Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Industri Baja Nasional Siap Hadapi MEA 2020

  • Jumat, 27 November 2015
  • 868 kali

Untuk menopang pembangunan, pemerintah mendorong bertumbuhnya industri baja nasional. Pembenahan dari sisi regulasi dan penciptaan iklim yang kondusif tengah disiapkan.

 

"Industri baja adalah induk dari industri lainnya atau Mother of Industries," kata Fajar Harry Sampurno, Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan, dan Pariwisata Kementerian BUMN yang mewakili Menteri BUMN Rini Soemarno dalam opening speech acara Conference & Technology Forum for Indonesia Steel Industry Development di Jakarta, Selasa (24/11).

 

Dalam sambutannya, Fajar menyatakan Indonesia telah mengembangkan industri baja pada 1960 melalui industri baja Trikora. Sayangnya, potensi ini kurang dimanfaatkan dengan baik pada masa itu. Terlebih saat krisis 1998, banyak perusahaan gulung tikar.

 

"Regulasi pun dirasa kurang mendukung perkembangan sektor industri nasional terutama industri baja. Pada 2014, lahir UU No 3/2014, sebagai undang-undang perindustrian yang baru pertama kalinya menjelaskan definisi tentang industri strategis," paparnya.

 

Kata Fajar, undang-undang tersebut ditopang dengan UU Perdagangan No 7 Tahun 2014. Yang diharapkan menjadi dorongan yang luar biasa bagi industri nasional terutama industri baja. Saat ini lingkungan dunia memang sedang tidak bersahabat, seperti adanya WTO, AFTA, dan MEA, namun permintaan baja terus meningkat.

 

"Hingga akhir 2014, permintaan baja domestik mencapai 13 juta ton atau naik dibanding tahun lalu. Diharapkan mulai tahun ini industri baja bisa bertumbuh dan 15 tahun mendatang industri baja dapat menjadi industri yang menghela sektor industri lainnya," kata Fajar.

 

Dengan adanya road map clustering seluruh BUMN di Indonesia, diharapkan di antara BUMN dapat memanfaatkan peluang untuk bekerja sama baik dengan perusahaan swasta nasional maupun dengan luar negeri. "Kementerian BUMN selalu mendorong Krakatau Steel sebagai leader industri baja nasional," tambah Fajar.

 

Hal ini pun nantinya akan semakin terbantu dengan adanya arahan dan motivasi dari Menteri Perindustrian Saleh Husin. "Industri besi dan baja merupakan industri prioritas yang dapat menopang sektor industri lain, seperti misalnya industri galangan kapal," papar Menperin Saleh.

 

Saat ini, kata menperin, industri baja nasional menghadapi banyak tantangan, diantaranya kurangnya pasokan baja dalam negeri, kurangnya bahan baku material, maupun perlambatan ekonomi yang seharusnya ditargetkan sebesar 5,62% saat ini baru mencapai 4,35%.

 

 

Kata Menperin Saleh, dengan kondisi ini, industri baja nasional perlu segera berbenah. Caranya dengan meningkatkan kapasitas produksi. "Pemerintah melalui BUMN pun terus mendorong industri baja dengan mengeluarkan berbagai kebijakan, bahkan Presiden pun sudah menginstruksikan perusahaan BUMN untuk menggunakan produk baja dalam negeri, terutama dalam pengerjaan Tower Listrik PT PLN dengan kebutuhan listrik sebesar 35.000 MW," tambah Saleh.

 

Dengan menjaga iklim industri baik melalui penggalakkan program SNI, tata bea impor, TKDN, pemberian tax allowance, serta peningkatan penyerapan produk baja terutama untuk proyek-proyek pemerintah yang menggunakan APBN diharapkan dapat menggerakkan industri baja nasional untuk terus bertumbuh. Percepatan industri pun diharapkan dapat memacu industri baja sebagai tokoh utama dalam pertumbuhan ekonomi.

 

Sementara, Komisaris Utama Krakatau Steel Achmad Sofjan Ruky mengatakan, Conference & Technology Forum for Indonesia Steel Industry Development yang berlangsung 24-25 November 2015, sangat penting bagi pelaku industri baja. Lantaran, berbagai isu penting terkait industri baja dibahas. Semisal potensi konsumsi baja, rendahnya supply, tantangan industri baja serta solusi untuk menjawab tantangan tersebut.

 

Selanjutnya dia berharap adanya dukungan pemerintah, peningkatan produktivitas dan usaha keras untuk berkembang akan membawa industri baja menjadi industri yang memberikan kontribusi besar bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

 

Sedangkan CEO Posco Oh-Joon Kwon menambahkan, saat ini, industri baja telah melewati terowongan gelap ekonomi global dan memasuki era normal baru, Berupa pertumbuhan ekonomi rendah, sebelumnya adalah perlambatan ekonomi sementara.

 

Menurutnya, jika PTKS dan POSCO bekerja sama secara penuh dan erat, pasti mampu mengatasi krisis. "Selain itu, kita dapat menemukan peluang baru untuk pertumbuhan lebih lanjut dengan menciptakan sinergi antara kedua perusahaan, dan dapat membuat industri baja Indonesia yang berdaya saing global," ujarnya. [ipe]

 

sumber: inilah.com

link: http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2254811/industri-baja-nasional-siap-hadapi-mea-2020




­