Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kerja sama BSN-ABI-HSP Latih Jaringan Nasional Laboratorium Uji Covid-19

  • Senin, 10 Agustus 2020
  • 3855 kali

Mendukung program pemerintah RI dalam Percepatan Penanganan Covid-19, BSN bekerja sama dengan Asosiasi Biorisiko Indonesia (ABI) dan Health Security Partner (HSP) kerja sama selenggarakan pelatihan Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium dalam Penanganan dan Pengujian Sampel Covid-19 sebanyak dua gelombang dengan durasi 4 hari pelatihan penuh per gelombangnya (07/20).

 

ABI adalah sebuah organisasi nirlaba yang berdiri sejak 2011 dan beranggotakan pakar dan praktisi di bidang biorisiko. Visinya adalah manajemen biorisiko diterapkan di semua organisasi di Indonesia yang relevan. ABI berafiliasi dengan IFBA atau International Federation of Biorisk Association.

 

ABI berperan aktif di Komite Teknis SNI 13-09 (Biosafety and Biosecurity) yang diantaranya mengembangkan SNI Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium (SNI 8340:2016, SNI ISO 35001:2019) termasuk Pedoman Penerapannya. SNI SMBL inilah yang menjadi salah satu materi utama yang dibedah selama pelatihan. Alamat situs resmi ABI di indonesianbioriskassociation.org .

 

HSP adalah sebuah organisasi nirlaba internasional yang berdiri sejak 1990 berfokus pada perlindungan kesehatan salah satunya pengembangan kapasitas sistem kesehatan lokal dalam penanganan pandemi dan penyakit menular. HSP berkantor pusat di Washington DC, Amerika Serikat, alamat situs resmi di situs di healthsecuritypartners.org .

Kepala BSN, Kukuh S. Achmad, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada ABI, HSP, seluruh pembicara dan peserta yang di tengah perjuangan menangani pandemi ini menyempatkan untuk berbagi ilmu dan praktik terbaik kepada seluruh peserta yang merupakan garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19.

 

Menurut Kukuh S. Achmad, Laboratorium Pengujian Spesimen Covid-19 adalah garda terdepan dengan kemampuan memetakan jumlah dan sebaran kasus Cobid-19. Pengujian juga menentukan kedua langkah selanjutnya dalam penanganan pandemi, yaitu tracking untuk memutus mata rantai penyebaran virus serta langkah ketiga treatment untuk menyelamatkan nyawa pasien yang terinfeksi.

 

Hadir sebagai pembicara kunci, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI yang diwakili oleh Dr. dr. Vivi Setiawati, M. Biomed., Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan menyampaikan bahwa untuk menjamin keamanan dan keselamatan laboratorium pengujian Covid-19 setidaknya ada dua aspek yang harus dipertimbangkan.

 

Pertama biosafety atau keselamatan laboratorium biologik terkait mekanisme menjaga sampel Covid-19 tidak menyebar atau bahkan menginfeksi personel laboratorium dan masyarakat atau lingkungan. Kedua biosecurity atau keamanan laboratorium biologik adalah upaya keamanan yang diterapkan ditingkat perorangan dan institusional untuk mencegah kehilangan, pencurian, penyalahgunaan, penyimpangan atau pelepasan dengan sengaja organisme patogen dan toksin. Untuk itu Kemenkes telah menerbitkan Kepmenkes No. 835/Menkes/SK/IX/2009 tentang Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Mikrobiologik dan Biomedik yang merupakan adopsi dari WHO Laboratory Biosafety Manual jelas Dr. dr. Vivi Setiawati.

 

Peran BSN, sebagaimana yang disampaikan Dr. Zakiyah, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian salah satunya adalah menyusun standar untuk menjadi acuan sebagai Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium. Standar ini untuk melengkapi atau mendukung peraturan atau pedoman yang sudah diterbitkan Kementerian Kesehatan RI.

 

Pelatihan yang diikuti oleh 65 peserta yang merupakan tenaga laboran dari 60 laboratorium pengujian specimen Covid-19 yang ditunjuk oleh Pemerintah ini diisi oleh pembicara dari BSN, ABI dan HSP (International). Membedah segala aspek biosafety dan biosecurity, dari mulai pengambilan sampel, transportasi, penyimpanan, penanganan, pengendalian kualitas pengujian PCR, setting ruangan (infrastruktur) laboratorium, kompetensi personel laboratorium sampai dengan bagaimana membersihkan laboratorium yang memang berisiko tinggi (menangani agen biologi berbahaya).

 

Pelatihan ini diharapkan bermanfaat setidaknya meningkatkan kesadaran dan kemampuan tenaga laboran yang bekerja di laboratorium pengujian Covid-19 terhadap biorisiko. Apalagi Keberadaan dan peran laboratorium pengujian Covid-19 maupun penyakit infeksius lainnya, bukan hanya untuk saat ini tapi untuk jangka panjang dimana menurut laporan World Economic Forum dalam The Global Risk Report 2020 menempatkan Infectious Diseases dalam Top 10 risiko yang akan dihadapi dunia dalam rentang 10 tahun ke depan. (har)




­