Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Webconference Perkuliahan Standardisasi di Universitas Surabaya

  • Senin, 04 Mei 2015
  • 1093 kali

“Bagaimana menjamin proses produksi yang selalu memenuhi keinginan perusahaan?”. Pertanyaan tersebut menjadi pembuka dari perkuliahan melalui web conference oleh seorang Dosen Standardiasasi yaitu Mochammad Arbi Hidayat S.Si.,M.Si di Universitas Surabaya. Sebanyak 32 mahasiswa S1 dari program studi Teknik Industri mengikuti perkuliahan Statistical Quality Control dengan topik Military Standard Acceptance Sampling (MIL – STD – 105) dan ISO/TR 10017:2003 Guidance on Statiscal techniques for ISO 9001 selama kurang lebih 2 jam perkuliahan. Pertanyaan pembuka muncul karena proses produksi yang biasanya tidak selalu dalam kondisi “baik-baik saja”, terjadi kondisi yang bervariasi dari suatu proses produksi. Kondisi yang bervariasi tersebut terdiri dari variasi yang “alami” dari proses dan variasi yang “tidak alami” karena penyebab dari luar proses.

Dalam perkuliahannya, Mochammad Arbi Hidayat menjelaskan bahwa seringkali SPC (Statistical Process Control) sulit diterapkan dengan beberapa alasan yang dilontarkan perusahaan seperti untuk menggambar peta kendali hanya menghabiskan waktu, lebih penting melatih operator, serta SPC diterapkan nanti saja jika sudah ditemui banyak produk yang cacat. Padahal pentingnya SPC bagi suatu perusahaan adalah untuk mengendalikan proses produksi agar sesuai spesifikasi, stabil, membantu menemukan akar masalah dan corrective action. Pada dasarnya, SPC akan mampu berjalan sukses ketika manajer dan supervisor “menyemangati”operator line produksi, bahwa operator justru mempunyai peran paling penting untuk mewujudkan produk yang baik serta “kerja extra” untuk melakukan analisis penyebab variasi produk.

 

Penemuan produk cacat dari hasil produksi, tidak dipungkiri juga diakibatkan karena terlalu tinggi tingkat variasi yang ada pada produk tersebut. Dari hasil analisis Mochammad Arbi Hidayat, menurunkan tingkat variasi, memungkinkan untuk adanya penigkatan kualitas hasil produksi. Namun untuk hasil produksinya kelak, tetap tidak mungkin suatu proses akan menghasilkan produk yang sama sekali tidak berbeda. Perbedaan antar produk bisa besar atau kecil, perbedaan tersebut yang dikenal dengan variasi, itulah mengapa “toleransi” dibutuhkan.

Pentingnya menanamkan pembelajaran sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 ini menjadi modal dalam meminimalkan tingkat variasi dari hasil proses suatu produksi dipaparkan oleh Mochammad Arbi Hidayat. Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa ISO 9001 hanya sekedar membenahi administrasi perusahaan saja. Padahal, jika penerapan ISO 9001 bisa dioptimalkan, ISO 9001 akan menjadi alat yang powerfull untuk mengukur performa perusahaan.

 

Pada akhir perkuliahan, Kristiati Andriani selaku Kepala Sub Bidang Sistem dan Evaluasi Diklat menginformasikan beberapa referensi standardisasi seperti e-learning dan flipbook kepada para mahasiswa. Anne, sapaan akrabnya, menjelaskan bagaimana cara mengakses referensi tersebut melalui website bsn.go.id. Selain itu dijelaskan pula bahwa perkuliahan melalui webconference ini juga pernah dilaksanakan di beberapa universitas yang diantaranya Universitas Diponegoro, Universitas Sriwijaya, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Gajah Mada. Hasil rekaman webconference ini dapat diakses melalui website BSN.

Penutup perkuliahan ini, dilakukan secara teleconference oleh Dewi Odjar Ratna Komala, Deputi Bidang Informasi dan Pesyarakatan Standardisasi. Telecoference ini dilakukan oleh Dewi Odjar Ratna Komala dari PT Gapura Angkasa Branch Djuanda International Airport (Penerima SNI Award 2014). Dewi Odjar menyampaikan bahwa penerapan standar untuk saat ini terutama saat kita menghadapi persaingan yang terbuka dengan berbagai negara, standar bukan lagi menjadi keharusan namun menjadi kebutuhan yang harus dilaksanakan apabila kita mau setara dengan perusahaan lain di berbagai negara. Peran pendidikan standardisasi menjadi penting untuk diajarkan kepada mahasiswa di Perguruan Tinggi, karena mereka sebagai generasi muda yang akan melanjutkan pembangunan di Indonesia. (diklat)

 

Materi dan rekaman webconference dapat diakses di sini




­