Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Tingkatkan Mutu Kopi Sumsel Terapkan SNI

  • Sabtu, 02 Juni 2018
  • 5043 kali

Tingkatkan Mutu Kopi Sumsel Terapkan SNI

Kopi sebagai salah satu produk unggulan nasional (PUN), tahun 2017 membukukan nilai ekspor sebesar Rp6,7Triliun. Dan ternyata, Sumatera Selatan-lah produsen biji kopi terbesar RI, yaitu 135 ribu ton pertahun atau 21,20% dari produksi biji kopi nasional. Sumsel juga memiliki lahan kopi terluas, yaitu 250 ribu hektar yang dikelola oleh sekitar 204 ribu KK Petani Kopi. Sumsel memiliki lima sentra wilayah produsen biji kopi, yaitu OKU Selatan (33 ribu ton/tahun), Empat Lawang (26 ribu ton/tahun), Muara Enim (25 ribu ton/tahun), Lahat (20 ribu ton/tahun), OKU (15 ribu ton/tahun).

 

Untuk meningkatkan mutu kopi Sumsel, BSN melalui Kantor Layanan Teknis (KLT) Wilayah Palembang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Balai Riset Standardisasi dan Industri (Baristand) Palembang melakukan pembinaan penerapan SNI, baik di hulu yaitu tingkat petani kopi maupun di hilir di industri, terutama IKM Kopi Bubuk, terang Haryanto, Personel Kantor BSN Palembang.

 

BSN sendiri telah menetapkan 11 SNI untuk Kopi mulai dari Biji Kopi, Kopi Bubuk, Kopi Instan, Kopi Mix, dan Cara Pengujian Produk Kopi. Saat ini, untuk produk Kopi BSN membina 7 IKM Kopi Bubuk di Sumsel, yaitu Kopi Benua (Palembang), Kopi Tunggu Tubang Semendo (Muara Enim), Kopi Cap Bola Dunia Emas (Lahat), baru masuk 3 usulan dari Pagar Alam, dan 1 dari OKU Selatan, jelas Haryanto.

 

Kopi Bubuk Cap Benua, Kopi Sumsel pertama Kantongi SNI

 

Dari 7 IKM Kopi tadi, pertama yang mengantongi sertifikat SNI, SNI 01-3542-2004 (Kopi Bubuk) adalah Kopi Bubuk Cap Benua dari Palembang yang mampu memproduksi 1/2 ton per bulan. Kopi Benua kami bina sejak 2017. Awal pembinaan kami benahi bahan baku biji kopi yang berkualitas sesuai SNI biji Kopi, SNI 2907:2008. Kami cari sampai ke Dusun Segamit, Semendo, Muara Enim ke petani kopinya langsung.

 

Kopinya sendiri petik merah bukan petik pelangi, terus dijemur sampai kadar air maksimal 12,5% dan disortasi atau dipilih dengan nilai cacat maksimal 80 (dari skala 225).

 

Selanjutnya kopi diproses melalui penyangraian, giling dan pengemasan. Kemudian sampel secara berkala diuji di laboratorium sesuai SNI 02-3542-2004, kalau di Palembang di Baristand. Terdapat 19 parameter yang diuji, dari mulai uji bau, rasa, warna, kadar kafein, kadar abu, kadar air, cemaran logam berat, sampai cemaran bakteri/mikroba.

Kopi yang sudah kantongi SNI ini jadi pas buat penikmat kopi, karena diolah dari biji kopi berkualitas, diproses secara higienis, dan lolos uji laboratorium sehingga terjamin aman dan kualitasnya.

 

Setelah mengantongi SNI, diharapkan kopi Sumsel dapat lebih dikenal masyarakat, baik nasional ataupun internasional. Sekitar 78 hari lagi Palembang akan jadi salah satu tuan rumah Asian Games, tuan rumah bagi 10 cabang olah raga, diperkirakan 45 negara hadir tidak kurang dari 5000 atlet, official, dan wartawan asing serta supporter akan hadir di Palembang.

 

Ini saat yang tepat mempromosikan produk Kopi Sumsel. Kami berharap paling tidak kopi Sumsel menjadi minuman bagi para tamu atau wartawan media center. Agar dunia mengenal kopi Sumsel yang saat ini masih kalah nama dengan kopi dari wilayah lain. Apalagi di Sumsel sudah terbentuk Dewan Kopi Sumsel, dimana BSN masuk sebagai pengurus. Dewan Kopi Sumsel bertekad agar Kopi Sumsel menjadi tuan rumah di Sumsel. (Har)




­