Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Minyak Goreng Diperkuat dengan Vitamin A

  • Selasa, 25 Januari 2011
  • 1773 kali

Kliping Berita

Jakarta, Kompas - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan hari ini akan meluncurkan program fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A guna menurunkan jumlah orang, terutama anak, yang kekurangan vitamin A subklinis.

Diskusi soal fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A berlangsung di Jakarta, Senin (24/1), dan diadakan oleh Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI) yang diketuai Prof Dr Soekirman, untuk memperingati Hari Gizi Nasional.

Saat ini di Indonesia separuh dari anak balita, atau lebih dari 9 juta anak, dan lebih dari 1 juta perempuan usia subur mengalami kekurangan vitamin A (KVA) subklinis—tak menunjukkan gejala secara fisik. Namun, KVA menyebabkan mudah terkena infeksi, seperti batuk, pilek, diare, dan campak, sehingga berkorelasi positif dengan kematian bayi.

Menurut Dr Drajat Martianto dari Departemen Gizi Masyarakat IPB dan KFI, sejumlah kajian memperlihatkan, meski prevalensi menurun, KVA cenderung meningkat apabila ada krisis ekonomi. Hal ini karena sumber vitamin A alami, seperti susu, daging sapi, ikan, dan minyak ikan, harganya mahal. Adapun konsumsi sumber provitamin A, seperti sayuran dan buah, rendah. ”Tujuan fortifikasi ini bukan mendorong konsumsi banyak-banyak vitamin A, tetapi menurunkan kekurangan vitamin A,” ujar Drajat.

Pilihan pada minyak goreng sebagai pembawa vitamin A melalui perjalanan panjang. Soekirman mengatakan, pangan berhubungan dengan budaya dan selera. Minyak goreng yang mengandung provitamin A sehingga berwarna merah pernah dia coba sosialisasikan pada 1960-an, tetapi tak berhasil karena membuat warna makanan jadi merah. Beberapa tahun lalu, sebuah perusahaan swasta gagal memasarkan minyak goreng sawit dengan provitamin A tinggi. Selain warna makanan jadi merah, rasa makanan juga getir. Fortifikasi tak akan membuat penumpukan berlebihan di tubuh karena dosisnya sudah dihitung hati-hati.

Menurut Drajat, vitamin A bersifat stabil sehingga tahan panas hingga 160 derajat celsius, seperti saat menggoreng dan penggorengan hingga tiga kali masih menyisakan 60 persen vitamin A. Kelemahannya, tak tahan sinar ultraungu matahari sehingga penyimpanan harus baik. Selain itu, vitamin A masih impor. Namun, dengan 3,5 juta ton konsumsi minyak goreng dalam negeri dan kebutuhan 1 kg vitamin A per 16 ton minyak goreng, diharapkan industri vitamin A dalam negeri akan tumbuh.

Titik lemah lain, 70 persen minyak goreng berbentuk curah, diproduksi banyak industri sehingga pengawasannya relatif sulit. SNI diharapkan mulai berlaku tahun depan dan Badan POM akan mengawasi kualitas vitamin A yang digunakan. (NMP)

Sumber : Kompas, Selasa 25 Januari 2011, hal. 12.




­