Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Gunawan Steel Targetkan Penjualan Rp 2 Triliun

  • Jumat, 16 April 2010
  • 1051 kali

Kliping Berita

SURABAYA - Prosuden pelat baja, FT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST), menargetkan pencapaian pendapatan sebesar Rp 2 triliun dan laba bersih Rp 200 miliar pada 2010. Sementara itu, tahun lalu, perseroan membukukan pendapatan Rp 1,6 triliun dan rugi bersih Rp 150 miliar.

Direktur Gunawan Steel Hadi Sutjipto mengatakan, hingga kuartal 1-2010, perseroan telah mencatat penjualan sebesar Rp 371 miliar dan laba bersih Rp 40 miliar. "Pencapainnya memang turun dibanding periode sama tahun lalu, penjualan tercatat Rp 514 miliar dan rugi bersih sebesar Rp 184 miliar," ujar Hadi di Surabaya, Kamis (15/4).

Menurut dia, kinerja kuartal I-2010 perseroan semakin membaik seiring keberhasilan memanfaatkan peluang kenaikan harga pelat baja sejak akhir 2009. Harga pelat baja naik 25% dari akhir tahun lalu yang US$ 600 menjadi US$ 820 per ton pada kuartal pertama tahun ini.

Hadi memperkirakan, harga pelat baja masih berpeluang naik 30% hingga US$ 920-950 per ton tahun ini dari posisi akhir 2009. Dia pun sangat optimistis, target penjualan dan laba bersih tahun 2010 bakal tercapai.

Apalagi, kondisi perekonomian domestik dan dunia juga menunjukkan tren yang terus membaik, sehingga akan mendorong peningkatan konsumsi pelat baja. "Bila melihat situasi pasar sekarang dan kecenderungan membaiknya harga pelat baja, kami optimistis dengan bisnis kami," imbuhnya.

Walaupun Gunawan Steel memiliki pabrik berkapasitas produksi 400 ribu ton per tahun, lanjut Hadi, pihaknya baru menghasilkan pelat baja 360 ribu ton per tahun. Hingga 70% hasil produk pelat baja dipasarkan ke pasar ekspor dan 30% sisanya dijual di dalam negeri.

Produk pelat baja perseroan di antaranya diekspor ke negara Asean, yakni Malaysia, Si-ngapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Gunawan Steel juga mengekspor ke Australia, Korea, India, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Inggris, Jerman, Spanyol, dan Italia.

Dia menyampaikan, pihaknya berusaha tetap mempertahankan porsi ekspor 70% dan pasar domestik 30% karena bahan baku rnasib 100% diimpor. Hal itu bertujuan untuk menghindari risiko kerugian kurs. "Komposisi ekspor produk hingga 70% sudah cukup untuk menutup biaya bahan baku yang 100% diimpor," kata Hadi.

Dia juga mengaku bahwa peluang ekspansi sebetulnya peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Hanya saja, investasi untuk membangun pabrik pelat baja itu sangat besar. Dia mencontohkan, pabrik berkapasitas 400 ribu ton per tahun setidaknya membutuhkan dana pengembangan US$ 400-500 juta. Karena besarnya biaya investasi, pabrik baja di luar negeri umumnya dikuasai oleh pemerintah dan negara.

Hadi tidak khawatir dengan ancaman serbuan produk pelat baja dari Tiongkok, asalkan pemerintah berkomitmen menerapkan kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk pelat baja. "Penerapan SNI menjadi satu-satunya cara untuk bersaing dan menghalau laju serbuan produk pelat baja dari Tiongkok," katanya. (ros)

Sumber : Investor Daily, Jumat 16 April 2010, hal. 11.




­