Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Strategi Penggunaan CRM sebagai Jaminan Mutu Pengujian dan Ketertelusuran Pengukuran di Laboratorium Pengujian

  • Rabu, 17 Juli 2024
  • Humas BSN
  • 1264 kali

Laboratorium Pengujian memiliki peranan penting dalam menjamin atau memastikan kualitas produk, baik saat proses di pabrik atau manufaktur (pre-market) maupun setelah beredar di pasar dalam rangka pengawasan (post-market). Dapat dikatakan laboratorium adalah penentu pertama dan utama dalam pengendalian kualitas. Demikian disampaikan oleh Donny Purnomo, Sekretaris Utama BSN yang juga merangkap Plt. Deputi Akreditasi BSN dan Sekretaris Jenderal Komite Akreditasi Nasional saat memberikan sambutan dalam acara Seminar Nasional “Strategi Penggunaan CRM sebagai Jaminan Mutu Laboratorium Pengujian” yang diselenggaran oleh Labmania Indonesia di Jakarta (16/07/2024) dihadiri oleh 110 peserta dari laboratorium pengujian dan kalibrasi dari berbagai daerah.

Donny menerangkan bahwa selain dalam tataran ekonomi mikro di atas, peranan penting laboratorium juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan indikator kinerja ekonomi makro yaitu menaikkan GDP dan Devisa. Upaya basic untuk meningkatkan GDP dan Devisa adalah dengan membuat atau menghasilkan produk yang dapat bersaing atau dijual baik di pasar lokal maupun ekspor. Untuk dapat dijual atau diterima di pasar, sebelum masalah harga tentunya kualitasnya harus memenuhi spesifikasi pasar atau pembeli. Disinilah laboratorium berperan yang melakukan pemastian melalui pengujian.

Misalkan pada saat kita ekspor produk perikanan ke Inggris atau Amerika, harus memenuhi regulasi bebas Salmonella. Disinilah laboratorium berperan melakukan pengujian dengan benar dan kompeten, agar pada saat dilakukan sampling pengujian oleh otoritas setempat, hasilnya bisa sama dan memenuhi.  Itulah salah satu alasan akreditasi atau pengakuan formal kompetensi oleh Badan Akreditasi atau KAN yang telah melakukan perjanjian saling pengakuan internasional, jelas Donny.

Penggunaan CRM atau Certified Reference Material (bahan acuan bersertifikat) cara yang paling baik sekaligus paling mahal untuk menjamin traceability pengujian dan jaminan mutu pengujian di laboratorium. Paling baik, karena CRM sudah diketahui nilainya, terjaga karakteristiknya sedemikian hingga memiliki ketertelusuran pengukuran sampai ke SI. CRM juga diakui di internasional karena diproduksi oleh produsen bahan acuan yang sudah terakreditasi berdasarkan standar internasiomal sesuai ISO/IEC 17034 oleh badan akreditasi yang sudah menandatangani perjanjian saling pengakuan,

Donny menjelaskan bahwa strategi penggunaan CRM diperlukan karena di sisi lain untuk mendapatkan CRM juga susah karena harus indent (2-3 bulan) serta umur pemakaiannya yang tidak lama. Pertama tentukan kebutuhan akan CRM, terutama khusus untuk pengujian yang membutuhkan akurasi tinggi, karena untuk akurasi yang kecil cukup dengan secondary reference material atau CRM yang diencerkan. Kedua jika memang harus membeli CRM, belilah dari produsen bahan acuan yang sudah terakreditasi ISO/IEC 17034. Ketiga beli CRM yang memiliki nilai ketidakpastian, batas deteksi (LoD) dan batas kuantifikasi (LoQ) yang lebih kecil dari yang mampu dicapai oleh Laboratorium. Detail strategi penggunaan CRM dapat mengacu ke ISO/IEC Guide 33:2015 tentang Good Practices in Using Reference Material.

ISO/IEC 17025 yang menjadi acuan dunia untuk pengakuan formal kompetensi atau akreditasi laboratorium pengujian dan kalibrasi memang memposisikan penting CRM, paling tidak CRM dibahas dalam 4 klausul, yakni 6.4 (Peralatan), 7.6 (Ketertelusuran Pengukuran), 7.7 (Jaminan Mutu Hasil), 7.2 (Verifikasi dan Validasi Metode).

Melihat pentingnya CRM dan harganya yang mahal, bisa diatasi dengan meningkatkan kemampuan laboratorium yang ada di Indonesia yang memang memiliki peralatan yang mumpungi, untuk menjadi produsen bahan acuan dan diakreditasi sesuai ISO/IEC 17034. Saat ini di Indonesia baru ada 6 RMP (Reference Material Producer) yang diakreditasi KAN. KAN juga menargetkan tahun depan untuk mengajukan evaluasi APAC, agar CRM yang dihasilkan di Indonesia juga bisa diakui ketertelusuran pengukurannya sampai ke Tingkat Internasional, sehingga harga CRM jadi lebih murah dan mudah didapatkan.

Selain itu, lanjut Donny, juga berharap nantinya ada juga laboratorium kalibrasi yang mampu melakukan re-karakterisasi atau re-sertifikasi CRM, seperti di negara-negara maju, sehingga CRM yang dibuat dapat lebih optimal.

Tentunya ini semua dibangun untuk memperkuat infrastruktur mutu nasional kita, dimana laboratroium menjadi bagian penting dalam pilar akreditasi. Jika tahun ini saja menduduki peringkat ke-1 di ASEAN dan Peringkat ke-27 Dunia. Khusus untuk infrastruktur akreditasi, posisi Indonesia adalah 10 besar dunia, dan posisi 16 di negara G20. Ke depan diharapkan akan lebih baik dan kuat demi mendukung pertumbuhan ekonomi negara ini, tutup Donny. (Har/Put)