Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Ribuan Industri di Jatim tak ber-SNI

  • Rabu, 11 April 2012
  • 899 kali
Kliping Berita

Rabu, 11 April 2012 | 02:56 WIB         

SURABAYA – Sebanyak 783.955 Industri di Jatim tidak memiliki kualitas dalam Standarisasi Nasional Idonesia (SNI). Kesadaran indutri untuk ber-SNI ini baru dimiliki sekitar 183 industri. Data tersebut dibeber Pemprov Jawa Timur karena melihat kesadaran industri yang cukup miris.

“Kesadaran para pelaku industri untuk mendaftarkan perusahaannya agar dapat SNI masih minim. Itu dapat dilihat dari 783.955 industri di Jatim baru 183 perusahaan yang ber-SNI, atau baru 0,23 persen,” ujar Kabag Industri dan Perdagangan (indag) Biro Administrasi Perekonomian Setdaprov Jatim Akhmad Basuki, kemarin.

Lebih jauh dijelaskannya, Jika industri itu tak ber-SNI maka sulit kemungkinannya untuk bisa melakukan ekspor. Ini karena standar wajib pasar bebas adalah produk itu harus memiliki standar minimal standar nasional.

Dengan minimnya perusahaan yang ber-SNI ini, kata Basuki, Pemprov Jatim mendorong kabupaten/kota agar mau mensosialisasikan perusahaan yang ada di kabupaten/kota untuk ikut mendaftarkan SNI. “Selama ini belum ada tindakan dari kabupaten/kota agar perusahaan mau memperoleh SNI. Jika di Disperindag Jatim setiap tahun ada enam industri yang difasilitasi agar dapat SNI,” uangkapnya.

Dari total 783.955 perusahaan di Jatim itu, meliputi industri agro dan kimia, industri alat transportasi, elektronika dan telematika, industri logam, mesin tekstil dan aneka. Dimana yang termasuk industri besar sebanyak 990 perusahaan. Lalu industri menengah sebanyak 16.182 dan industri kecil sebanyak 766.783.

“Pemprov juga telah mengusulkan 10 UKM sektor pangan dan 10 UKM sektor non pangan untuk mengikuti program insentif penerapan SNI 2012 yang akan dilaksanakan Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada 11 April 2012,” katanya.

Sedangkan IKM batik yang telah mendapatkan sertifikasi batik mark sebanyak 10 IKM batik, jenis batik tulis yaitu Batik Nilo Pacitan, Batik Tengah Sawah Pacitan, Sigt Batik Tulungagung, Sekar Ayu Tulungagung, Viesta Pamekasan, Al Huda Sidoarjo, Puri Putri Pacitan, Saji Pacitan, Batik Kamsatun Sidoarjo dan Citra Tuban.

“Tahun 2012 ini Pemprov Jatim bekerjasama dengan Dekranasda telah memfasilitasi sertifikasi Batik Mark sebanyak 20 IKM batik yang semuanya masih dalam proses sertifikasi,” jelas Basuki.

Menurut dia, sebenarnya banyak produk-produk industri nasional yang berdaya saing cukup bagus, bahkan mampu menembus pasar maju. Namun mereka sering kehilangan daya saing akibat tidak adanya standardisasi. Bahkan banyak diantaranya tidak diizinkan masuk ke pasar suatu negara karena tidak menerapkan standar. (arf)

Sumber : Surabaya Pagi, Rabu 11 April 2012.
Link : http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812982962138776c29944c5abb77357108b61057d




­