Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

SNI Tingkatkan Kesempatan UMKM Tembus Pasar Global

  • Kamis, 09 September 2021
  • 2750 kali

 

Produk makanan dan minuman serta barang konsumsi, merupakan komoditas favorit pasar global dari Indonesia. UMKM dalam negeri memiliki potensi untuk memproduksi komoditas tersebut agar mampu menembus dan menguasai pasar global. Untuk itu, informasi-informasi yang memberikan nilai tambah bagi UMKM perlu terus digali serta diterapkan dalam proses produksi hingga barang jadi, termasuk melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Tantangan di era pandemi adalah kenaikan tarif sebesar 30% hingga 40% untuk pengiriman barang, yang merupakan imbas dari berkurangnya volume ekspor-impor di masa pandemi. Untuk itu, penting bagi UMKM untuk bertransformasi,” demikian diungkapkan oleh Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional (BSN), Zakiyah saat membuka Webinar Transformasi UMKM Sukses Tembus Pasar Ekspor di Masa Pandemi Melalui SNI, pada Rabu (8/9/2021).

Salah satu proses transformasi yang dapat dilakukan oleh UMKM adalah melalui penerapan SNI. BSN memiliki program pembimbingan penerapan SNI bagi UMKM dan telah membimbing beragam UMKM sejak tahun 2015. BSN sudah memfasilitasi pembimbingan terhadap UMKM sejak tahun 2015. Sebanyak 877 UMKM yang sudah difasilitasi diharapkan bisa memberikan dampak bagi UMKM serupa.

Kemudahan dalam pengurusan izin berusaha juga terus dilakukan pemerintah bagi para pemilik usaha termasuk UMKM. Kini Open Single Subsmission (OSS) berbasis risiko hadir untuk mengakomodasi hal tersebut. Demikian dijelaskan oleh Asisten Deputi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekenomian Republik Indonesia.

“Kami membantu dalam perizinan melalui OSS, sehingga UMKM mendapatkan perizinan termasuk SNI dengan lebih mudah,” ungkap Iwan Faidi.

Iwan Faidi menyampaikan bahwa UMKM merupakan pilar penting dalam perekonomian Indonesia. Sebanyak 64,42 juta UMKM yang memberikan kontribusi sebesar 60,51% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp. 9,580 Triliun, yang menyerap 96,92% tenaga kerja atau sebanyak 120,59 juta orang.

Untuk mendorong digitalisasi juga national branding  bagi produk UMKM unggulan pada berbagai market place, pemerintah telah meluncurkan Gerakan Nasional yaitu Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang sekaligus diharapkan dapat mendorong peningkatan ekspor produk UMKM.

“Sejak diluncurkan pada Bulan Mei tahun lalu, tercatat 7,2 juta UMKM sudah bergabung pada pasar digital dalam program BBI,” terang Iwan.

Berbicara mengenai program pengembangan UMKM, BSN telah melakukan sinergi dengan PT HM Sampoerna, Tbk. terutama dalam penerapan SNI bagi UMKM. Manager Regional Engagement & Sustainability PT HM Sampoerna, Tbk, Arga Prihatmoko berharap melalui sinergi yang terjalin, UMKM binaan PT HM Sampoerna, Tbk  melalui platform Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) dapat menerapkan SNI juga memanfaatkan program-program BSN.

Sementara itu, Owner CV. Bolu Ketan Mendut, Jalian Setiarsa dalam webinar mengatakan, “Proses tranformasi CV. Bolu Ketan Mendut dilakukan pada tahun 2018, yang terus menyesuaikan segala persyaratan agar bisa mendapatkan sertifikasi SNI. Tahun 2020 hingga 2021 setelah menerapkan SNI, produk menjadi terjamin dari sisi kesehatan, keamanan, keselamatan hingga meningkatkan daya saing domestik maupun global, efisiensi serta kinerja usaha,” tuturnya. CV. Bolu Ketan Mendut merupakan UMKM binaan BSN yang berhasil memperoleh sertifikat SNI 2973:2011 Biskuit dan SNI CAC/RCP 1:2011 tentang HACCP.

Kemudian, UMKM lain yang turut berbagi kisah suksesnya adalah CV. Roeparasa yang telah menerapkan SNI CAC/RCP 1:2011 tentang HACCP. Owner CV. Roeparasa UMKM, Vina Vinessa menyampaikan, “Tantangan untuk masuk pasar ekspor yaitu integritas 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas, komitmen); hingga cashflow yang mana ada kemungkinan pembeli melakukan pembayaran beberapa bulan setelahnya.” Produsen bumbu organik siap santap tersebut membagikan tips bagi bagi produk-produk yang sedang bertransformasi untuk ekspor antara lain tampilan website yang menampilkan produk sesuai standar internasional; mengikuti tren, seperti saat pandemi ini produk-produk organik menjadi lebih diminati pasar global; kemudian benchmarking dengan memperhatikan produk serupa melalui informasi daring; serta memiliki merk sendiri; juga yang tidak kalah penting adalah memenuhi standar sesuai persyaratan negara tujuan ekspor.

Hal senada juga disampaikan oleh Owner CV Uni Tutie, Sri Yuliastuti. Ia menyampaikan bahwa rendang produksinya yang sudah tersertifikasi HACCP, BPOM RI MD / PIRT, FDA (USA), dan Halal ini bertransformasi sejak tahun 2018 melalui proses mulai dari pelatihan karyawan untuk sertifikasi HACCP, hingga konsistensi pada penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan juga standardisasi bahan baku, kemas juga proses produksi. CV Uni Tutie  merupakan UMKM Penerap SNI CAC/RCP 1:2011 tentang HACCP.

Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Diaspora SME-SMI Export Empowerment & Development (ID – SEED), Ira Damayanti dalam seminar menyampaikan bahwa menyasar pasar global peranan penghubung dan fasilitator sangatlah penting.

Ira berpesan, Produk UMKM untuk ekspor diprioritaskan yang dikonsumsi atau dipakai orang sehari-hari; utamakan negara tujuan dengan pasar yang mudah yaitu terdapat banyak komunitas Diaspora Indonesia untuk mempermudah penerimaan pasar serta komunikasi dan pembayaran. Kemudian, sertfikasi global untuk meningkatkan daya saing sekaligus menambah selling point pada bisnis dan produk; memperluas market dan meningkatkan volume penjualan; meningkatkan kepercayaan dan keyakinan calon pembeli dan kepuasan pelanggan; di saat yang sama meningkatkan efisiensi serta efektivitas biaya.

Berkaitan dengan kemudahan pengurusan izin berusaha, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi BSN, Slamet Aji Pamungkas mempresentasikan sinergi BSN di dalam OSS. “Bagi pelaku usaha yang sudah mendaftar via OSS untuk pengajuan Nomor Induk Berusaha (NIB) dapat memilih SNI Bina UMK yaitu untuk mendapatkan layanan pembinaan untuk mendapatkan sertifikat SNI,” ungkap Slamet.

Berikut ini adalah tautan-tautan yang dapat diakses untuk pembinaan maupun pendafataran OSS:

Webinar yang dimoderatori oleh Koordinator Kelompok Substansi Fasilitasi Pelaku Usaha BSN, Nur Hidayati ini berjalan dengan sangat interaktif antara peserta dengan narasumber.  

Webinar ditutup oleh Direktur Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN, Heru Suseno yang menyampaikan bahwa melalui kolaborasi para stakeholder, BSN berkomitmen untuk membantu UMKM menerapkan standar dengan baik. Heru berharap agar melalui pembinaan penerapan SNI, UMKM mampu mendapatkan sertifikat SNI. (PjA – Humas).

 

 

YouTubeTransformasi UMKM Sukses Tembus Pasar Ekspor di Masa Pandemi Melalui Penerapan SNI

FacebookTransformasi UMKM Sukses Tembus Pasar Ekspor di Masa Pandemi Melalui Penerapan SNI