Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kepala BSN : Pemahaman akan standar dimulai dari pendidikan

  • Kamis, 05 Juli 2018
  • 3199 kali

Pemahaman akan standar dimulai dari pendidikan. Untuk jangka panjang pendidikan adalah basis utamanya. Sejak tahun 2005, Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah mengembangkan skema pendidikan standardisasi mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi bahkan pelatihan kompetensi profesional pun dilakukan.

Demikian disampaikan Kepala BSN, Bambang Prasetya pada hari kedua (04/07/2018) ICES 2018 Conference Joint International Conference with 5th ACISE di Yogyakarta.

Saat ini BSN telah bekerjasama dengan 51 perguruan tinggi di Indonesia serta 19 perguruan tinggi untuk tingkat S1 dan 3 perguruan tinggi untuk tingkat S2 yang sudah menerapkan pendidikan standardisasi. Adapun, perguruan tinggi yang telah menerapkan mata kuliah wajib sebesar 27%, mata kuliah pilihan 14%, mata kuliah sisipan 50% (menyisipkan konten standardisasi dalam matakuliah yg sudah ada) dan kurikulum standardisasi 9%.

Untuk tingkat S2 materi pendidikan standardisasi juga sudah diajarkan pada tiga perguruan tinggi di Indonesia. Yakni Universitas Trisakti pada program magister manajemen konsentrasi quality dan standardisasi dengan jumlah total mata kuliah terkait standardisasi sebanyak 44 SKS; Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan mata kuliah pilihan di Fakultas Perikanan dan Kelautan; serta Universitas Jember dengan mata kuliah standardisasi pada program magister manajemen.

Selain itu, tambah Bambang, kebutuhan kompetensi kerja bidang standardisasi juga semakin meningkat. Untuk itu, elemen kritis yang diperlukan untuk menciptakan tenaga kerja terampil diantaranya pentingnya pendidikan berkualitas sebagai landasan untuk masa depan; perlunya jembatan antara dunia kerja dan institusi pendidikan; mengantisipasi dan membangun kompetensi untuk kebutuhan masa depan; serta peluang akses yang luas.

Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pendidikan standardisasi diantaranya standarisasi masih belum terdefinisi dengan baik sebagai suatu disiplin yang mapan dari perspektif teoritis dan akademis; kurangnya model teoritis dan literatur yang disepakati adalah salah satu alasan mengapa disiplin akademis standardisasi masih belum banyak dijalankan oleh lembaga pendidikan; pendidikan standardisasi sering tidak dianggap sebagai prioritas oleh NSB; kurangnya kesadaran dalam entitas universitas (dewan pengurus) untuk mengembangkan kepentingan strategis standardisasi; kurangnya bahan ajar; serta keterbatasan tenaga ahli / dosen / dosen yang tertarik dan mampu mendorong pendidikan standardisasi.

Setelah Bambang, acara dilanjutkan dengan presentasi dari Manager QMC PT Pertamina (Persero), Gatot Chiandar mengenai "Increasing value proposition & competitive advantage through achieving high quality standard & global branding" serta diskusi panel dengan narasumber Zakiyudin, Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Ditjen ILMATE Kemenperin, perwakilan ISO,Reinhard Weissinger, Anggota Dewan ICES, Ivana Mijatovic; ITB, Drajad Irianto yang dimoderatori oleh UII, Geradi Yudhistira. (DNW/NDA-humas)

 

Materi The ICES 2018 Conference & WSC Academic Day di Yogyakarta dapat diunduh di sini




­