Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Tingkatkan Pemahaman Konseptor SNI Tentang Perumusan SNI

  • Kamis, 26 April 2018
  • 6407 kali

Penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI) tidak lepas dari peran konseptor. Konseptor SNI bisa dari anggota ataupun bukan anggota komite teknis ataupun sub komite teknis. Konseptor pun boleh dari perorangan ataupun tim. Tentunya yang menjadi konseptor haruslah orang yang kompeten di bidangnya. “Peran konseptor sangat penting karena merakalah yang membuat konsep RSNI 1 pertama kali.” ujar Deputi Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN, I Nyoman Supriyatna saat membuka workshop peningkatan pemahaman perumusan SNI bagi para konseptor RSNI di Kantor Pusat PT Kereta Api Indonesia, Bandung pada Kamis (26/4/17). Workshop ini dihadiri oleh perwakilan dari 23 komite teknis bidang mekanika, elektronika dan konstruksi.

Dalam kesempatan ini, Nyoman juga memaparkan perkembangan standardisasi. “Salah satu capaian kita adalah SNI terkait pergerakan tanah telah diusung untuk menjadi standar internasional,” papar Nyoman. Ia pun mengajak para konseptor untuk ikut mewarnai standar-standar internasional. ”Disamping kita merumuskan SNI, kita juga bisa mengusulkan SNI ke standar internasional,” ujarnya.

 

Hingga saat ini. SNI yang sudah ditetapkan jumlahnya sudah mencapai 11000 SNI, dan yang aktif sekitar 9700 SNI. Adapun SNI yang telah diberlakukan wajib oleh kementerian terkait baru 207. Nyoman pun mengingatkan bahwa salah satu tugas anggota komite teknis adalah untuk ikut membantu membina pelaku usaha untuk menerapkan standar. “Saya mengajak para anggota komtek di sini agar membina pelaku usaha sehingga mereka mau menerapkan SNI tanpa menunggu diwajibkan,” ajak Nyoman.

 

Penerapan SNI merupakan wujud pelaksanaan salah satu visi, misi dan program aksi Presiden RI, Joko Widodo untuk berdikari di bidang ekonomi. “Sudah ada arahan dan kebijakan yang jelas dari Presiden bahwa SNI itu harus ada dan harus dikembangkan untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah,”ujar Kepala Bidang Mekanika, Elektronika dan Konstruksi Pusat Perumusan Standar BSN, M Nukman Wijaya saat menyampaikan paparannya.

 

Selain meningkatkan jaminan mutu dan melindungi konsumen,  tujuan standardisasi dan penilaian kesesuaian adalah meningkatkan kepastian, kelancaran dan efisiensi transaksi perdagangan. “ini adalah sisi lain dari manfaat penerapan standar,” papar Nukman.

Nukman pun menjelaskan bahwa perumusan SNI memiliki 6 prinsip, dasar yaitu terbuka, transparan, konsensus, efektif dan relevan, koheren, serta memberikan kesempatan pada UMKM. “Jangan sampai SNI itu mematikan UMKM karena terbukti UMKM bisa bertahan dari krisis global,” pesan Nukman.

 

Dari semua prinsip dasar, ada satu hal yang menjadi kunci dari berjalannya semua prinsip. Analis perumusan SNI, Elvi Syafitri memaparkan bahwa walaupun konsensus merupakan hal yang penting, namun orang-orang yang diajak untuk berkonsensus itu jauh lebih penting. Dengan kata lain, prinsip terbuka merupakan titik awal pemenuhan semua prinsip SNI. “Siapapun boleh menawarkan dirinya untuk terlibat dalam komite teknis ataupun konseptor terkait perumusan SNI selama dia memiliki kompetensi, interest yang sama, dan mau meluangkan pikirannya, waktunya untuk ikut menyusun SNI,” jelasnya.

 

Elvi pun menjelaskan hubungan standar dengan penilaian kesesuaian. Dari perspekif pelaku usaha, standar dapat menjadi basis untuk mendesain, mengembangkan produk, proses, jasa untuk ditawarkan kepada konsumen. Adapun dari perspektif pemerintah, standar dapat dijadikan sebagai persyaratan minimum untuk mengakses pasar domestik.

Standar dan penilaian kesesuaian seperti dua sisi mata uang. Saling terkait satu sama lain. “Jika ada persyaratan, tentu harus ada pembuktiannya,” ujar Elvi.

 

Pada dasarnya, penilaian kesesuaian dilakukan oleh 3 pihak, yaitu produsen itu sendiri, konsumen, serta lembaga penilaian kesesuaian. “Bagi pelaku usaha, penilaian kesesuaian, tentu berguna untuk memastikan kualitas, sehingga pelaku usaha dapat memberikan jaminan mutu produknya kepada konsumen. Dapat dikatakan, selain sebagai pemenuhan regulasi, penilaian kesesuaian dapat mendukung strategi marketing,” papar Elvi.

 

Dalam workshop ini, para peserta juga mendapatkan materi terkait adopsi standar dan publikasi internasional menjadi SNI serta pedoman dalam penulisan SNI. Diharapkan, workshop ini dapat meningkatkan pemahaman perumusan SNI untuk menghasilkan SNI yang efektif mendorong daya saing pelaku usaha dan dapat menjawab permasalahan di lapangan. (ald-Humas)