Kliping Berita

OLEH BAMBANG SUPRIYANTO

JAKARTA Kementerian Pertanian tidak dapat menjamin peningkatan harga ekspor minyak kelapa sawit yang telah memperoleh sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengungkapkan masalah kemudahan pasar dan harga sepenuhnya lebih terkait dengan ihwal bisnis.

"Sertifikat ISPO bisa menjadi marketing leverage. Seperti halnya sertifikasi lain, seperti ISO dan HACCP tidak otomatis mendongkrak harga dan pasar suatu produk," ujarnya belum lama ini.

Namun, dia meyakini sertifikasi ISPO akan dinamis dan pemerintah secara intensif akan melakukan kampanye dan sosialisasi soal ISPO.

Selain itu, ujar Bayu, pemerintah terus meyakinkan internasional soal hal-hal prinsip ISPO, terutama terkait dengan produksi sawit lestari sesuai dengan tuntutan pasar, terutama di kawasan Uni Eropa.

Namun, sambungnya, ISPO punya nilai strategis bagi pemasaran crude palm oil (CPO) Indonesia segera setelah resmi diterapkan secara menyeluruh pada 2014. Sawit nasional, sambungnya, bisa dengan lebih mudah memenuhi permintaan pasar terhadap sawit lestari dari se-jumlah negara dan perusahaan besar pada 2015.

Harga kontrak CPO untuk pengiriman April pada Malaysia Derivatives Exchange turun sebesar 0,8% menjadi 3.864 ringgit, setara dengan USS1.273 per ton. Harga sempat menyentuh 3.874 ringgit pada jeda pertengahan hari. (Senin, 7 Apri20U).

Komoditas kelapa sawit salah satu komoditas perkebunan yang merupakan kontributor penerimaan devisa negara yang dapat diandalkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai ekspor produk kelapa sawit dan turunannya mencapai USS 11,61 miliar pada 2010, naik 17,75% atau USS. 2,5 miliar pada 2009.

Demikian juga dengan volume sebanyak 21,2 ton CPO meningkat 1423% dari tahun sebelumnya.

Menurut BPS, ekspor produk kelapa sawit dan turunannya akan terus naik.

Sumber : Bisnis Indonesia, Selasa 8 Februari 2011, hal. I6.