Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

China Beli 653 SNI Antisipasi Pasar

  • Rabu, 02 Maret 2011
  • 1155 kali
Kliping Berita

Jakarta, 1/3 (SIGAP) - China membeli 653 Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mengantisipasi kebijakan wajib penerapan standar tersebut di pasar Indonesia.

"Pada November lalu (2010) China membeli 653 SNI kita. Nampaknya mereka ingin mempersiapkan diri masuk ke pasar Indonesia lebih besar lagi, dengan produk yang sesuai SNI," kata Kepala Badan Standarisasi Nasional (BSN) Bambang Setiadi, di sela-sela Forum CEO-ISO tingkat Asia, di Kuta, Bali, Selasa.

Ia mengatakan, sebagian besar SNI yang dibeli China tersebut merupakan SNI barang elektrik dan elektronik, mesin dan alat pertanian, serta barang konsumsi.

"Bahayanya masyarakat industri kita saja belum sadar SNI, tapi China sudah bergerak membeli dan mempelajari SNI yang ada di Indonesia," ujar Bambang.

Ia mengakui sebagian besar penerapan SNI di Indonesia masih bersifat sukarela (voluntary).

Dari sekitar 6.800 SNI, lanjut dia, hanya sekitar 250-an SNI yang bersifat wajib (mandatory) antara lain SNI ban, kompor dan tabung gas, serta selang, dan katupnya, terigu, dan lain-lain.

"Bahkan baru sekitar 30 persen SNI yang digunakan oleh kalangan dunia usaha di dalam negeri," kata Bambang.

Ia mengakui kesadaran pemerintah dan pelaku usaha tentang pentingnya penerapan SNI masih rendah. Hal itu, kata dia, juga terjadi di negara-negara berkembang lainnya.

"Tahun lalu pemerintah sudah mencanangkan gerakan pengunaan SNI, bahkan pada Peraturan Presiden No 54 Tahun 2011 tentang pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah mewajibkan pembelian barang yang sesuai dengan SNI," kata Bambang.

Kebijakan itu, lanjut dia, akan mendorong dunia usaha di dalam negeri untuk memenuhi SNI walaupun untuk barang yang belum wajib SNI.

"Bayangkan sekitar Rp500 triliun belanja pemerintah menggunakan barang-barang SNI, seperti mainan anak untuk pengadaan barang di Kementerian Pendidikan itu besar sekali," katanya.

Bambang juga bertekad memasyarakatkan penggunaan SNI yang seharusnya bersifat sukarela. Ia mencontohkan standar menjadi kebutuhan masyarakat industri di berbagai negara maju untuk menghasilkan barang berkualitas dan bisa menembus pasar ekspor.

Ketua Devco

Lebih jauh Bambang mengatakan Indonesia melalui BSN menjadi ketua lembaga standarisasi dari negara-negara berkembang (Devco) yang beranggotakan 135 negara dari 165 negara anggota organisasi standarisasi internasional (ISO).

"Posisi Indonesia saat ini sangat kuat, karena kami menjadi ketua Devco pada 2011-2012," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, BSN akan memasukkan berbagai konsep standar terutama terkait penghitungan perdagangan karbon dan efek rumah kaca.

Tahun ini Indonesia juga menjadi tuan rumah pertemuan CEO dari Organisasi Standar Internasional (ISO) tingkat Asia pada 1-3 Maret 2011 yang dihadiri 26 peserta dari 18 negara antara lain negara anggota ASEAN, Afganistan, Srilanka, Pakistan, dan Papua Nugini.

Untuk diketahui, Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN. (Laporan wa prasetya/ant)

Sumber : SIGAP BANSOS, Selasa, 01 Maret 2011.
Link :http://www.sigapbencana-bansos.info/berita/10068-china-beli-653-sni-antisipasi-pasar-.html




­