Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pilot Project BSN-BI: Pembinaan UMK dalam Penerapan SNI untuk Menembus Pasar Ekspor

  • Kamis, 25 Februari 2021
  • 1893 kali

Dalam upaya meningkatkan daya saing produk Usaha Mikro Kecil (UMK) di tingkat nasional maupun global, Badan Standardisasi Nasional (BSN) bersinergi dengan Bank Indonesia (BI) dalam pendampingan penerapan SNI kepada UMK. Tahap awal sinergi BSN dan BI dengan mengadakan pelatihan penerapan SNI yang dilakukan selama dua hari, yaitu pada tanggal 23-24 Februari 2021 secara daring.

“Pendampingan penerapan SNI kepada UMK merupakan salah satu kontribusi BSN dalam meningkatkan akses pasar UMK agar mereka bisa naik kelas,” jelas Plh. Direktur Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN, Nur Hidayati saat memberi sambutan pada Selasa (23/2/2021).

“Dalam pendampingan penerapan ini, komitmen tinggi dari UMK menjadi hal yang utama, karena bicara standar, bicara kebersihan, keteraturan dan kedisiplinan,” tegas Nur Hidayati pada pelatihan yang diikuti oleh 15 UMK binaan BI dari berbagai daerah di Indonesia ini. Produk yang dihasilkan oleh UMK tersebut antara lain kain tenun, kerajinan tangan, kopi bubuk, dan olahan rumput laut.


Sementara itu, Deputi Direktur BI, Yossy Yoswara menyampaikan bahwa tujuan pendampingan penerapan ini adalah untuk meningkatkan kualitas mutu produk yang dihasilkan sehingga dapat memperluas peluang akses pasar.

“Kami sangat mendorong kegiatan pelatihan seperti ini dan tentunya kita berharap makin luas lagi UMK yang akan mendapatkan pendampingan penerapan SNI seperti ini,” ungkap Yossy pada sambutan pembukaan pelatihan yang bertajuk “Fasilitasi Pendampingan dan Pengujian Mutu Produk kepada UMKM Binaan Bank Indonesia Pilot Project Ekspor dan Pendukung Pariwisata".

Materi yang diberikan pada pelatihan ini, dibedakan untuk UMK pangan dan non pangan, dikarenakan persyaratan sertifikasi SNI untuk dua sektor tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk UMK pangan diberikan materi mengenai SNI produk pangan, Good manufacturing practice (GMP) dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), sedangkan untuk UMK non pangan diberikan materi tentang SNI produk non pangan, SNI ISO 9001:2015 dan pentingnya penerapan 5R di area kerja.

Di hari kedua, UMK diberikan gambaran bagaimana cara untuk menerapkan SNI pada usahanya dan dokumen apa saja yang harus dipersiapkan untuk memperoleh sertifikat SNI.

Deputi bidang Penerapan dan Penilaian Kesesuaian BSN, Zakiyah yang berkesempatan untuk menutup pelatihan mengucapkan terimakasih kepada UMK penggerak ekonomi yang mau menerapkan SNI, dimana SNI merupakan satu-satunya standar untuk melihat jaminan mutu di Indonesia.

Zakiyah juga menjelaskan bahwa pada saat pengembangan standar, SNI mengikuti prinsip-prinsip yang ditetapkan secara internasional dan juga melakukan harmonisasi dengan standar internasional sehingga yang menerapkan SNI memperoleh pengakuan serta dapat merebut pasar domestik ataupun pasar yang lebih luas lagi. BSN dan BI optimis dapat membantu UMK dalam meningkatkan mutu produknya agar dapat menembus pasar ekspor sesuai dengan target yang telah ditentukan. (PPSPK)