Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Dari Pasar Tradisional yang Kumuh Disulap Jadi Pasar Ber-SNI

  • Senin, 10 September 2018
  • 1708 kali

 

KATA siapa pasar tradisional kumuh dan tidak bersih? Tengok saja Pasar Manis di Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng). Pasar Manis yang kini menampung ratusan pedagang berbagai macam itu menjadi salah satu favorit bagi warga Kota Purwokerto.

 

Mengapa mereka suka berbelanja di Pasar Manis?

"Saya suka ke sini, karena bersih dan tidak bau. Kesan sebagai pasar tradisional yang bau, kumuh, becek kalau hujan sama sekali tidak ada di sini. Lihat saja lantainya bersih seperti ini, jadi para pembeli nyaman berbelanja," ujar Murni, 57, salah seorang warga Purwokerto Utara, Banyumas.

Bahkan, warga dari Kecamatan Pekuncen yang cukup jauh dari Purwokerto, Fatmah, 62, mengungkapkan kalau pasar manis menjadi salah satu pasar yang menyenangkan.

"Kalau saya ke Purwokerto, rasanya kurang lengkap kalau tidak mampir ke Pasar Manis. Meski tidak sebesar pasar induk seperti Pasar Wage di Purwokerto atau Pasar Ajibarang, tetapi Pasar Manis jauh lebih nyaman. Tidak panas dan menyengkan pokoknya," ungkap dia.

Pembeli lainnya, Misgiyanto, 37, penduduk Purwokerto Barat mengatakan begitu melihat Pasar Manis, dirinya tidak lagi tertarik ke pasar lainnya. Sebab, penataan jenis-jenis dagangan sudah seperti supermarket atau mal. Sayuran, bumbu, makanan kecil dipisahkan dengan daging ayam dan sapi. Sekali saja masuk ke Pasar Manis, langsung bisa memetakan bahan makanan apa yang dibutuhkan konsumen.

"Mudah-mudahan saja, seluruh pasar tradisional di Banyumas mengikuti jejak Pasar Manis. Sehingga kesan pasar tradisional yang tidak tertata atau kotor menjadi hilang, seperti kondisi Pasar Manis yang bersih dan terawat," katanya.

Dulunya, Pasar Manis juga seperti pasar tradisonal lainnya. Hanya bangunan rumah-rumahan kecil dengan atap genting. Kalau hujan, biasanya juga becek, karena sebagian berlantai tanah.

"Saya menjadi saksi hidup, bagaimana dulu Pasar Manis kondisinya memprihatinkan sama dengan pasar-pasar tradisional lainnya. Tetapi sekarang sudah sangat berubah. Bagi pedagang, dengan kondisi pasar seperti ini juga lebih nyaman. Tidak perlu lagi khawatir barang-barangnya akan basah kalau hujan karena bocor dan lainnya. Kalau dulu, musim penghujan harus waspada," kata Arsiti, 55, salah seorang pedagang yang telah berdagang sejak 1985 di pasar setempat.

Arsiti mengatakan pada awal berdagang di Pasar Manis, baru beberapa saja. Itu pun, belum dibangun layaknya pasar. Ia mengaku berdagang di bawah pohon waru, supaya tidak terkena terik matahari.

Apa yang dirasakan Arsiti pada masa lalu sudah berubah berawal ketika Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama pembangunan Pasar Wage pada 30 Juni 2015 silam. Waktu itu, presiden sekaligus melaunching program revitalisasi 1.000 pasar tradisional di seluruh Indonesia. Hanya kurang dari setahun, pembangunan pasar tahap pertama senilai Rp10 miliar tersebut mampu dirampungkan.

Presiden Jokowi mendatangi lagi Pasar Manis, Purwokerto untuk meresmikan pada 4 Mei 2016. Setelah diresmikan, pembangunan tahap kedua dilanjutkan dengan nilai Rp8 miliar dan dirampungkan pada Februari 2017 lalu.

"Saya beberapa kali bertemu para pejabat. Bahkan, saya bersalaman dengan Pak Jokowi dan Pak Gubernur Jawa Tengah, Pak Ganjar. Jelas merupakan berkah bagi saya, karena tidak semua orang bisa bersalaman dengan pak presiden dan pak gubernur. Yang jelas, apa yang dilakukan oleh pemerintah, kami berterima kasih," ujarnya.

Padagang lainnya, Nariwen, 70, mengaku tetap masih nyaman berjualan meski usianya telah lanjut.

"Berdagang di sini itu aman dan nyaman. Tidak takut dengan apa-apa, apalagi lingkungan selalu bersih. Jika nyaman dan bersih tidak saja pedagang yang senang, pembeli pun banyak datang ke sini," katanya.

Pasar Manis di Purwokerto memang spesial, karena peletakan batu pertama dan peresmiannya langsung dilakukan oleh orang nomor satu republik ini. Bahkan, pasar setempat telah mendapat sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI).

Sertifikat SNI bukanlah sesuatu yang main-main. Karena pasar yang mendapatkan SNI telah melewati seleksi berbagai kriteria.

"Jadi, pasar yang memiliki standar SNI tidak hanya untuk transaksi jual beli, namun juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai mahasiswa," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Manis Lilik Gunawan.

Menurutnya, ada aspek-aspek agar pasar mendapatkan sertifikat SNI di antaranya adalah aspek ruang dagang, aksesibilitas dan zonasi, penyediaan lahan parkir dan areal bongkar muat barang.

"Hal-hal inilah yang harus ada, baru kemudian pasar memperoleh sertifikat SNI. Kami terus berusaha menjaga Pasar Manis agar tetap menjadi pasar percontohan." (OL-3)

SUMBER : mediaindonesia.com, 8 September 2018




­