Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pemerintah Dorong SNI Kakao

  • Jumat, 14 Mei 2010
  • 1376 kali
Kliping Berita

Diharapkan, kualitas kakao meningkat sekaligus menambah daya saing.

JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Pertanian mendorong para produsen kakao di Indonesia untuk menerapkan standardisasi mutu produk Indonesia (Standar Nasional Indonesia/SNI).

Penerapan SNI kakao diyakini bakal mendongkrak penghasilan petani serta membuka akses pasar yang lebih luas. Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Chairul Djamhari, mengatakan, saat ini pemerintah sedang fokus pada pendampingan dan sosialisasi intensif terkait program peningkatan manajemen mutu UKM penghasil kakao di Indonesia.

Menurut dia, selama ini kakao Indonesia dinilai kurang memenuhi kualitas pasar premium lantaran mutunya kalah bersaing dengan kakao dari negara lain. ''Penerapan SNI kakao dapat meningkatkan kualitas sekaligus menambah daya saing," ujar Chairul di Jakarta, Rabu (12/5).

Guna mendorong petani kakao menerapkan SNI, lanjut Chairul, pemerintah menyediakan program bimbingan penerapan mutu produk dan memfasilitasi akses teknologi serta pembiayaan bagi UKM yang ingin menerapkan SNI. Penerapan SNI kakao, kata Chairul, terkonsentrasi di sentra-sentra produsen kakao seperti Sulawesi, Banten, Lampung, dan Jawa Barat.

Kakao fermentasi
Kementerian Pertanian juga sedang melakukan upaya serupa. Selain SNI, petani juga didorong untuk menjual biji kakao yang sudah melalui proses fermentasi.

''Selain harganya lebih mahal, kakao fermentasi juga membuka peluang investasi industri pengolahan kakao,'' terang Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Achmad Mangga Barani.

Bagi para petani yang ingin meningkatkan produksi kakao dengan melakukan fermentasi, pemerintah akan memfasilitasi akses pasar petani kepada industri. Baru-baru ini, kata Mangga Barani, pemerintah telah memfasilitasi kesepakatan bersama antara lima lembaga ekonomi masyarakat (gabungan kelompok tani/Gapoktan) produsen kakao di Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara dengan BUMN PT Sarinah. Disepakati, kakao produksi lima Gapoktan tersebut akan dibeli PT Sarinah.

''Untuk kakao yang sudah difermentasi dapat harga premium,'' imbuh Mangga Barani.

Ia berharap, mutu kakao nasional akan terus meningkat seiring kian banyaknya petani yang menjual kakao fermentasi. Ke depan, pemerintah menargetkan bisa menjadi produsen kakao berkualitas terbesar di dunia. Saat ini, kakao Indonesia merupakan komoditas kakao terbaik ketiga dunia setelah Ghana dan Pantai Gading.

Selama ini, harga kakao Indonesia selalu anjlok di pasaran dan hanya mampu menempati posisi ketiga dunia karena tidak terfermentasi. Padahal, dari segi tampilan fisik dan kualitas produk, kakao nasional tidak kalah dengan kakao Ghana dan Pantai Gading.

Di pasaran, kakao fermentasi asal Ghana dipatok pada harga 3.000 dolar AS per ton, sedangkan kakao Indonesia hanya dihargai 200 dolar AS per ton karena tidak difermentasi. ed: wachidah

Masih Nomor Tiga

Saat ini, kakao Indonesia merupakan komoditas kakao terbaik ketiga dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Selama ini, harga kakao Indonesia selalu anjlok di pasaran karena tidak difermentasi. Padahal, dari segi tampilan fisik dan kualitas produk, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao kedua negara itu.

Di pasaran, kakao fermentasi asal Ghana dipatok pada harga 3.000 dolar AS per ton, sedangkan kakao Indonesia hanya dihargai 200 dolar AS per ton karena tidak difermentasi. (EH Ismail)

Volume dan Nilai Ekspor Kakao Indonesia 2005-2008
Tahun Volume (ton) Nilai (000 dolar AS)
2005 463.632 664.338
2006 609.035 852.778
2007 503.522 924.157
2008 515.523 1.268.914
Sumber: Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Sumber : Republika, Jum’at 14 Mei 2010, hal.14



­