Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pentingnya Panduan Kalibrasi Guna Tercipta Produk Berdaya Saing

  • Rabu, 25 November 2020
  • 1856 kali

Kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan sudah akurat. Hasil pengukuran yang tidak konsisten akan berdampak langsung terhadap kualitas produk. Oleh karenanya penting mengembangkan metode /panduan kalibrasi sistem kalibrasi. Hal ini dilakukan dalam rangka penguatan laboratorium kalibrasi untuk mencapai tujuan infrastrukutur mutu nasional yaitu terciptanya produk Indonesia berstandar nasional dan berdaya saing global.

Direktur Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) Termoelektrik dan Kimia Badan Standardisasi Nasional (BSN), Ghufron Zaid dalam Webinar Sosialisasi Panduan Kalibrasi Termometer Gelas dan Telinga melalui aplikasi zoom yang juga disiarkan langsung secara live melalui Youtube BSN_SNI pada Selasa (24/11/2020) menjelaskan metode kerja dengan pengembangan panduan kalibrasi dilakukan guna meningkatkan harmonisasi kegiatan kalibrasi antar laboratorium. Sehingga, diharapkan akan semakin sedikit ketidaksesuaian yang diakibatkan beragamnya metode kalibrasi yang diacu oleh laboratorium-laboratorium kalibarasi.

Terkait penguatan infrastruktur mutu nasional, tambah Ghufron perlu juga dilakukan penguatan metrologi nasional dengan setiap komponen/NMI/SNSU BSN bahkan sampai dengan pengguna akhir. “Karena sebetulnya pengukuran yang dimanfaatkan masyarakat banyak adalah pengukuran-pengukuran yang dilakukan di pengguna akhir di peralatan ukur. Karenanya, setiap pengukuran perlu dilakukan penguatan. Untuk itu, kalibrasi memiliki peran yang sangat penting dalam infrastrukutur mutu dan metrologi, “terangnya.

Berdasarkan data, saat ini thermometer gelas terdapat 324 lab. Dari jumlah tersebut, ada 180 lab kalibrasi (LK) dengan lingkup suhu, 95 diantaranya memiliki lingkup kalibrasi termometer gelas. Sekitar 50%, bahkan lebih dari LK yang memiliki lingkup suhu dan 50% nya lingkup termometer cairan dalam gelas.

Sementara, thermometer infrared (thermometer telinga) menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, terdapat 1715 termometer infrared pada fasilitas layanan kesehatan di rumah sakit (RS) dan puskesmas belum termasuk thermogun, dan lain sebagainya.

Selain itu, tercatat terdapat 96 termometer telinga di 31 RS dan 232 termometer dahi di 68 RS, 80 termometer telinga di 44 puskesmas, dan 1307 termometer dahi di 1094 puskesmas.

Senada dengan Ghufron, Peneliti SNSU- Suhu BSN, Dwi Larasti mengungkapkan banyak terdapat beberapa metode berbeda-beda, otomatis hasilnya berbeda pula. “Untuk itu diharapkan dengan adanya panduan ini, semua lab kalibrasi dan semua asesor bersama-sama mempunyai satu harmonisasi, satu visi bagaimana menggunakan mengkalibrasi thermometer gelas dengan baik,” terang Dwi.

Adapun, tujuan dari panduan kalibrasi termometer gelas diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan harmonisasi prosedur kalibrasi thermometer gelas oleh laboratorium kalibrasi yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) maupun laboratorium pengujian yang melaksanakan kalibrasi in house.

Yang dimaksud dengan thermometer gelas adalah salah satu jenis thermometer kontak yang bekerja berdasarkan sifat fisika pemuaian media termometrik (alkohol atau air raksa) karena pengaruh suhu. Konstruksi thermometer gelas terdiri dari cairan yang terbungkus dalam lapisan kaca tipis, memiliki bulb di bagian bawah untuk suhu yang akan diukur dan kapiler yang merupakan bagian dari batang thermometer. Cairan yang digunakan memiliki expansi termal lebih tinggi dari kacanya.

Selain Ghufron dan Dwi, Webinar Sosialisasi Panduan Kalibrasi Termometer Gelas dan Telinga juga menghadirkan narasumber Peneliti SNSU- Suhu BSN, Iip Ahmad Rifai mempresentasikan tentang “Sosialisasi Sistem Kalibrasi Termometer Telinga” dan Kepala Subdirektorat SNSU – Suhu BSN, Arfan Sindhu Tistomo yang memaparkan mengenai “Ketidakpastian Kalibrasi Termometer Gelas”. (nda-humas)