Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

IKM Kerajinan Terkendala SDM

  • Rabu, 10 Agustus 2011
  • 1351 kali
Kliping Berita

JAKARTA (Suara Karya): Sumber daya manusia (SDM) dan penggunaan teknologi merupakan salah satu kendala dalam pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) sektor kerajinan.

Di sisi lain, pemerintah berharap pelaku industri kerajinan tidak hanya fokus pada kualitas produk, tapi juga mengikuti perkembangan perdagangan internasional. Ini dilakukan agar daya saing produk Indonesia di luar negeri tidak mengalami penurunan.

"Pertumbuhan ekspor produk kerajinan setiap tahunnya mencapai 10 persen. Pada tahun lalu, volume ekspor produk kerajinan mencapai angka 670 juta dolar AS. Sedangkan tahun ini, pemerintah belum bisa memprediksi. Ini juga terkait krisis di Amerika Serikat serta beberapa negara Eropa," kata Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun pada acara pembukaan pameran produk unggulan kerajinan di Jakarta, Selasa (9/8).

Menurut dia, terbatasnya SDM serta penggunaan teknologi merupakan salah satu masalah di usaha kerajinan yang harus diselesaikan. Saat ini upaya pemberdayaan dan pengembangan IKM sektor kerajinan merupakan salah satu prioritas Kementerian Perindustrian.

"Untuk mengatasi masalah di sektor kerajinan, pemerintah akan melakukan kegiatan pelatihan, bimbingan teknis maupun nonteknis. Ini termasuk promosi bagi pelaku IKM Kerajinan. Diharapkan pembinaan IKM dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian rakyat," kata Alex.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan, usaha kerajinan di setiap daerah punya permasalahan yang berbeda. Di DKI Jakarta, yang menjadi masalah terkait pemasaran produk. Banyak pelaku IKM di sektor kerajinan yang susah menjual produknya.

"Kebanyakan pelaku IKM di sektor kerajinan tidak mengetahui pemasaran produknya. Selain itu, pelaku usaha IKM juga sering menjual produknya ke ritel modern. Padahal seharusnya juga berpikir untuk menjual secara langsung ke konsumen," kata Euis.

Menurut dia, jika pemasaran dilakukan di pasar ritel, maka produk yang diproduksi akan sedikit, sedangkan penjualan langsung ke konsumen bisa menambah omzet penjualan.

"Pelaku usaha IKM harus memperbaiki sistem produksi IKM, untuk permodalan juga masih terbatas diproduksi, harusnya IKM sudah berpikir untuk modal promosi. Hal ini harus segera dibenahi agar omzet IKM bisa meningkat dan mempunyai daya saing yang tinggi," ujar Euis.

Lebih lanjut dia menjelaskan, pemerintah juga sedang merevisi peraturan standar nasional Indonesia (SNI) untuk produk kerajinan. Selama ini banyak kendala dalam menerapkan SNI bagi produk kerajinan.

"Pemerintah sedang merevisi aturan SNI kerajinan karena ada beberapa produk jika dikenakan SNI pelaku usahanya masih kerepotan. Pelaku usaha harus menguji keawetan dan standar keamanan produk, dan ini tidak mudah. Nantinya pelaku IKM juga yang susah. Namun, pemerintah akan memberikan edukasi agar kebijakan tersebut dapat diterapkan," tutur Euis.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Rudy Lengkong mengatakan, masalah ketersediaan bahan baku dan akses permodalan merupakan kendala pada industri kerajinan. Untuk lebih mengoptimalkan kinerja ekspor, pihaknya lebih membidik pasar ASEAN, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam.

"Masalah bahan baku dan permodalam merupakan salah satu masalah yang harus diatasi di industri kerajinan. Selain itu, pelaku industri kerajinan juga masih bertumpu pada penjualan produknya ke pasar-pasar konvensional, seperti Amerika yang kini tengah mengalami masalah perekonomian. Untuk itu, pelaku industri kerajinan akan mengalihkan pasarnya ke ASEAN," kata Rudy. (Andrian)

Sumber : Suara Karya Online, Rabu 10 Agustus 2011.
Link : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=284684




­