Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pengusaha Keluhkan Biaya SNI Rp 10 Juta

  • Senin, 22 Agustus 2011
  • 1333 kali
Kliping Berita

SEMARANG, KOMPAS – Pemerintah menetapkan sejumlah kebijakan insentif untuk mendorong investasi baru guna meningkatkan pertumbuhan industri. Walaupun langkah ini untuk mendorong penyebaran industri keluar Jawa ataupun meningkatkan daya saing industri nasional, pengusaha menghadapi Standar Nasional Indonesia yang mahal.

Hal ini dikemukakan Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam dialog safari Ramadhan dengan pengusaha di Semarang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu. Sekitar 200 pengusaha Jateng mengemukakan berbagai soal riil yang dihadapi pelaku usaha.

Hidayat menjelaskan, kebijakan insentif tersebut, antara lain, revisi kedua Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang tertentu dan/atau di daerah tertentu. Selain itu, ada pula revisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241 Tahun 2010 tentang perubahan tarif bea masuk.

Penurunan bea masuk berlaku untuk beberapa industri, seperti industri pangan, pakan ternak, serta manufaktur; mengingat beberapa bahan baku, bahan penolong, dan barang modal berasal dari kelompok industri ini.

Namun, dalam dialog para pengusaha mengungkapkan masalah mereka. Pengusaha susu dari Banyumas, Ahmad Alfaroh, misalnya, justru meminta pemerintah pusat mencarikan solusi untuk bisa memiliki mesin ultra high temperature (UHT).

Sumarno, Ketua Asosiasi Alat dan Mesin Peralatan (Alsintan) Jateng-DI Yogyakarta, merasakan beratnya mengurus Standar Nasional Indonesia. Pengurusan butuh Rp 10 Juta karena pengusaha kecil harus menghadapi perantara.

Sementara, pengusaha produk singkong David Wijaya menghadapi persoalan suplai bahan baku berkualitas yang sangat bergantung musim. Padahal, produknya diekspor ke Belanda dan Australia. (OSA/WHO)

Sumber : Kompas, Senin 22 Agustus 2011. Hal. 18  




­