Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Memperkuat Pemahaman Substansi Standar Melalui Bedah SNI Manajemen Risiko

  • Senin, 22 Mei 2017
  • 2998 kali

Saat ini pola pendekatan berbasis risiko (risk based thinking) telah turut mewarnai secara signifikan dalam pengembangan standar, sehingga tak heran setiap publikasi standar internasional yang terkait sistem manajemen, akan memasukkan klausul pengelolaan risiko. Manajemen risiko adalah kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi terkait dengan risiko yang dihadapi. Pengendalian risiko diperlukan di berbagai sektor dan menjadi suatu hal yang penting untuk mengantisipasi potensi kemungkinan kejadian dan memetakan dampak yang positif bagi organisasi pemilik risiko. Pengelolaan risiko yang baik dapat mendukung pencapaian kinerja organisasi yang telah ditetapkan. Dengan menjalankan manajemen risiko, organisasi dapat melakukan kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan risiko yang ada.

Dalam pelaksanaannya, untuk acuan dalam penerapan manajemen risiko, saat ini telah tersedia empat standar, yaitu SNI ISO 31000:2011 Manajemen risiko – Prinsip dan panduan, SNI ISO Guide 73:2016 Manajemen risiko – Kosakata, SNI ISO/IEC 31010:2016 Manajemen risiko – Teknik penilaian risiko, dan SNI ISO TR 31004:2016 Manajemen risiko – Panduan untuk implementasi SNI ISO 31000.

Menyadari semakin tingginya kebutuhan tentang perlunya pemahaman mengenai pengelolaan risiko, BSN melalui Pusat Perumusan Standar menyelenggarakan kegiatan workshop Bedah Seri Standar Manajemen Risiko di Bandung (18/5/2017). Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi, I Nyoman Supriyatna, yang membuka kegiatan ini, dalam pengarahannya terkait kebijakan pengembangan SNI, menyampaikan bahwa “Kegiatan bedah SNI seperti ini salah satunya adalah bertujuan untuk mendapatkan feedback dari pengguna standar, berupa masukan-masukan dari para penerap standar agar ke depannya kita tidak lagi hanya menjadi standard-taker tetapi bila memungkinkan bisa terlibat aktif sebagai standard-maker di forum pengembangan standar internasional.”

Kegiatan bedah SNI ini diikuti oleh peserta dari berbagai sektor, antara lain untuk sektor pendidikan, hadir wakil dari UNPAD, UNPAR, ITB dan IPB; dari sektor telekomunikasi hadir wakil PT TELKOM; dari sektor infrastruktur dan konstruksi, hadir wakil dari Konsorsium Kereta Cepat Jakarta-Bandung, PT Wijaya Karya dan PT Adi Karya; untuk sektor transportasi, terdapat peserta dari  PT. Dirgantara Indonesia dan PT. Kereta Api Indonesia; juga wakil dari Kementerian teknis, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Pada sesi pemaparan pertama oleh Muhammad Mukhlis (PT IDX) mengenai SNI ISO 31000:2011 dan SNI ISO Guide 73:2016, diuraikan bahwa standar manajemen risiko ini dapat diterapkan bagi sepanjang usia sebuah organisasi dan pada beragam kegiatan, termasuk strategi dan keputusan, operasi, proses, fungsi, proyek, produk, layanan dan aset. Standar ini dapat diterapkan pada sembarang jenis risiko, apapun sifatnya, baik yang memiliki konsekuensi positif maupun negatif.

Sementara itu pada pemaparan mengenai SNI ISO/IEC 31010:2016, Charles R Vorst (CMRS Indonesia) menyampaikan bahwa pengelolaan risiko terdiri dari tiga tahap proses, yaitu proses penetapan konteks risiko, proses penilaian risiko dan proses perlakuan risiko. Penilaian risiko sendiri terdiri dari tahap identifikasi risiko, tahap analisis risiko, dan tahap evaluasi risiko. "Yang tahu persis risiko adalah pemilik risiko itu sendiri, sehingga cukup diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan. Poin terpenting adalah pengelolaan risiko itu sendiri", kata Charles saat menutup materinya.

Dalam pemaparan materi di sesi terakhir yaitu tentang SNI ISO TR 31004:2016,  Roy Ulrich Wisnuwardhana (PT Sucofindo) menekankan bahwa, "Jangan selalu melihat risiko dari segi kejadian, tapi selalu melihat dari segi dampak yang ada jika risiko itu terjadi agar timbul awareness dari pemilik risiko. Karena bisa jadi risiko itu sebenarnya tidak pernah terjadi pada selang waktu tertentu, tapi akhirnya terjadi juga di momen yang tak terduga, bila tidak dikelola dan ditangani dengan benar".

Setelah pemaparan materi, peserta juga diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik serta tanya jawab yang dipandu oleh moderator Kepala Bidang Lingkungan dan Serbaneka, Hendro Kusumo. Kegiatan satu hari penuh ini akhirnya ditutup oleh Deputi PKS sekaligus dilanjutkan dengan pemberian sertifikat kepada seluruh peserta workshop. (pit)