Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Role Model: Motivator UMKM Terapkan SNI

  • Rabu, 24 April 2019
  • 2203 kali

 

Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertanggung jawab di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, Badan Standardisasi Nasional (BSN) berkomitmen untuk membina UMKM agar dapat berdaya saing. Dalam pelaksanaannya, BSN tidak bergerak sendiri membina UMKM, tapi juga menggandeng para stakeholder.

 

Pembinaan UMKM sangat penting karena dapat memudahkan UMKM dalam menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Untuk itu, BSN mengadakan Capacity Building Pembina UMKM/IKM Dalam Penerapan SNI pada Selasa - Rabu, 23-24 April 2019 di Jakarta. "Acara ini penting karena UMKM yang Bapak-Ibu bina sangat variatif dan skemanya berbeda-beda. Maka, perlu pemahaman yang sama dalam kerangka pembinaan UMKM," ujar Sekretaris Utama BSN, Puji Winarni saat membuka acara.

 

Kepala BSN, Bambang Prasetya pun mengakui bahwa UMKM yang ada di Indonesia sangat variatif. “Tapi itu tidak jadi masalah karena ada satu alat yang dapat memudahkan pembinaan UMKM, yaitu dengan menggunakan role model,” ujar Bambang. Pelaku usaha menengah ke atas pada umumnya sudah paham manfaat penerapan SNI bagi bisnisnya, tapi bagi UMKM, masih banyak yang berpikir bahwa penerapan SNI lebih banyak membebani dari pada memberikan manfaat. Maka, role model dibutuhkan untuk mengubah stereotype tersebut. “Kalau kita berhasil membina UMKM-UMKM sebagai role model, efeknya sangat besar untuk memotivasi rekan-rekan UMKM lain dalam menerapkan SNI,” ungkap Bambang. Tidak lupa, Bambang mengajak para peserta merapatkan barisan untuk membina UMKM.

 

Dalam kesempatan ini, Direktur Sistem dan Harmonisasi Standardisasi BSN, Donny Purnomo menekankan bahwa pembinaan SNI tidak berhenti hanya sampai penerapannya. Setelah menerapkan SNI, harus ada monitoring akan manfaat yang didapat. "Penerapan SNI bukan semata-mata untuk mendapatkan sertifikat, tapi harus ada manfaat yang dirasakan oleh penerapnya," tegas Donny. Sebagai contoh, pelaku usaha yang tadinya tergolong usaha mikro, setelah menerapkan SNI dapat menjadi usaha kecil. Begitu pula usaha yang awalnya tergolong kecil, setelah menerapkan SNI dapat naik kelas menjadi usaha kelas menengah.

 

Donny pun meyakini bahwa standardisasi berperan dalam meningkatkan daya saing produk UMKM. "Penerapan standar dapat menumbuhkan trust konsumen. Bila konsumen sudah percaya, tentu produk tersebut dapat lebih mudah memperluas pasar," jelas Donny.

 

Berdasarkan data, saat ini terdapat 13.819 industri yang sudah menerapkan SNI. Tentu jumlah ini dapat terus ditingkatkan dengan adanya pembinaan yang kontinyu terhadap para pelaku usaha, khususnya UMKM/IKM. Diharapkan, kedepannya SNI dapat menjadi trademarknya produk Indonesia. (ald-Humas)




­