Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Perguruan Tinggi Miliki Potensi Besar Kontribusikan Dunia SPK

  • Selasa, 26 April 2022
  • 1008 kali

Standardisasi merupakan kerja kolektif dari semua pemangku kepentingan, termasuk salah satunya perguruan tinggi. Perguruan Tinggi, memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam dunia standar. Hal ini disebabkan karena di universitas memiliki sumber daya; sumber para ahli/ pakar; jembatan utama antara generasi muda dengan dunia profesional; serta sumber utama dari ilmu pengetahuan.

Demikian disampaikan Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kukuh S. Achmad dalam Webinar Series 24 – Program Magister Teknik dan Manajemen Industri Universitas Diponegoro secara daring yang juga ditayangkan secara langsung melalui kanal Youtube UNDIP TV pada Jumat sore (22/4/2022).

Menurut Kukuh, standardisasi sangat penting dibekalkan kepada mahasiswa sebelum lulus dari Perguruan Tinggi. Melansir survey jobstreet.co.id tanggal 12 April 2022, menunjukkan bahwa pekerjaan atau profesi terkait standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) di Indonesia yang menawarkan lowongan kerja terkait standardisasi cukup banyak.

“Hasil dari survey jobstreet.co.id terkait dengan ISO 9001 dibutuhkan sebanyak 240 lowongan, HACCP sebanyak 247 lowongan, ISO 22000 sebanyak 86 lowongan, ISO 14001 sejumlah 10 lowongan, ISO 45001 sebanyak 52 lowongan, ISO IEC 17025 sebanyak 11 lowongan, dan ISO IEC 27001 sebanyak 28 lowongan. Ini artinya bahwa kalangan industri ketika mereka menawarkan suatu lowongan, sering ada persyaratan yang membutuhkan kriteria pelamar yang berpengalaman memahami standar. Oleh karenanya, standardisasi menjadi penting diajarkan di perguruan tinggi,” tegas Kukuh.

Sebagaimana diketahui, sejarah penting pendidikan standardisasi di Indonesia diawali pada tahun 2005. Tahun 2005, BSN bersama inisiator Dosen pada Fakultas Teknik Industri Universitas Diponegoro (UNDIP), Bambang Purwanggono menginisasi utama pendidikan standar. Kemudian pada tahun 2006 dan 2014, BSN melakukan pengembangan kurikulum dan buku pengantar standardisasi. Berlanjut hingga saat ini, dilakukan beberapa kegiatan diantaranya kuliah umum dan dosen tamu; ToT dan workshop; serta kunjungan mahasiswa dan magang. Pada tahun 2010, dibentuk Forum Pendidikan Standardisasi (FORSTAN) dan Perkumpulan Pelajar Standar (Student Standards Society). Pada tahun 2015 hingga sekarang dilakukan kegiatan seperti web conference, dan distance learning system (e-learning).

Selain itu, BSN juga melakukan kerja sama dengan Kemenristek Dikti (Kemendikbud) dengan menerbitkan surat edaran tentang pengenalan standardisasi di perguruan tinggi dan tahun 2018, pengembangan pendidikan tentang SPK yang diharmoniskan dengan kurikulum pendidikan tinggi.

Adapun, program pendidikan standardisasi di Indonesia terdapat pada pendidikan tinggi, menengah, dasar, pelatihan professional, dan kerja sama regional/ internasional. Sebagai contoh, pada pendidikan tinggi di tingkat sarjana, pendidikan standardisasi dilakukan melalui mata kuliah standardisasi, workshop, dan ToT Dosen. Di tingkat pasca sarjana, dilakukan pengembangan kurikulum dan materi ajar.

Tercatat hingga saat ini, BSN telah melakukan kerja sama dengan 76 Perguruan Tinggi di Indonesia. Penerap SPK jenjang S1 sebanyak 18 universitas; dan Penerap SPK jenjang S2 sejumlah 4 universitas.

Sementara itu, sejalan dengan Kemendikbud Ristek yang meluncurkan program merdeka belajar kampus merdeka (MBKM), BSN juga meluncurkan program magang MBKM SNI Bina UMK. Program magang ini melibatkan mahasiswa dan dosen dari Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Melalui program MBKM SNI Bina UMK, mahasiswa mendapat pengetahuan dan pendampingan tentang standardisasi dan penilaian kesesuaian dari praktisi yang kompeten dan berpengalaman; pengalamam membangun sistem (penerapan standar) di UMK; serta mengasah kepekaan dan ketrampilan sosial/ socialpreneur sense dan skill.

Tidak hanya itu saja, Kukuh mengungkapkan BSN juga melakukan e-learning SPK. Dengan e-learning maka waktu belajar lebih efisien; menghemat biaya pembelajaran (fasilitas, transportasi, buku teks, dsb); memungkinkan untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran; dapat melakukan kerja sama pemnafaatan e-learning; serta sertifikat bertanda tangan elektronik.

Hingga saat ini, tercatat, pengguna e-learning SPK sebanyak 16.043 user, dan telah menerbitkan 18.968 sertifikat.

Webinar Series 24 yang juga diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan Tribute to Bambang Purwanggono (Inisiator Pendidikan Standardisasi) juga menghadirkan narasumber Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Drajad Irianto yang dibuka oleh Wakil Rektor 4 UNDIP, Ambariyanto. (nda-humas/Red: Arf)