Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Meraih SNI Tempe untuk pertama di Indonesia, Rumah Tempe Indonesia (RTI) siap mengangkat nama baik tempe di kancah nasional dan global

  • Selasa, 30 April 2019
  • 7030 kali

Siapa sangka tempe makanan khas Indonesia yang dapat ditemui di setiap pasar memiliki begitu banyak manfaat bagi pengkonsumsinya. Jika dibandingkan, kandungan gizi tempe dan pangan hewani per 100 gram, tempe memiliki kadar karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi dan magnesium yang lebih tinggi dari daging sapi, ayam dan telur (BSN, 2018). Namun dibalik manfaat yang besar, tempe terkadang dipandang sebelah mata oleh para konsumen. Tempe sering kali di kaitkan kepada masyarakat kelas bawah, makanan murahan, maupun sering di ibaratkan ‘mental tempe’ bagi sebagian masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari proses produksi tempe yang masih banyak dilakukan secara tradisional, tidak menggunakan standar maupun dapat dikatakan kurang higienis. Stigma-stigma tersebut dapat ditepis oleh Rumah Tempe Indonesia yang berlokasi di Cilendek barat, kota Bogor.

Rumah Tempe Indonesia (RTI) merupakan tempat yang didirikan sebagai kepedulian atas situasi dan kondisi perajin tempe yang ada dimana perajin ingin diberikan gambaran nyata (prototipe) terhadap tempat produksi tempe yang ideal yaitu sebuah tempat produksi layaknya industri, kecil yang sederhana, murah, mudah dan ramah lingkungan. RTI dibangun atas keinginan yang kuat dari Pengurus KOPTI (Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia) Kabupaten Bogor. RTI merupakan industri penerap SNI pertama untuk produk Tempe. RTI yang sudah menerapkan GMP dibantu BSN untuk memperolah sertifikasi SNI 3144:2015 yaitu untuk Tempe Kedelai. SNI tempe telah diakui oleh dunia, yang diadopsi menjadi standar regional oleh Codex sehingga selaras dengan standar internasional yang berlaku.

 

Menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) bukan hal mudah namun bukan juga bukan hal yang sulit bagi pelaku UMKM. Dengan komitmen, konsistensi, serta disiplin, maka UMKM dapat memiliki sertifikat SNI sehingga bisa bersaing, memiliki nilai lebih dibandingkan produk kompetirot dan memenangkan hati para konsumen karena lebih berkualitas dan aman. Menurut pemilik RTI Sukhaeri, yang memberikan testimoni dalam cara Capacity Building Pembina UMKM dalam penerapan SNI di Jakarta mengatakan bahwa sertifikat SNI membantu dalam penjualan, kepercayaan pembeli menjadi meningkat. Produk tempe yang dihasilkanpun sudah memasuki supermarket besar, retail ternama di Bogor dengan harga yang bersaing. Tempe yang diproduksi RTI memiliki masa simpan yang cukup lama, tempe yang disimpan dalam suhu ruang mampu bertahan 3 hari, sedangkan untuk penyimpanan di frozen tempe ini memiliki masa simpan setahun.

Sukhaeri dihadapan pembina UMKM yang berasal dari perguruan tinggi, dinas dan komunitas pembina mengatakan pembinaan dalam penerapan SNI yang dilakukan oleh BSN untuk RTI, sangat membantu bagaimana menerapkan cara produksi pangan yang baik, teratur, sistematis, dan higienis sehingga membuat produk yang dihasilkan aman dan memiliki kualitas yang tinggi. Tempe RTI ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, sebagai tempe satu-satunya yang telah bersertifikat SNI. RTI membuktikan kepada dunia, bahwa membuat tempe bisa dilakukan dengan proses produksi yang hygienis dan sanitasi yang sesuai standar keamanan pangan. Para pembina UMKM yang nantinya akan bersinergi dengan BSN dalam membantu UMKM dalam menerapkan SNI ini sangat antusias dengan penerapan SNI yang ada di RTI. RTI sebagai role model UMKM penerap SNI diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi UMKM lain dalam menerapkan SNI agar mampu meningkat daya saing produknya di tingkat nasional maupun global.

(Dit. PPSPK)