Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pipa Baja China Serbu Pasar Tanah Air

  • Senin, 03 Oktober 2011
  • 1500 kali
KLiping Berita
Maraknya peredaran pipa baja berharga murah dari China mesti diantisipasi produsen pipa baja dalam negeri dan pemerintah. Langkah antisipasi tersebut dipandang penting agar pipa-pipa baja made in Negeri Tirai Bambu itu tidak menganggu roda industri pipa baja nasional.

Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Putu Surya Wiryawan mengatakan, tidak dimungkiri produksi industri pipa baja lokal untuk keperluan pengeboran minyak dan gas lepas pantai di Batam, Kepulauan Riau, menurun signifikan karena banyaknya pipa baja jadi dari China yang harganya lebih murah. Kondisi tersebut menyebabkan produsen pipa baja di Batam tidak dapat bersaing dengan produsen baja. Ironisnya, sebagian produsen lokal justru membeli pipa baja dari China untuk kemudian dijual kembali dengan harga tinggi.

Untuk mengantisipasi dampak negatif atas peredaran pipa baja dari China tersebut, pemerintah pun memperketat pengawasan. "Salah satu langkah yang harus ditempuh adalah memperketat pengawasan, sebab ada kecurigaan produsen baja di Batam yang hanya mampu menghasilkan 50 batang pipa justru melempar 500 batang pipa ke pasaran. Diperkirakan mereka membeli pipa baja dari China untuk dijual kembali," kata Putu.

Dia menambahkan, Batam harus diproyeksikan menjadi pusat logistik penunjang industri minyak dan gas di Indonesia, pengawasan pun harus dilakukan dengan benar. Sementara itu anggota dua Deputi Bidang Pelayanan Jasa, Badan Pengusahaan (BP) Batam, Fitrah Komaruddin mengatakan untuk mengadang serbuan produk baja dari China, dilakukan pula pelarangan terhadap pelaku impor pipa baja untuk mendatangkan produk baja jadi. Di Batam, jelas dia, terdapat delapan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan pipa pengeboran minyak lepas pantai, salah satunya PT Citra Tubindo Tbk.

Menurut Sekretaris Perusahaan Citra Tubindo, Harsono, pemerintah perlu meningkatkan perlindungan pada produsen pipa baja nasional dengan cara meningkatkan kandungan lokal penggunaan pipa baja lokal hingga 100 persen. Hal lain yang juga mesti diberlakukan ialah ketentuan wajib verifikasi impor besi atau baja.

Harsono memaparkan, maraknya perdagangan pipa baja impor, khususnya dari China, menyebabkan produksi dalam negeri anjlok. Pada semester I-2011, misalnya produksi pipa baja nasional tidak lebih 191.250 ton dari kapasitas terpasang 1,28 juta ton per tahun. Padahal, pada saat yang sama konsumsi pipa baja di dalam negeri diprediksi mencapai 825 ribu ton atau tumbuh 10 persen dibanding dengan kebutuhan tahun lalu sekitar 750 ribu ton.

Pertumbuhan konsumsi itu terjadi seiring dengan pemulihan perekonomian global. Sayangnya, industri lokal tidak mampu meningkatkan produksi, khususnya pipa baja berbasis seamless dan welded, untuk konstruksi properti dan infrastruktur migas. Berdasarkan laporan The Indonesia Iron and Steel Industry Association (USIA), 14 anggota USIA mengalami kerugian akibat serbuan baja dari China. Kondisi itu menyebabkan para produsen terpaksa mengurangi produksi, penjualan, dan keuntungan. (gus/E-2)

Sumber : Koran Jakarta, Senin 03 Oktober 2011. Hal 9




­