Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Perlu Adopsi Standar Greenhouse Gases (GHG)

  • Rabu, 06 Mei 2009
  • 3169 kali

Green House Gases (GHG) sudah menjadi isu global. Website International Organization for Standardization (ISO), sempat menampilkan topik tersebut sebagai salah satu Hot Topics-nya. Namun, Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang hal tersebut, tampaknya belum dikembangkan. Oleh sebab itu, semua pemangku kepentingan yang terkait dengan GHG harus berpikir dan bekerjasama secara strategis untuk standar akreditasi-sertifikasi GHG. Demikian salah satu inti yang disampaikan Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang juga Ketua Komite Akreditasi Nasional (KAN), Dr. Bambang Setiadi pada Workshop Green House Gases yang diselenggarakan BSN dan KAN di Jakarta, hari ini (6/5/2009).

Definisi GHG yang disampaikan Sekretaris Jenderal KAN, Dr. Sunarya dalam acara tersebut adalah gas yang ada dalam atmosfir bumi, baik yang alami maupun yang bukan yang dapat mengabsorsi dan meng-emisi radiasi sinar pada panjang gelombang infra merah. Masalah GHG menjadi penting karena persoalan ini berpengaruh pada alam, kehidupan manusia, binatang, organisme lain, tumbuhan dan lain-lain yang selanjutnya dapat berpengaruh pada penggunaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan lain-lain serta ujung-ujungnya berpengaruh pada produksi dan aktifitas ekonomi.

Sejauh ini, perkembangan teknologi telah memungkinkan manusia untuk bisa mengukur emisi GHG maupun cadangan karbon yang ada di muka bumi ini. Guna menyatukan pemikiran oleh para pemangku kepentingan yakni pemerintah, swasta/bisnis dan para pekerja sukarela dalam pengukuran emisi GHG yang tidak seragam, ISO TC 207 telah mempublikasikan ISO 14064-1:2006 (Greenhouse gases-Part 1: Spesification with guidance at the organization level for quantification and reporting of greenhouse gas emission and removals), ISO 14064-2:2006 (Greenhouse gases-Part 2: Spesification with guidance at the project level for quantification, monitoring and reporting of greenhouse gas emission reductions and removal enhancements), serta ISO 14064-3:2006 (Greenhouse gases-Part 3: Spesification with guidance for the validation and verification of greenhouse gas assertions).

Selain itu, ISO juga mempublikasikan ISO 14065:2007 (Greenhouse gases-Requirements for greenhouse gas validation and verification bodies for use in accreditation or other forms of recognition). Menurut Bambang Setiadi, publikasi ISO tentang GHG tersebut sangat berperan untuk mendukung program pengurangan GHG dan program trading carbon. Oleh sebab itu, baik Bambang maupun Sunarya sependapat apabila BSN dapat mengadopsi ISO standar kaitannya dengan aplikasi GHG.

Workshop diisi dengan penyampaian materi sistem akreditasi dan sertifikasi GHG yang disampaikan oleh Dr. Sunarya dan Pentingnya Implementasi Akreditasi dan Sertifikasi GHG oleh Dosen Teknik Kimia ITB, Dr. Retno Gumilang Dewi. Dilanjutkan sesi kedua dengan materi Peluang dan Tantangan Penerapan Akreditasi dan Sertifikasi GHG di Indonesia oleh Dosen Universitas Padjajaran, Sunardi, M.Si, Ph.D, Pengelolaan GHG di PT. Astra International, Tbk oleh EHS Division PT. Astra Internasional, Tbk Venny Wijaya, ST, serta Perkembangan Standardisasi GHG oleh Sekretaris DELRI Sidang TC 207 Suminto, B.Sc, Dipl.EST. (dnw)




­