Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

ISO General Assembly ke-43:  Empat Kunci Perubahan Masa Depan

  • Jumat, 24 September 2021
  • 3081 kali


International Organization for Standardization General Assembly (ISO GA) yang merupakan pertemuan para delegasi anggota ISO seluruh dunia telah memasuki gelarannya yang ke-43 pada tahun ini. Dengan bertemakan “The Future Has Begun” pertemuan digelar secara virtual pada Rabu hingga Jum’at (22-24 September 2021).

Tema ISO GA kali ini bermakna mendalam yang mana mempertemukan antara anggotanya dengan cara-cara baru di masa pandemi Covid-19 salah satunya melalui teknologi. “Meningkatkan keterkaitan dan koneksi satu sama lain, membawa harapan baru yang merubah pola pikir, perencanaan, dan tindakan yang siap menyambut rencana strategis ISO 2030,” demikian disampaikan oleh Presiden ISO, Eddy Njoroge saat membuka ISO GA tahun 2021 secara resmi, pada Rabu (22/9/2021).

ISO GA merupakan tempat untuk berdiskusi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Adapun, topik-topik pembahasan pada kesempatan ini diantaranya adalah mengenai pertumbuhan populasi manusia, pengelolaan tantangan masa depan, hingga pencapaian seluruh indikator dalam Sustainable Development Goals (SDGs). “Tantangan serta risiko yang dihadapi umat manusia di masa yang akan datang dapat meningkat, salah satu diantaranya adalah perubahan iklim global. Untuk itu harus ada tindakan antisipasi sejak sekarang,” ungkap Eddy Njoroge.

Sektor kemanusiaan, keamanan pangan, hingga pemulihan dari Covid-19 merupakan bagian dari program strategis ISO 2030. Executive Director School of International Futures, Catarina Tully sebagai Pembicara Utama dalam ISO GA ini yang mengutarakan empat penggerak perubahan masa depan yaitu: Ekonomi, usaha yang bergerak di bidang jasa akan bertumbuh 60% lebih cepat dibanding perdagangan berupa barang, dimana manusia dan mesin bersama-sama akan menciptakan ekosistem nilai yang baru secara menyeluruh. Sebagai contoh invensi mesin cetak 3D disinyalir mampu mengurangi sampah sebanyak 3,4 miliar ton pada tahun 2050 atau hingga 2 miliar ton pada hari ini, sebagai hasil daur ulang kemasan yang dicetak menggunakan mesin 3D.

Kedua adalah teknologi. Adanya keperluan untuk menjaga masyarakat luas terhadap ancaman berita palsu atau hoax yang didistribusikan secara digital, oleh karena itu kecerdasan buatan atau artificial intelligence bermanfaat untuk pengecekan akurasi terhadap suatu informasi yang beredar melalui berbagai media, termasuk media daring.

Ketiga, Catarina Tully mengatakan pentingnya pengelolaan keberlanjutan terhadap lingkungan. “Infrastuktur energi baru dan terbarukan serta energi tak terbarukan perlu pengelolaan yang baik dan hati-hati,” ujarnya. 

Masyarakat atau society sebagai penggerak perubahan masa depan yang keempat, yang mana interkonektivitas mempercepat polarisasi perspektif publik. Oleh karena itu, musyawarah untuk mufakat memiliki peranan yang penting disini.

“Dari keempat penggerak perubahan masa depan tersebut merupakan kesempatan bagi ISO untuk melakukan aktivitasnya di bidang pengembangan standar internasional, juga dapat dijadikan sebuah cetak biru yang layak untuk disusun yang mengedepankan kolaborasi global berfokus untuk masa depan yang lebih baik,” terang Catarina Tully.

Delegasi Indonesia hadir dalam kegiatan ini, yang dipimpin oleh Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kukuh S. Achmad, didampingi oleh Sekretaris Utama BSN, Nasrudin Irawan; Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN, Zakiyah; Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kerja Sama, dan Layanan Informasi BSN, Zul Amri; Direktur Pengembangan Standar Mekanika, Energi, Elektroteknika, Transportasi, dan Teknologi Informasi BSN, Y. Kristianto Widiwardono; serta Direktur Sistem Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN, Konny Sagala serta Analis Kebijakan Ahli Utama BSN, Dr. Puji Winarni. (PjA – Humas).