Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Meningkatkan Marwah Kopi dan Petani Kopi Sumsel dengan Standardisasi

  • Senin, 20 Mei 2019
  • 4890 kali

Meskipun Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor kopi nomor 4 terbesar di dunia (639rb - 640rb ton pertahun) dengan luas lahan kopi terluas nomor 2 di dunia (1,2 juta hektar), tapi Indonesia belum optimal menikmati manfaat ekonomi darinya.

 

Setidaknya hal ini tercermin dari data yang pernah disampaikan oleh Menko Bidang Perekonomian RI, Darmin Nasution, bahwa dari nilai perdagangan atau ekonomi global kopi sebesar 240 Milyar Dollar AS per tahun, Indonesia baru menikmati sebesar 415-450 juta Dollar AS (Rp 6-7 Trilyun) per tahun atau baru 0,2%.

 

Itu kondisi ekonomi kopi secara makro, kondisi mikro di tingkat petani lokal masih memerlukan upaya pembinaan setidaknya di Sumatera Selatan yang merupakan penghasil biji kopi terbesar (135rb - 140 rb ton per tahun atau 20% nasional) dan lahan kopi terluas (263 rb hektar) di Indonesia yang dikelola oleh 205 rb KK petani.

 

Sebagaimana Menurut Dr. Hector Manuel Diaz (Pakar Kopi Dunia, dalam Seminar Kopi di Jakarta, 30 Januari 2018) ada 3 PR besar dalam Peningkatan Produksi dan Kualitas Kopi Indonesia. Pertama tata niaga kopi yang masih mewarisi sistem “kolonial”, kedua akses pasar (di Vietnam Petani bisa jual langsung untuk ekspor) yang ketiga adalah kesadaran akan kualitas (dari proses budidaya, pasca panen dan konsumsi masyarakat).

 

Jika dilihat dari rantai nilai kopi dari kebun budi daya (hulu) sampai dengan menjadi produk minuman kedai atau industri, 60%-70% kualitasnya dipengaruhi di hulu, budi daya dan pasca panen yang artinya di petani kopi. Petani kopi lah yang mengeluarkan sumber daya (tenaga dan waktu) sepanjang tahun, tapi nilai ekonomi yang di dapat masih belum wajar.

 

Untuk itu, Badan Standardisasi Nasional Kantor Layanan Teknis Wilayah Palembang bersama dengan Dewan Kopi Sumsel, Dinas Perkebunan Kabupaten Muara Enim dan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang turun bareng melakukan Sosialisasi Budi daya dan Pengolahan Pasca panen Kopi sesuai Standar (SNI), kepada sekitar 30 petani yang tergabung dalam kelompok Petani Subur Jaya dan Gemilang dari Dusun Danau Ringkih, Desa Segamit, Semendo Darat Ulu, Muara Enim (16/05/2019) yang hanya dapat ditempuh lewat jalur darat selama 8-9 jam dari Palembang.

 

Disbun Muara Enim yang diwakili oleh Yuvitawati, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kopi menjadi prioritas Disbun untuk menjadi produk unggulan sampai ekspor, saat ini Disbun telah melakukan kerjasama dengan Puslit Kopi dan Kakao Jember untuk melakukan penelitian benih kopi arabika unggulan Semendo untuk disertifikasi dan budidayakan. Selain itu juga Disbun sudah menjajagi kerjasama untuk ekspor, target tahun ini bisa ekspor, cerita Yuvitawati.

 

Ketua Dewan Kopi Sumsel (DKS), M. Zain Ismed, menyampaikan bahwa salah satu program Dewan Kopi Sumsel adalah melakukan pemberdayaan petani kopi melalui penguatan kelembagaan (koperasi) dan pelatihan. Kedua hal ini sangat penting karena muara atau tujuan besar terbentuknya Dewan Kopi Sumsel adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi atau mengangkat marwah kopi dan petani kopinya.

 

BSN dalam kesempatan ini, mensosialiasikan SNI 01-2907-2008 biji kopi. SNI yang diadopsi dari Resolusi no. 407 dari Organisasi Kopi Dunia (ICO - International Coffee Organization) ini merupakan acuan global dalam penentuan kualitas biji kopi, terutama robusta dan arabika. Terdapat syarat umum dan syarat khusus, dari mulai kadar air, bebas serangga, bau busuk/kapang, kadar kotoran, syarat ukuran, sistem nilai cacat dan penggolongan mutunya.

 

Sosialisasi SNI dilakukan melalui dua kali praktik yaitu mengukur kadar air biji kopi secara manual dengan tangan dan dengan alat uji/ukur kadar air (moisture tester) serta praktik sortasi biji kopi dan menghitung nilai cacat serta menentukan kelas mutunya sesuai SNI.

 

Diisi juga sosialisasi produk pupuk NPK khusus Kopi PT PUSRI, produk ini masih dalam pengurusan ijin edar tapi sudah diujicobakan di 5 lokasi atau lahan kopi di Lahat sekitar 8 hektar dan hasilnya positif mampu meningkatkan panen kopi sampai dengan 500 kg per hektar. PT PUSRI sendiri berencana akan melakukan uji coba atau demplot di desa Segamit ini, sampel tanah sudah diambil untuk selanjutnya diuji di Laboratorium PUSRI guna menentukan komposisi NPK sesuai kebutuhan.

 

DKS juga menghadirkan 2 tenaga pakar, yakni Imam Wibisono (dosen di Fakultas Pertanian UNSRI) dan Rusli yang memberikan materi tentang pengolahan pasca panen kopi secara olah basah dan olah kering serta mengelola usaha tani secara berkelanjutan.

 

Program sosialisasi ini mendapat respon baik dari petani kopi yang hadir, mereka berharap setelah ini akan ada lagi pelatihan baik dari Disbun, BSN, PT Pusri maupun Dewan Kopi Sumsel. (klt_palembang)




­