Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pentingnya Kompetensi Manajemen Risiko Dalam Pemulihan Perekonomian

  • Rabu, 17 Juni 2020
  • 4682 kali


Penyebaran Covid-19 sudah sangat luar biasa. Dampaknya pun sudah dirasakan oleh semua kalangan. Bahkan, berdsarkan data terkini, penyebaran covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan sebanyak 3%. Hal ini tentu perlu diantisipasi. Sayangnya, berdasarkan survey dari Center for Risk Management & Sustainability (CRMS), risiko penyakit menular belum menjadi fokus perusahaan di Indonesia.

 

Masa depan memang penuh ketidakpastian. Namun, adalah suatu kesalahan besar bila kita hanya berdiam diri menghadapi ketidakpastian. Berbagai langkah kebijakan strategi baik pemerintah maupun dunia usaha perlu dilakukan dengan cermat dan teliti, karena bila ada kesalahan, dampaknya seperti bola salju, bisa mempengaruhi faktor-faktor lain. Manajemen risiko merupakan kata kunci untuk memprediksi ketidakpastian demi menyiapkan masa depan.

 

Dalam konteks penanganan pandemi Covid-19, khususnya dalam memulihkan perekonomian Indonesia, organisasi, baik sektor publik maupun swasta, harus memiliki manajemen risiko yang baik. Di samping memahami konteks organisasi, unit yang bergerak di bidang manajemen risiko pun perlu memahami perkembangan standar-standar terkait manajemen risiko. Saat ini, Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menerbitkan beberapa standar terkait manajemen risiko, salah satunya dengan mengadopsi identik ISO 31000 menjadi SNI ISO 3100:2018.

 

Selain mengadposi standar internasional, BSN melalui komite teknis 03-01 Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Kepatuhan telah menyusun SNI 8849:2019 tentang kompetensi sumber daya manusia dalam implementasi SNI ISO 31000. “Kompetensi dalam organisasi menjadi sangat penting untuk memprediksi masa depan dengan beberapa data yang ada,” ujar Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN, Zakiyah saat membuka webinar Peran Kompetensi Manajemen Risiko Dalam Upaya Pemulihan Perekonomian Indonesia pada Selasa, 16 Juni 2020. Webinar ini dilaksanakan melalui aplikasi zoom dan disiarkan secara langsung melalui kanal youtube dan facebook BSN. Budaya manajemen risiko harus menjadi mindset seluruh pihak yang ada di dalam organisasi maupun stakeholdernya.

 

Pemulihan perekonomian dapat dimulai dengan memahami situasi saat ini. Hal-hal apa yang perlu direspon secara cepat. “Ketika kita melakukan upaya pemulihan, kita masih dalam situasi ketidakpastian. Di situasi ini, ada peluang dan ada risiko. Peran dari manajemen risiko adalah untuk mengingatkan adanya kedua hal tersebut. Dalam kondisi pemulihan, peran manajemen risiko bukan hanya sebagai “rem”, tapi juga untuk melihat peluang sambil memperhitungkan risikonya,” ujar anggota Komite Teknis 03-01, Charles R Vorst.

 

Para pimpinan memegang peran penting dalam memastikan agar kontribusi manajemen risiko bisa terasa dan menjadi manfaat yang optimal bagi organisasi. Para pimpinan harus menerapkan risk leadership, dalam hal ini menjadi teladan bahwa pimpinan mengambil langkah yang hati-hati dan cermat, melakukan kajian risiko dan senantiasa mengingatkan orang-orang di bawahnya agar dalam mengambil keputusan, dalam beraktifitas, tidak lagi mengabaikan risiko.

 

Kompetensi manajemen risiko sangat dibutuhkan. Apalagi di tengah situasi sulit seperti saat ini. Kita punya musuh bersama, bagaimana agar secara kolektif, di organisasi, masyarakat, dalam lingkup Negara ini kita bersama-sama melakukan pemulihan di era new normal dengan memanfaatkan pendekatan-pendekatan manajemen risiko. “Masing-masing pihak perlu paham, perlu memiliki kompetensi yang dapat mendukung tugas yang diemban dalam memastikan agar penerapan manjemen risiko di suatu organisasi bisa berjalan, baik di sektor publik maupun dunia usaha,” tegas Charles.

 

Charles melanjutkan, dalam SNI 8849:2019, ada dimensi pemahaman, keterampilan, dan dimensi perilaku yang diharapkan. “Kompetensi akan terbangun bila ketiga aspek itu bisa dijalankan bersama-sama,” ujarnya. (ald-Humas)