Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

FORTY EIGHT MEETING ISO DEVELOPING COUNTRIES (DEVCO) Plenary, 9 September 2014, Windsor Barra Hotel, Rio de Janeiro , Brasil

  • Senin, 15 September 2014
  • 1240 kali

ISO DEVCO ke 48 adalah bagian dari rangkaian sidang ISO General Assembly, yang merupakan forum pertemuan anggota ISO dari Negara berkembang , diselenggarakan pada tanggal 9 September 2014.  Sehari sebelum sidang ISO DEVCO dilaksanakan , pada tanggal 8 September 2014, ABNT-Badan Standardisasi Nasional Brasil sebagai tuan rumah menyelenggarakan Seminar Tentang Usaha Kecil Menengah (UKM). Seminar ini dimaksudkan untuk meyakinkan anggota ISO bahwa standar internasional masih relevan untuk diaplikasikan UKM. Salah satu yang ditekankan dalam seminar adalah standar membantu UKM, karena perdagangan global saat ini mempersyaratkan standar sebagai referensi pasar. Dengan standar UKM akan memperbaiki proses internal agar lebih efektif dan efisien, memberikan peluang memasuki dan menciptakan pasar, memberikan dorongan inovasi dan meningkatkan produksi (scaling up). Namun mengingat pemahaman terhadap standard yang masih kurang dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki UKM, maka UKM perlu diberikan pendampingan dalam proses memahami dan menerapkan standar agar mampu meningkatkan kompetensi dan daya saingnya dan siap berkompetisi di pasar global. Di berbagai negara UKM selalu menjadi perhatian pemerintah, karena keberadaan UKM dengan jumlah yang besar  ikut berperan terhadap ketersediaan lapangan kerja. Di  Indonesia terbukti UKM mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi global.

 

Delegasi Indonesia pada Sidang DEVCO ke 48 dipimpin oleh Prof. Ir. Dr. Bambang Prasetya , M.Sc selaku Kepala BSN, didampingi oleh Muhammad Sapta Murti, SH, MA, MKn, Deputi Bidang Perundang-undangan, Kementrian Sekretariat Negara dan Erniningsih Haryadi, Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi selaku contact point ISO.Drs. Kukuh S. Akhmad, Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi selaku anggota TMB menghadiri sidang ISO Technical Management Board-TMB yang dilaksanakan parallel dengan ISO DEVCO. Sejumlah 14 agenda item  dibahas  di ISO DEVCO ke 48 , termasuk sesi yang  mencakup : 1) peningkatan Negara berkembang dalam kegiatan teknis ISO; 2) pengembangan kemampuan anggota ISO dalam standardisasi dan isu terkait; 3) peningkatan dan kepedulian akan peranan dan manfaat yang diperoleh dari standardisasi; ) penguatan institusi anggota ISO di Negara berkembang.

 

Sidang ISO DEVCO ke 48 dibuka dan dipimpin oleh Dr. Lalith Senaweera, Director General, Sri Lanka Standards Institute. Gambaran  mengenai perkembangan terbaru di ISO terkait dengan Negara berkembang disampaikan oleh Sekjen ISO Mr. Rob Steele, diinformasikan tentang hasil awal proses konsultasi ISO Strategic Plan 2020 termasuk  Action Plan Develop. Dan pada sesi siang akan dilakukan pendalaman Action Plan 2016-2020 melalui break out session yang hasilnya dilaporkan kembali di sidang pleno DEVCO. Dalam sambutannya Presiden ISO Terry Hill menghimbau anggota DEVCO agar berpartisipasi aktif pada sidang ini terutama untuk member input terhadap ISO untuk bisa mengetahui apa kebutuhan Negara berkembang yang bisa difasilitasi oleh ISO.

 

Salah satu agenda penting ISO DEVCO adalah agenda item 10 yaitu Lessons learnt from the implementation of the Action Plan 2011-2015. Agenda ini berupa panel diskusi terdiri dari 4 Panelist yaitu : 1. Mr. Gebre Legesse, Head Standards Development , Ethiopian Standards Agency (ESA) mempresentasikan P member twinning to increase participation in ISO technical work; 2) Prof. Dr. Bambang Prasetya, M.Sc,  mempresentasikan Benefits and challenges related to the involvement of BSN staff and stakeholder in capacity building activities implemented under the ISO Action Plan; 3) Mr. Riundja Aly(Othy) Kaakunga, Chief Executive Officer Namibian Standards Institution (NSI)  mempresentasikan Awareness raising activities carried out under the Action Plan; 4) Mr.Mauricio Cespedes, Executive Director, Instituto, mempresentasikan Implementation of the INS Project for Costa Rica.

 

Dalam pengantarnya Mr. Rob Steele sebagai pemandu acara diskusi panel menyampaikan pengahrgaannya atas kesediaan panelist berbagi pengalaman untuk forum DEVCO. Beliau menyampaikan bahwa ISO Strategic Plan 2011-2015 didalamnya terdapat Action Plan Developing Countries – APDC, adalah bagian dari Negara berkembang dalam proses revisi untuk dapat dirumuskan apa yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2020. Strategic Plan yang baru akan dibahas pada sesi tersendiri. Dan sesi panel ini akan memberikan berbagai pengalaman yang sudah dicapai dan diharapkan untuk menjadi perhatian anggota untuk mengambil peluang dalam partisipasinya dan memberikan rekomendasinya pada APDC baru.

 

Dalam presentasinya Kepala BSN menyampaikan 6 lessons learnt sebagai berikut : 1. Terkait dengan output Increased participation in ISO technical , Indonesia  telah menyelenggarakan berbagai pertemuan ISO baik itu Technical Committee-TC maupun workshop serta hadir di sidang sidang TC dengan memanfaatkan dana sponsor maupun dana sendiri. Manfaatnya adalah beberapa stakeholder pro-aktif  berpartisipasi dalam Mirror Committee sesuai kepentingannya. Komitmen para tenaga ahli yang aktif ini mendorong status keanggotaan di ISO; 2) Output 2. Capacity Built in standardization and related matters for ISO members and their stakeholders. Indonesia melaksanakan berbagai workshop maupun training melalui  kerjasama dengan ISO maupun NSB lainnya lainnya seperti Swedish Standards. Dengan kerjasama ini Indonesia mendapatkan manfaat yaitu: Pemahaman yang lebih baik terkait standardisasi dan hal terkait lainnya yang diikuti dengan peningkatan kemapuan ditingkat nasional. Hal ini juga menginspirasi Indonesia untuk bekerjasama dengan Unido terkait TOT di bidang Sistem Manajemen Energi. Saat ini Indonesia mempunyai 23 Expert dibidang Sistem Manjemen Energi dan sudah membentuk National Mirror Committee Energy Mangement System.; 3) Output 3 : Awareness improved on the role and benefits of international standards and their use. Internasional Standards are therefore increasingly used . Indonesia berpartisipasi dalam Global workshop on Assessing the Economic Benefits of standards dan Financial Sustainability for NSBs. Manfaat yang diperoleh yaitu adopsi standar internasional secara modifikasi maupun identik dan menerapkan secara wajib melalui regulasi teknis. SNI mainan anak adalah salah satu contoh adopsi identik standar ISO yang kemudian diberlakukan secara wajib melalui Keputusan Menteri Perindustrian; 4) Output 4: ISO members in developing countries strengthened at institutional level. Indonesia (BSN) telah berhasil menyelesaikan Undang-undang Standardisai dan Penilaian Kesesuaian yang mendapat persetujuan rapat paripurna DPR pada tanggal 26 Agustus 2014 dan saat ini dalam proses penetapan oleh Presiden RI  . UU SPK ini merupakan dasar hukum pelaksanaan kegiatan standardisasi di Indonesia. Indonesia bekerja sama Swedia dibawah proyek SESA melaksanakan Promosi perdagangan melalui standardisasi dengan saling tukar pengalaman di Negara ASEAN yang mendapat bantuan teknis SESA. Manfaat yang diperoleh Indonesia yaitu best practice terhadap kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian telah memperkuat institusi serta pelaksanaan tugas dan fungsi BSN sebagaimana mestinya. Keaktifan BSN dalam standardisasi international dan pelaksanaan best practices, menginspirasi formulasi RUU SPK sehingga mudah dipahami dan memperlancar pembahasan;5) Output 5 :Regional cooperation strengthened. BSN aktif partisipasi di tingkat regional ASEAN, APEC serta PASC. Manfaat yang diperoleh adalah pengalaman kegiatan standardisasi yang mendukung fasilitasi perdagangan melalui harmonisasi standards dan penilaian kesesuaian berdasarkan system penilaian kesesuaian yang mengadopsi standar internasional. Beberapa kegiatan kerjasama secara bilateral, seperti studi banding Malaysia ke Indonesia dan sebaliknya; Bhutan belajar penilaian kesesuaian di Indonesia; Kamboja ,Laos , Myanmar berkunjung ke Indonesia untuk mendalami SPK melalui program SESA; 6) Output 6 : introduction of the Subject of standardization as part of educational curricula initiated. Indonesia melaksanakan workshop regional Enhancing Collaboration between NSBs and Academic Institution, setiap tahun Indonesia manyelenggarakan bulan mutu dan hari standar dunia dengan melibatkan stakeholder industry, pemerintah, akademisi dan konsumen. Manfaat yang diperoleh antara lain peningkatan kesadaran tentang perlunya mengenalkan standardisasi sejak kurikulum standardisasi. Berbagai even terkait standardisasi dimenangkan oleh Indonesia misalnya Indonesia memenangkan olimpiade standardisasi di Korea untuk medali emas dan perak, dan lain lain.

 

Presentasi BSN mendapat perhatian dari beberapa Negara seperti Bostwana, Sudan, Australia, Peru dan Jepang. Perhatian mereka terkait dengan strategi bagaimana BSN meyakinkan DPR sehingga pembahasan RUU SPK berjalan dengan lancer, dan bagaimana Indonesia bisa menyakinkan stakeholder sehingga mereka menjadi lebih aktif, serta strategi mengembangkan kerjasama dengan perguruan tinggi. Presentasi BSN, menurut mereka, sangat inspiratif khususnya dalam meyakinkan pembuat kebijakan terhadap bidang standardisasi. Selain itu presentasi tersebut juga riil dan terukur.

 

 

 

Pada sesi breakout session peserta dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok 1 membahas : Increase developing country participation in ISO technical work; kelompok 2 membahas : Build the capacity of member on standardization and related matters; kelompok 3 membahas: Increase awareness on the roll and benefits of standardization sedangkan kelompok 4 membahas : Improve the institutional strength of ISO members in developing countries. Breakout session dilaporkan pada sidang pleno DEVCO menghasilkan kesepakatan umum bahwa Action Plan Developing Countries masih relevan , namun perlu dipertajam dengan kebutuhan specific Negara berkembang. Hasil breakout session akan dibawa ke DEVCO CAG (Advisory Group) untuk diputuskan . Sidang DEVCO ditutup dengan pembacaan resolusi diantaranya : 1. DEVCO mendorong anggotanya untuk aktif partisipasi khususnya dalam pengembangan ACTION Plan Developing Country; 2. Ucapan terimakasih terhadap Negara anggota yang berkontribusi terhadap Trust in Fund (termasuk Indonesia); 3. Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada para narasumber dan panelist termasuk Dr. Bambang Prasetya , selaku Kepala BSN yang telah menyampaikan pengalamannya terkait manfaat dari implementasi ISO Action Plan.Sidang DEVCO yang akan datang akan diselenggarakan di Seoul , Korea bersamaan dengan ISO GA pada 16-18 September 2015 (BP,KH,Ning). 




­