Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Produk Elektronik Impor Banjiri Pasar Domestik

  • Selasa, 06 Juli 2010
  • 1297 kali
Kliping Berita

Produksi dalam negeri dikuasai pemain global

JAKARTA — Ketua Gabungan Elektronik Indonesia (Gabelj Ali Soebroto Oentrayo memprediksi pasar elektronik dalam negeri semakin didominasi oleh produk impor setelah pemberlakuan pasar bebas ASEAN-Cina (CAFTA). "Impor cenderung meningkat karena bea masuk nol dan tidak ada hambatan nontarif," katanya ketika dihubungi Tempo kemarin.

Pasar elektronik dalam negeri, menurut dia, sebetulnya sudah didominasi pemain global meskipun produksi dilakukan di Indonesia. Hanya 30 persen dari produk elektronik di dalam negeri yang diproduksi oleh produsen lokal. Tahun lalu pemerintah menargetkan komposisi ini naik menjadi 75 persen dalam lima tahun mendatang.

”Tapi dengan CAFTA saya rasa sulit. Produsen lokal bisa bertahan saja sudah baik sekali, "ujarya. Penjualan produk elektronik tahun ini diperkirakan naik 10 persen dibanding tahun lalu. la optimistis peningkatan penjualan bisa dicapai seiring dengan kondisi ekonomi yang semakin baik. Namun, Ali tak yakin peningkatan penjualan diikuti kenaikan jumlah produk di dalam negeri.

Pasalnya, tidak ada regulasi yang diterapkan pemerintah untuk membatasi arus barang impor setelah perjanjian pasar bebas dijalankan. Yang bakal tertekan adalah produsen lokal. Jika produk impor terus membanjir dengan harga yang lebih murah, dikhawatirkan produsen lokal akan beralih menjadi importir dengan pertimbangan lebih menguntungkan dibanding memproduksi sendiri.

Sebaliknya, jika lebih banyak hambatan nontarif diterapkan, industri lokal akan tumbuh. Jika hambatan rendah, produsen lebih memilih berdagang. Sebelumnya, Gabel sudah meminta pemerintah menerapkan aturan pelabelan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk elektronik impor.

Aturan SNI dianggap paling efektif membatasi impor. "Kalau pemberlakuan SNI masih butuh waktu lama sekali. Label SNI sekarang boleh ditempel. Padahal, sesuai dengan aturannya, SNI harus dicetak. Tinggi sekali pengaruhnya untuk meningkatkan hambatan impor," tuturnya.

Hingga Januari-Mei 2010, total perdagangan Cina dan Indonesia mencapai US$ 15,97 miliar atau naik 72 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dari total perdagangan itu, nilai impor Cina dari Indonesia sebesar US$ 8,11 miliar atau naik 85 persen.

Adapun nilai ekspor Cina ke Indonesia hanya US$ 7,86 miliar atau naik 79 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sedangkan total perdagangan kedua negara pada 2008 mencapai US$ 31,5 miliar. Setelah krisis global, total perdagangan bertahan pada nilai US$ 28 miliar.

Pekan lalu, Deputi Perindustrtan dan Perdagangan Kementerian Koordinator Perekonomian Edy Putra Irawady mengatakan, meskipun ekspor Indonesia ke Cina meningkat, perdagangan nonmigas masih mengalami defisit. Menurut dia, selain produk tekstil, produk elektronik asal Negeri Panda kian membanjiri pasar Indonesia.

KARTIKA CANDRA/ EKA UTAMI APRILIA

Sumber : Koran Tempo, Selasa 6 Juli 2010, hal. A15.




­