Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Indonesia Dipercaya Membuat “Standar Tempe Internasional”

  • Kamis, 05 April 2012
  • 1372 kali
Kliping Berita

Ini kabar gembira bagi bangsa Indonesia. Tempe, yang diyakini sebagai makanan asli Indonesia, berpeluang besar menjadi salah satu makanan terkenal di pasar dunia.

Iptek Voice milik Kementerian Negara Riset dan Teknologi Senin (3/4) melansir, peluang tempe untuk menjadi makanan terkenal dunia muncul bersamaan dengan disetujuinya usulan standardisasi tempe pada sidang Codex Alimenterius Commission (CAC) di Geneva tahun lalu. Indonesia, melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN), disetujui sebagai salah satu konseptor untuk penyusunan standar dunia untuk tempe.

Prestasi seperti ini memang bukan kali pertama bagi Indonesia. Sebelumnya Indonesia pernah berhasil menyusun standar internasional untuk mi instan. Menurut Kepala BSN, Bambang Setiadi, disetujuinya Indonesia sebagai satu konseptor penyusunan standar tempe tetap merupakan hal yang sangat membanggakan dan penting. Peluang tempe untuk goes internasional seperti mi instan semakin besar.

Hanya saja Bambang juga mengingatkan agar proses penyusunan standar dunia untuk tempe memperhatikan segi kualitas, daya tahan, dan kandungan gizi. Sebab hal ini berkaitan dengan banyaknya negara yang memproduksi dan mengomersialkan tempe.

“Setidaknya ada 20 negara yang memproduksi dan mengkomersialkan tempe. Tapi kita enggak perlu takut keduluan. Sebab standar internasional kita yang diterima, bukan mereka,”kata Bambang Setiadi sebagimana dikutip Tribunnews.com.

Menurut Bambang, BSN akan memperjuangkan secara serius agar pembuatan standardisasi pangan berbahan baku kedelai itu dapat dikerjakan oleh Indonesia dan selesai pada tahun 2013. Sebab jika pengan ini kelak menjadi konsumsi pasar dunia, industri tempe Indonesia akan memiliki suara dan tempat yang tinggi untuk panggung pasar tempe.

“Tim yang akan membuat standar ini dari Univesitas Gajah Mada, didukung oleh perindustrian. Mereka akan memikirkan agar standar itu tidak memberatkan pengusaha sehingga ketika standar itu dibuat dan berlaku secara internasional, bisa dipenuhin, itu skenarionya yang sedang kita bikin, ‘ujarnya.
Bambang mengatakan, ada delapan langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan standardisasi pangan ini. Untuk tempe Indonesia sudah mencapai langkah ke 5.

“Tinggal tiga langkah lagi. Tahun ini kami akan bertemu dengan negara-negara Asia.

Ditingkat Asia prosesnya bisa dipercepat, langsung ke langkah 8. Jadi tahun depan itu bisa dipastikan, “katanya.

Peluang dan Dukungan

Tempe memang diyakini sebagai makanan asli Indonesia. Dewi Odjar Ratnakomala, Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan BSN dalam siaran Iptek Voice terbaru, mengemukakan, dalam buku The Book of Tempe, disebutkan tempat asli tempe adalah (Pulau) Jawa, Indonesia.

Dewi mengingatkan tempe telah mendunia. Banyak orang Indonesia pergi ke berbagai negara dan banyak orang dari berbagai negara datang ke Indonesia.

“Karena itu jangan sampai tempe yang yang punya kita itu standarnya di buat negara lain,’kata Dewi.

Bambang mengatakan, setidaknya sudah ada 20 negara yang telah memproduksi dan mengomersialkan tempe. Sejumlah negara di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat juga terus melakukan penelitian atas makanan ini.

Di Eropa tempe dikenal melalui orang-orang Belanda. Pada 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia.  Sejak 1946, juga melalui Belanda tempe mulai populer di Eropa.

Di Amerika Serikat tempe mulai populer setelah Yap Bwee Hwa, orang Indonesia melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe untuk kali pertama tahun 1958. Di Jepang, tempe diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai produksi secara komersial pada tahun 1983.

Hingga tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe berdiri di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti China, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Austria, Amerika Latin dan Afrika tempe juga sudah mulai dikenal meskipun masih dikalangan terbatas.

Bambang mengatakan, pentingnya Indonesia untuk segera menyusun standar dunia untuk tempe dan penyusunannya pun harus di Indonesia. Alasan utamanya adalah Indonesia adalah konsumen tempe terbesar di dunia sekaligus negara asal tempe.

“Jadi sekarang jelas mengapa penyusunan standar dunia untuk tempe harus di Indonesia. Sebab lain sebagai negara asal tempe, Indonesia itu konsumen tempe terbesar di dunia, Indonesia menghabiskan 2,4 juta ton per tahun,”kata Bambang.

Selain menjadi negara konsumen tempe terbesar di dunia, dengan konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun sekitar 6,45, Indonesia juga menjadi negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe. (wip/dari berbagai sumber)

Sumber : Wartakota, Kamis 5 April 2011, Hal 13