Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Konsumen Pilih yang Praktis

  • Senin, 07 Maret 2011
  • 2911 kali
Kliping Berita        

Seiring dengan tren saat ini, sejumlah konsumen komputer lebih memilih yang praktis untuk membantu tugas-tugas mereka. Tentu saja, harga yang murah menjadi pertimbangan utama.

Mudah, gampang digunakan, dan praktis menjadi pertimbangan lain bagi konsumen dalam membeli produk, selain harga yang murah.Kondisi ini juga berlaku dalam bisnis komputer.

Tren saat ini lebih banyak mengarah pada pasar komputer jinjing (laptop atau notebook) dibanding personal computer(PC).Akibatnya penjualan laptop dan notebook terus tumbuh dan jumlahnya mengungguli angka penjualan PC. Data Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) menyatakan, tahun lalu komposisi perbandingan penjualan komputer antara laptop/notebook dan PC ada perbedaan yang tidak terlalu mencolok. Angka penjualan laptop/notebook mencapai 58%. Sementara PC hanya 42% dari total penjualan. Tahun lalu, total penjualan komputer mencapai 3,5 juta unit. Artinya, angka penjualan laptop sebesar 2,3 juta unit, sedangkan penjualan PC sebesar 1,2 juta unit.Tahun ini diprediksi jumlah total penjualan komputer akan mencapai 4,3 juta.

Dari jumlah tersebut penjualan laptop diperkirakan bisa mencapai 2,58 juta unit atau sekitar 60% dari total penjualan.Sementara penjualan PC akan menurun dibanding tahun lalu menjadi 40% dari total penjualan atau sebesar 1,72 juta unit. Sebagaimana jenis komputer lain yang beredar di pasar saat ini, penjualan produk laptop dan notebookbanyak didominasi produk impor. China dan Taiwan merupakan dua negara yang paling banyak memasok laptop dan notebook di Indonesia, khususnya untuk produk berharga murah. Harga murah yang ditawarkan produk dari China dan Taiwan tampaknya menjadi salah satu faktor yang membuat produk ini semakin mendapatkan tempat di hati konsumen.

Berdasarkan sebuah survei,sekitar 80% pasar laptop dan notebook di Indonesia masih dikuasai produk di segmen low-enddengan harga jual di bawah Rp10 juta. Sementara 20% sisanya berada di segmen premium. Permintaan laptop dan notebook murah ini membuat jumlah impor dari China terus meningkat.Hal ini, misalnya,terlihat pada peningkatan penjualan laptop dan netbook dari China pada periode Januari– April selama tiga tahun berturut-turut. Pada periode Januari–April 2010 jumlah penjualan laptop dari China senilai USD301.849.567.Angka ini jauh lebih besar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya USD107.329.726 atau dibanding periode yang sama pada 2008 yang sebesar USD295.700.525.

Saat ini laptop tidak hanya menjadi produk yang dipergunakan untuk membantu pekerjaan,tapi telah menjadi gaya hidup (lifestyle).Karena itu,wajar jika angka penjualan komputer jinjing ini terus meningkat. Division Head Manager Notebook Advan Digital Tjandra Lianto menegaskan,saat ini banyak pengguna komputer di Indonesia yang melakukan peralihan (shifting) dari PC ke laptop.Perbandingan penjualan laptop dan PC setara dua banding satu. Artinya, hampir di setiap toko yang berhasil menjual 2 unit laptop, pada saat yang sama baru terjual 1 unit PC. Karena itu,untuk memperketat persaingan,Advan menggandeng vendor prosesor AMD dan merilis notebook khusus bagi penggemar komputer multimedia yang menginginkan performa tinggi melalui Advan Soulmate M4-33125.

“Banyak pengguna yang mendambakan performa dan kualitas grafis. Nah, segmen itu yang kami tuju,” ungkap Tjandra seperti dilansir Okezone(24/02). Menurut hasil riset terbaru IDC (International Data Corporation), penjualan laptop pada kuartal II- 2010 di Indonesia mencapai 1,1 juta unit atau naik 40% dari kuartal II- 2009.Total penjualan notebook pada kuartal I-2010 mencapai 2,18 juta unit atau naik 32,46% dibanding kuartal I-2009. Dari data tersebut, penjualan laptop terbanyak untuk segmen low end di kisaran harga Rp4 juta,yaitu 45% dari total penjualan.IDC memprediksi pasar notebook di Indonesia akan mencapai 6 juta unit pada 2011 dan menjadi terbesar di Asia Tenggara pada 2015 mendatang. Hal itu sangat dimungkinkan mengingat dari sisi cara penggunaan, laptop/notebooksangat berbeda dengan PC yang juga dikenal dengan sebutan desktop computer.

Karena mobilitas masyarakat di Indonesia khususnya mereka yang berada di kelas menengah sangat tinggi saat ini, tidak heran jika laptop menjadi pilihan untuk membantu tugas-tugas mereka. Kendati begitu, tingkat penetrasi penggunaan komputer (PC dan laptop) di Indonesia masih rendah dibanding negara lain.Menurut catatan Apkomindo, di Indonesia sejauh ini tingkat penetrasi komputer (PC dan notebook) baru 4% dari total populasi Indonesia. Sementara koneksi internet masih di bawah 10%. Angka yang terbilang kecil ini tentunya dapat dilihat sebagai peluang bagi tumbuh dan berkembangnya perdagangan dan industri komputer di Indonesia.

Karena itu, sinergi pemerintah, pengusaha, dan Apkomindo dalam segala aspek sangat diperlukan. Untuk mengembangkan pasar dalam negeri berdasarkan data Apkomindo masih ada dua kendala utama. Pertama,daya beli masyarakat (effortability) yang relatif masih rendah. Untuk meningkatkan penetrasi pasarnya, harga komputer harus lebih terjangkau.Sebab,harga komputer relatif mahal bagi masyarakat Indonesia,meski belakangan sudah menunjukkan tren menurun. Kedua, koneksi internet yang masih terbatas.Sebab,dengan luasnya koneksi internet merupakan kunci peningkatan penetrasi komputer di Indonesia. Artinya, dibutuhkan kerja sama semua pihak, terutama pemerintah untuk menghadapi masalah keterbatasan infrastruktur koneksi internet. Selain itu, saat ini masih ada beberapa isu penting yang masih menjadi halangan terhadap pertumbuhan pasar komputer di Indonesia.

Hal itu di antaranya tentang keharusan pembayaran transaksi menggunakan rupiah yang belum disepakati.Ketetapan penggunaan harga berdasarkan rupiah akan membuat harga komputer dalam negeri relatif lebih stabil sehingga pasar bisa berkembang. Selama ini pasar komputer di Indonesia masih mematok harga dengan pertimbangan mata uang dolar Amerika Serikat. Ketika rupiah melemah, pembeli akan menahan diri untuk berbelanja. Pasar menjadi tidak stabil. Masalah lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah standardisasi produk melalui SNI.

Dengan penerapan standarisasi ini diharapkan semua komputer yang beredar di dalam negeri terstandar sehingga masyarakat terlindung dari produk-produk berkualitas buruk. Hal lain lagi adalah labelingberbahasa Indonesia untuk memberi kemudahan dalam mengoperasikan komputer. islahuddin/yani a

Sumber : Seputar Indonesia, Senin 7 maret 2011. Hal 22




­