Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Tabung Gas Segera Ditarik

  • Senin, 26 Juli 2010
  • 1434 kali
Kliping Berita

Shally Pristine

Banyak kebocoran gas akibat kerusakan karet pengaman dan katup pada tabung.

JAKARTA-Ledakan tabung gas ukuran tiga kilogram (kg) terus terjadi, sementara belum ada tanda-tanda penarikan tabung gas yang tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dari peredaran. Namun, ada kemungkinan tabung gas tak ber-SNI segera ditarik.

Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian, Ansari Bukhari, menyatakan, sejauh ini Kementerian Perindustrian belum menemukan cacat pada tabung hasil pengadaan awal program konversi minyak tanah ke gas tahun 2007-2008 yang tidak ber-SNI. Tabung gas tak ber-SNI itu masih boleh beredar sampai 2018.

Ansari mengakui terdapat peluang tabung gas produksi seri pertama itu cacat standar. Saat itu, SNI untuk tabung gas tiga kg masih dalam proses notifikasi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sehingga syarat dalam tender pengadaan hanya menggunakan kriteria teknis. SNI tabung gas tiga kg baru disahkan akhir 2008. "Sebenarnya, kriteria teknis itu sama saja dengan kriteria SNI. Namun, tabung waktu awal itu belum ada marking SNI-nya," kata Ansari, Ahad (25/7).

Karena itu, jika diperlukan, Kementerian Perindustrian bisa mempercepat penarikan tabung tanpa marking SNI itu jika memang ditemukan bukti bahwa tabung seri itu bermasalah. "Segala macam ketentuan itu bisa dipercepat, misalnya jadi maksimal beredar sampai 2013," kata Ansari.

Menurut Ansari, hasil penyelidikan Polri memperlihatkan belum ada satu pun kasus ledakan gas yang terjadi karena kesalahan pada ta-bung. Sejauh ini, lanjut Ansari, ledakan gas terjadi lantaran aksesori tabung yang tidak memenuhi standar, seperti regulator atau selang.

Sumber di Pertamina juga mengonfirmasi percepatan penarikan tabung gas tiga k"g yang diduga bermasalah, terutama pada komponen cincin kaki (foot ring) dan katup kendali {spindle valve). "Pertamina akan mempercepat penarikan tabung yang dinilai rusak masuk retester untuk diuji ulang. Bagian yang rusak akan diganti. Kalau bocor, akan diperbaiki," kata sumber itu sambil menegaskan tidak semua kerusakan pada bagian tabung bisa diperbaiki.

Ketua Tim Konversi Elpiji Pertamina, Kusnendar, mengatakan, Pertamina tetap akan melanjutkan program konversi minyak tanah ke gas. Tahun ini sudah dilaksanakan tender pengadaan tabung gas tiga kg sebanyak sembilan juta paket meskipun belum semua didistribusikan ke masyarakat. "Yang belum terkirim masih dicek ulang, termasuk oleh tim antarinstansi terkait banyaknya insiden," kata Kusnendar.

Menurut Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, I Putu Suryawirawan, masalah paling utama dalam program konversi minyak tanah ke gas adalah pengoplosan elpiji akibat disparitas harga per kilogram gas elpiji antara kemasan tiga kg dan 12 kilogram. Pengoplosan mengakibatkan katup tabung elpiji rusak yang kemudian juga mengakibatkan rusaknya struktur lain, seperti regulator tabung. "Pada awal program konversi ketika harga elpiji kemasan tiga dan 12 kg masih sama, tingkat kecelakaan sangat kecil."

Ketua Umum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Husna Zahir, meminta Pertamina memeriksa tabung saat pengisian ulang tabung di Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE), terutama pada komponen karet pengaman dan katup. YLKI banyak menerima laporan dan bukti bahwa dua komponen ini bermasalah."Karet pengaman dan katup pada tabung tidak bisa dipisahkan dari tabung," kata Husna

agung budiono ed : rahmad budi harto

Sumber : Republika, Senin 26 Juli 2010, hal. 1.




­