Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pentingnya Menerapkan Protokol Kesehatan dan Standardisasi Pariwisata

  • Sabtu, 14 November 2020
  • 4246 kali

 

Untuk memberikan pelayanan prima dan menjaga keselamatan masyarakat yang melakukan wisata, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha pariwisata adalah menerapkan standardisasi dan protokol kesehatan yang ketat.   Direktur Keuangan, SDM & Investasi PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), Palwoto di Yogyakarta (13/11/2020) mengatakan, pelaku usaha pariwisata perlu meningkatkan kualitas pelayanan dan menjamin keselamatan masyarakat di masa pandemi covid-19 seperti saat ini. “Pelaku usaha perlu meningkatkan value dan pendapatan sebagai aktifitas ekonomi, namun kenyamanan dan keselamatan masyarakat/pengunjung tetap harus menjadi prioritas,” ujarnya.  

Oleh karena itulah, baginya standarisasi menjadi bagian yang penting untuk mewujudkan tujuan tersebut. “Salah satu pariwisata yang dikelola PT TWC yakni Kawasan Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah. Menerapkan standardisasi untuk kawasan tersebut menjadi hal yang sangat penting, apalagi kawasan ini menjadi 1 dari 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP),” ujarnya.   Standardisasi bagi perusahaan, lanjutnya, tidak hanya penting sebagai complie atau patuh terhadap regulasi, tetapi bagi perusahaan, standar yang dimiliki oleh Perusahaan menjadi garansi atau jaminan kualitas bagi konsumen yang akan menggunakan barang dan/atau jasa yang disediakan Perusahaan. Yang menjadi view (tantangan) adalah membentuk budaya bahwa standardisasi adalah penting.  

Di TWC sendiri standardisasi yang telah dimiliki oleh Perusahaan antara lain SNI ISO 9001:2015 tentang Mutu; SNI ISO 37001:2016 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP). Beberapa parameter pengukuran dalam upaya transparansi dan akuntabilitas operasional juga telah dilakukan oleh Perusahaan antara lain penerapan e-ticketing, Enterprise Resource Planning (ERP), Penilaian GCG, Penilaian Kinerja Unggul (KPKU), tingkat kematangan Risiko, tingkat kematangan IT dan beberapa parameter ukuran lain.

Dalam penerapan standar-standar tadi, perusahaan terus membina hubungan antar lembaga terkhusus kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai lembaga negara yang ditunjuk Presiden RI dalam standardisasi di Indonesia, menjadi mitra strategis Perusahaan. Ke depan, besar harapan kami untuk terus melakukan kerjasama untuk program strategis dalam memaksimalkan standardisasi Perusahaan.   

Adapun protokol kesehatan yang diterapkan oleh PT. TWC meliputi wajib menggunakan masker bagi semua petugas dan pengunjung, pengecekan suhu pengunjung sebelum memasuki kawasan candi, penyedian handsanitizer atau pencuci tangan di berbagai sudut kawasan, menghimbau untuk tidak berkerumun atau membagi jarak antar pengunjung, menyediakan posko kesehatan, dan sebagainya sesuai yang dianjurkan oleh otoritas terkait.  

Ke depan, perusahaan akan terus menekankan pada budaya inovasi (agile management), dengan tetap memperhatikan efisiensi anggaran (membangun sense of Eficiency) dengan tetap kreatif dalam memanfaatkan potensi-potensi yang ada, keterbukaan dan akuntabilitas serta berbasis IT (IT Mainded).   “Kami yakin pelaku usaha pariwisata yang menerapkan standardisasi memiliki nilai lebih sehingga tingkat kepuasan masyarakat/pengunjung pariwisata akan meningkat,” ujarnya. Pandemi Covid-19 seyogyanya tidak hanya dipandang dalam satu sisi sebagai musibah, namun juga menjadi tantangan dan peluang bagi pelaku usaha pariwisata untuk berinovasi dan mengembangkan kreatifitas dalam bidang pariwisata.  

Sementara itu, Kepala BSN Kukuh S. Achmad  menyatakan dukungannya pada apa yang telah dilakukan BUMN ini.    “Badan Standardisasi Nasional (BSN) selain mengutamakan protokol kesehatan juga tetap melakukan diseminasi atau pembinaan untuk penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) yanbg berkaitan dengan terutama pemulihan ekonomi nasional, salah satunya bidang pariwisata yang bisa diterapkan oleh PT. TWC,” ujar Kukuh.

Melalui penerapan SNI, BSN mendorong agar pengelolaan pariwisata tetap menerapkan prinsip sustainability atau kesinambungan serta manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. “Jadi lingkungan sekitar tidak dirusak, masyarakat bisa menikmati, tetapi mereka (pengunjung) juga aman di dalam melakukan kegiatan pariwisatanya. Terlebih Yogyakarta merupakan tujuan destinasi wisata baik lokal maupun internasional,” ungkap Kukuh.  

Selain itu, profesionalitas pengelola kawasan di bawah naungan PT. TWC, juga mutlak diperlukan. “Kami mendorong adanya kebijakan manajemen TWC untuk juga meningkatkan profesionalisme bagi insan di dalamnya kaitanya dengan pengelolaan kawasan pariwisata sesuai dengan persyaratan standar. Selain berkomunikasi dengan BSN, TWC juga perlu berkomunikasi dengan instansi lain terkait,” ujar Kukuh. (*)  

 

Tautan Berita: Pentingnya Menerapkan Protokol Kesehatan dan Standardisasi Pariwisata