran kita. Pasti kita mengutip pikiran orang lain. Yang penting adalah bagaimana kita menuliskan sumber kutipan itu,” pesan Abdul Rahman menutup paparannya.

 

 

Dalam pembekalan ini, peserta juga diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan panitia. Diharapkan, pembekalan ini dapat memotivasi para peserta untuk mengirimkan karya sebaik mungkin, sehingga dapat meramaikan khazanah karya tulis tentang standardisasi di Indonesia. (ald-Humas)