Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Tingkatkan Produktivitas Kopi Indonesia, BSN Kembangkan SNI Kopi

  • Rabu, 31 Januari 2018
  • 7857 kali

Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke empat setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Namun sayangnya tren mutu dan volume ekspor Indonesia sudah mulai cenderung menurun akhir-akhir ini. Padahal selain diekspor, produk dan olahan kopi juga berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan dan ceruk bisnis di dalam negeri. Menyorot hal ini, Presiden Joko Widodo menunjukkan perhatiannya melalui penyelenggaraan diskusi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait kopi melalui acara “Ngopi Bareng Presiden” di Istana Bogor pada 1 Oktober 2017 lalu. Dalam kesempatan tersebut Presiden memberi arahan untuk meningkatkan posisi Indonesia sebagai produsen kopi dunia.

Untuk menindaklanjuti tantangan yang diberikan oleh Presiden maka Badan Standardisasi Nasional (BSN) tengah mengembangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kopi dan produk kopi. Pengembangan SNI ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas industri kopi dalam negeri, agar posisi kopi Indonesia lebih baik dari sisi mutu dan volume ekspornya. Pengembangan ini dilakukan dengan membentuk Komite Teknis 65-10 Kopi dan Produk Kopi. Komite Teknis ini merupakan restrukturisasi dari komite teknis yang semula dikelola oleh Kementerian Pertanian dan kemudian dialihkan sekretariat komteknya ke BSN.

 

Dalam Program Nasional Perumusan Standar Komite Teknis 65-10 Tahun 2018, terdapat beberapa standar untuk kopi yang dirumuskan, yakni kopi bubuk (revisi; pengembangan sendiri), sistem produksi kopi luwak (pengembangan sendiri), konsentrat ekstrak kopi (perumusan sendiri), kopi instan - Penentuan kadar air - metode Karl Fischer - metode Referensi (adopsi ISO), kopi instan – penentuan total karbohidrat dan karbohidrat bebas – Metode kromatografi pertukaran anion kinerja tinggi (adopsi ISO), serta kopi roasted ground - penentuan kadar air - metode oleh penentuan massa susut di 103 derajat C - metode rutin (adopsi ISO).

Adapun SNI terkait kopi yang telah ditetapkan BSN antara lain SNI 2907:2008 Biji kopi; SNI 01-3188:1992 Penentuan kopi lolos ayakan, nilai cacat dan kotoran kopi biji; SNI 01-4282:1996 Kopi celup; SNI 01-3542:2004 Kopi bubuk; SNI 2983:2014 Kopi instan; SNI 01-4314:1996 Minuman kopi dalam kemasan; SNI 01-4446:1998 Kopi mix; SNI 6685:2009 Kopi gula susu; SNI 7708:2011 Kopi gula krimer; SNI ISO 11292:2015 Kopi instan – penentuan total karbohidrat dan karbohidrat bebas – Metode kromatografi pertukaran anion kinerja tinggi; dan SNI ISO 24114:2015 Kopi instan – criteria untuk autentisitas.

Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama BSN I Nyoman Supriyatna mengungkapkan, kualitas substansi suatu SNI sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang menyusun SNI tersebut, mulai dari konseptornya, Komite Teknis/Subkomite Teknis Perumus SNI beserta Sekretariatnya; dan para pemangku kepentingan yang terkait. Proses perumusan ini merupakan tanggung jawab BSN.

“BSN sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, memandang perlu untuk menggandeng kementerian/ lembaga lain melalui sinergi, konsolidasi, penyamaan persepsi serta berbagi informasi terkini, khususnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan perumusan SNI, sebagai upaya meningkatkan mutu SNI yang dihasilkan,” kata Nyoman saat membuka Seminar Kopi bertema “Penguatan Positioning Indonesia sebagai Produsen Kopi dan Produk Olahannya Melalui Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian” pada Selasa (30/1/2018) di Jakarta.

Seminar digelar dengan menghadirkan narasumber utama Dr Manuel Diaz, antropolog asal Meksiko, yang sudah berkarier puluhan tahun sebagai Coffee policy consultant, Coffee Specialist, konsultan kopi di berbagai negara, Master Roaster, dan A&R Q-Grading Instructor, termasuk sebagai ekspert dalam ISO/TC 34/SC 15 Coffee, yang merumuskan standar internasional untuk produk kopi.

“Salah satu upaya yang dilakukan oleh BSN untuk memperkaya wawasan mengenai kopi dan seluk beluk didalamnya, khususnya dalam rangka memberikan masukan dalam perumusan standar kopi Indonesia sehingga diharapkan dapat memberikan pemahaman yang sama kepada semua pemangku kepentingan terkait, khususnya bagi stakeholder perumusan SNI kopi agar nantinya terwujud peningkatan daya saing produk kopi nasional,” ujar Nyoman.

Seminar dihadiri sekitar 70 peserta yang terdiri dari kalangan pemerintah, industri, asosiasi serta anggota Komite Teknis 65-10. Turut hadir dalam acara ini Plt Kepala Pusat Perumusan Standar BSN Konny Sagala. Nyoman berharap, kegiatan ini menjadi titik awal bagi kita semua, khususnya stakeholder yang berkaitan dengan kopi dan hasil olahannya, untuk semakin terlibat aktif dalam proses perumusan SNI.(ria-humas)