Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

2 UKM Batik Binaan KLT BSN Surabaya mendapatkan SPPT SNI 8302:2016

  • Kamis, 05 Desember 2019
  • 2809 kali

 

Batik merupakan produk budaya bangsa Indonesia yang terus berkembang. Sebagai budaya bangsa, batik harus terus dikembangkan agar tidak tergerus oleh waktu. Standardisasi batik merupakan tools untuk menjamin kelestarian batik.

 

Seiring perkembangan zaman, pemahaman umum tentang batik menjadi semakin beragam. Di setiap daerah, Industri Kecil Menengah (IKM) batik memiliki ragam motif yang bermacam-macam dan memiliki identitas masing-masing. Pertimbangan ekonomi dan industrialisasi batik tak pelak memunculkan teknologi proses baru yang sedikit melenceng dari konsep awal batik, sehingga muncul produk-produk tiruan batik. “Oleh karena itu, BSN menyusun SNI 0239:2014 tentang pengertian dan istilah-istilah batik, agar ada kesamaan persepsi masyarakat tentang batik,” ujar Personel Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Surabaya, Yuniar Wahyudi di Surabaya, Kamis (5/12/2019). Berdasar SNI 0239:2014, batik dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi. “Kesemuanya memiliki ciri khas masing-masing,” tambah Yuniar.

 

Hingga akhir tahun 2018, tercatat ada 9.824 perajin / IKM Batik yang tersebar berbagai daerah di wilayah jawa Timur, dengan daya serap mencapai 29.571 tenaga kerja. Jumlah IKM terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data, tren peningkatan jumlah IKM Batik rata-rata 3-5 persen per tahun dengan daerah penyebaran terutama di daerah – daerah yang dikenal memiliki kekhasan motif batik antara lain Madura, Tuban, Tulungagung dan Banyuwangi.

 

Agar nilai batik dapat terus terjaga, maka kualitas batik itu sendiri harus terjamin. Yuniar pun mengungkapkan, KLT BSN di Surabaya siap mendukung para pelaku IKM di Jawa Timur untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produknya. ”KLT BSN selalu terbuka untuk membina IKM yang memang ingin naik kelas,” tegas Yuniar. Saat ini, BSN tengah membina 5 IKM batik untuk menerapkan SNI. 2 diantaranya bersinergi dengan PT. Petrokimia Gresik dan telah sukses mendapatkan SPPT SNI berdasarkan SNI 8302:2016, batik tulis – kain – ciri, syarat mutu, dan metode uji, yaitu UD Vatur Jaya dan UD Zulpah Batik Madura.

 

Dalam SNI 8302:2016, ciri-ciri batik tulis diantaranya berbau malam serta terdapat rembesan warna yang disebabkan tipisnya goresan malam. “Adanya rembesan warna dalam batik tidak selamanya negatif. Justru itu merupakan ciri khas batik tulis,” terang Yuniar. Ia menambahkan, berdasar SNI 8302:2016, batik tulis harus kuat dan tidak mudah sobek dan harus tahan luntur warna. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan SNI dapat menjamin keaslian dan kualitas batik.

 

Sebagai satu-satunya perusahaan penerima SNI Award kategori Grand Platinum untuk Tahun 2019 ini, keseriusan dan perhatian PT. Petrokimia Gresik dalam hal pembinaan penerapan SNI kepada IKM melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) patut diapresiasi. PT Petrokomia Gresik pun telah menunjukkan sinerginya dengan Kantor Layanan Teknis BSN Surabaya. Diharapkan, program pembinaan UKM/IKM oleh perusahaan/BUMN melalui program CSR sampai ke arah sertifikasi SNI, sehingga dapat  meningkatkan daya saing UKM/IKM, baik di tingkat nasional maupun global.

(Kltsby / Humas)




­